Part 21

1.4K 54 0
                                    

Setelah Alva dan Bang Tian pulang Lia dan Henry segera beristirahat dan dilihat dari kondisi Lia yang cepak mudah lelah membuat Henry tak tega melihatnya. Setelah Henry dan Lia memasukki kamar, Henry segera menuju kamar mandi untuk cuci muka serta Lia memutuskan memberishkan wajahnya terlebih dahulu lalu kekamar mandi dan berganti baju kemudian tidur.

Saat sedang sibuk membersihkan make up yang berada diwajah Lia, Henry keluar dari kamar mandi lalu menuju lemari pakaian untuk berganti baju dengan baju tidur.

“Alva itu siapa kamu?” Tanya Henry tiba – tiba dan membuat Lia yang sedang asik membersihkan wajahnya menjadi berhenti karna pertanyaan yang Henry berikan.

“Alva temen aku SMA dulu” jawab Lia cuek dan terus terang karna memang Alva adalah teman SMAnya.

“Oh… pantes…” gumam Henry namun masih bisa didengar oleh Lia.

“Emang kenapa kamu Tanya gitu?” Tanya Lia karna Lia merasa Henry kurang menyukai Alva dan sejak tadipun Henry selalu tidak berminat saat Lia, Bang Tian dan Alva sedang mengobrol.

“Enggak Cuma Tanya ajah. Soalnya kamu keliatan akrab banget sama Alva”

“Oh iya, emang aku deket sama dia. Alva juga temen kuliah aku walau bukan satu jurusan juga”

“Oh pantes”

“Dia kerja apa emang?” Tanya Henry penasaran.

“Alva maksud kamu?” Tanya Lia memastikannya.

“Ya siapa lagi. Dari tadi kitakan lagi bicarain Alva dan bukan orang lain” ujar Henry tidak suka saat Lia mengubah bahan pembicaraannya.

Ya, Henry memang sengaja ingin mengetahui tentang Alva langsung dari mulut Lia walapun ada kemungkinan Henry akan pula menyelidikinya tentang semua asal usul Alva dan ingat tanpa Lia ketahui.

“Alva itu kerja di kedubes. Terakhir dia kerja diJepang, tapi tadi aku baru tahu kalau dia udah enggak disana dan sekarang kerja di Jakarta. Oh ya kamu harus ke rumah makan yang deket kampus aku, itu rumah makan punya Alva dia bikin waktu masih kuliah enak deh. Pokoknya kamu harus coba” ujar Lia panjang lebar mengenai Alva.

Henry kanget saat Lia bicara panjang lebar menceritakan tentang Alva dan itu membuatnya cemburu. Bagaimana bisa Lia bicara seperti itu disaat Henry yang menjadi suaminya tidak pernah mendenger Lia bicara semenarik dan tanpa ada yang menghalangi. Ia bebas dan tak merasa bermasalah karna semua ucapanya.

“Oh…” balas Henry dan berjalan kearah tempat tidur setelah menganti baju tidurnya.

“Iya. Waktu Alva masih di Jepang itu aku sebel. Masa Alva selalu beliin semua titipan Bang Tian, dan aku yang Cuma minta bawain Kit kat green tea ajah sering lupa” terang Lia mengingat masal lalunya dimana Alva yang sering lupa dengan titipan Lia.

Mungkin karna titipan yang Lia inginkan tidak terlalu susah dicari membuat Alva selalu melupakannya dan kejadian itu selalu berulang ulang, walapun Alva minta maaf dan mengantinya dengan oleh – oleh lainnya tapi tetap saja Lia merasa dinomer duakan oleh Alva yang mementingkan Bang Tian serta titipan keluarga lainnya.

Love, Regret and LossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang