1. Delivery

37.7K 1.1K 35
                                    

Pagi hari, Ifa sibuk menyusun pancake durian yang baru saja dibuat oleh kakaknya. Kakaknya sudah lama membuka usaha tersebut, hingga toko yang bernama Istana Pancake Durian mereka terkenal di daerahnya. Handphone Ifa tiba-tiba saja berdering, ada telepon masuk. Ifa segera mengangkat telepon tersebut.

"Halo." ujar seorang dari seberang telepon.

"Halo, saya dari Istana pancake Durian ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau mesan dong, emm satu kotak aja ya oya kirim ke alamat jalan Bandung nomor dua." ujarnya, sepertinya seseorang yang hendak memesan pancake itu seorang anak-anak. Dari suaranya sudah sangat ketara sekali.

"Oke ditunggu pesanannya!" kata Ifa, sambungan telepon pun terputus. Ifa yang tidak ingin rezekinya hilang ia langsung bergegas mengantarkan pancake pesanan tersebut.

Tak lama Ifa sampai di alamat yang sudah dicatatnya tadi. Ia membawa pesanan satu kotak pancake lalu memencet bel yang terletak di samping pintu utama rumah itu. Rumah yang sangat besar. Sepertinya, rumah orang tajir.

"Permisi." ujarnya berusaha sesopan mungkin.

Ceklek.

Pintu terbuka dan menampakkan seorang cowok dengan kaos berwarna hitam dan celana boxer berwarna abu-abu.

"Ada apa?" Tanyanya yang agak sedikit ketus.

"Saya Ifana Amanda dari toko Istana pancake Durian ini pesanan yang anda pesan tadi." Ifa memberikan pancake durian yang dikemas dalam kotak tersebut sambil tersenyum ramah.

Cowok itu mengernyit bingung "Siapa yang mesan pancake? Gua gadak tu mesan! Salah alamat kali mbak!" Cowok itu malah menutup pintu rumahnya, sedangkan pancake yang di tangan Ifa yang sudah Ifa sodorkan kepada cowok itu malah dianggurin. Ifa hanya ternganga melihat sikap cowok itu. Kemudian ia memukul pintu rumah itu dengan keras.

"Heh enak aja! Buka dong, lu harus tanggung jawab heh! BUKAAAA..." teriak Ifa sambil memukul-mukul pintu dengan keras. Kemudian cowok itu kembali membuka pintunya dengan wajah songong. Ifa berusaha meredam emosinya ketika melihat wajah cowok itu yang membuat ia kesal.

"Tanggung jawab apasih? Kayak gua ngehamilin lu aja!Gua bilang gua gadak mesan!"

"Gabisa pokoknya lu harus bayar!" Paksa Ifa. Baru kali ini ia mendapatkan pelanggan yang seperti itu. Ia harus sabar, jangan sampai tangannya menonjok wajah tampan cowok songong itu.

"Gamau gua, 'kan gua gadak mesan!?" elaknya.

"Dasar orang kaya pelit! lu itu sebenarnya ada uang gak sih? Oh atau jangan-jangan lu gadak uang makanya lu pura-pura gak mesan pancake ini? Heh pokoknya lu harus bayar, tau diri dong lu udah mesan! Gua capek kesini cuma mau ngantar 1 kotak pancake, Bayar!" Ifa benar-benar sangat geram melihat cowok yang tampangnya songong banget itu. Wajahnya memerah menahan amarahnya. Bukan kemauannya untuk membentak pelanggannya, namun refleks karena si pelanggan yang memancing amarah.

"Kak itu tadi aku yang mesan." seorang anak kecil muncul dari belakang cowok itu. Anak kecil itu langsung mengambil pancake dari tangan Ifa. Ifa melongo, dan cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan memasang wajah bingungnya.

"Jadi Chika yang mesan?" Tanya cowok itu kepada anak kecil yang sepertinya adiknya.

"Iya kak, udah sekarang kakak bayar gih! Aku mau makan sambil nonton." anak kecil yang bernama Chika itu berjalan melenggang ke arah ruang Tv.

"Bayar!" paksa Ifa sambil mengepal jarinya di depan wajah cowok tampan itu. Cowok itu tersenyum kikuk.

"Iya iya nih!" cowok itu memberi uang seratus ribu kepada Ifa. Tak menunggu lama Ifa langsung menyambar uang tersebut.

Fahri dan IfanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang