21. Kenapa Tega, Fahri?

7.9K 370 19
                                    

"Masuk, Fahri." Ajak Lea. Fahri awalnya menolak masuk, namun akhirnya ia masuk ke Rumah Lea. Hati Lea senang menyambut kedatangan Fahri.

"Aku gak bisa lama-lama disini." Pikiran Fahri terus ke arah Ifa, sedari tadi ia hanya memikirkan istrinya itu.

"Gapapa, yang penting kamu datang."Lea memberikan segelas lemon tea kepada Fahri. Perutnya sudah tampak besar dan badannya agak sedikit gemuk dengan pipinya yang chubby. "Kamu kapan nemenin aku USG?"

"Sorry Lea! Aku gak bisa, aku harus nemenin Ifa, karena dia yang lebih pantas aku temenin USG."

"Kenapa sih!? Ifa terus yang kamu perhatiin?" Lea melipat kedua tangan di depan dada, memasang wajah bengisnya.

Fahri tidak habis pikir atas apa yang di ucapkan Lea, jelas ia akan lebih perhatian terhadap Ifa, karena Ifa adalah istrinya. Istri sah dunia dan akhiratnya pelengkap hidup dan teman hidupnya.

"Lea please! Jangan berharap posisi kamu di hati aku kembali lagi seperti dulu, sekarang yang mengisi hati aku dan orang spesial di hati aku hanya Ifa, istriku."

"Tapi kan... aku mengandung anak kamu!" Hanya itu alasan agar ia mendapatkan perhatian Fahri, lagi. Seperti dahulu, sebelum Fahri mengenal Ifa, gadis tomboy berhijab yang sekarang merebut posisinya di hati Fahri.

"Mengandung?" Bukan, pertanyaan itu bukan keluar dari mulut Fahri, melainkan seseorang yang sedari tadi berada di ambang pintu mendengar percakapan di antara dua insan itu.

Keduanya menoleh ke arah Tyas, yang sudah menangis, menutup mulutnya dengan telapak tangan agar tidak terdengar isakannya.
Ia menghampiri mereka berdua dengan perlahan. 'Plak!' Tangannya mendarat mulus di pipi Fahri. Fahri hanya bisa bereaksi bingung, karena tamparan Tyas yang tiba-tiba.

"Mbak Tyas!" Tegur Lea tidak suka dengan perlakuan Tyas.

"DIAM!" Teriak Tyas murka, amarahnya sudah tidak bisa ia pendam lagi. Perasaan pering menghampiri hatinya mengetahui bahwa Ifa seorang yang ia anggap adiknya telah di sakiti oleh suaminya sendiri,walaupun sampai saat ini Ifa belum mengetahuinya.

"Mbak aku bisa jelasin..."

"Jelasin apa!? Hah? Semua udah jelas! Bahkan sangat jelas, kamu.." ia menggantung ucapannya karena tangisnya yang semakin pecah.

"Tapi aku hanya cinta sama Ifa mbak! Ini hanya kesalahan masa laluku, dan aku tidak tau kapan aku melakukannya dengan Lea mbak! Aku dalam keadaan mabuk pada saat itu."

"Kesalahan masa lalumu, berdampak pada masa depanmu Fahri! Dan kamu tau Ifa juga menerima dampaknya!" Lagi-lagi tangis Tyas pecah, mengingat wajah ceria Ifa di pikirannya.

"Maafin aku mbak." Ujar Fahri lirih.

Tyas menggelengkan kepalanya. "Jangan mintak maaf sama mbak! Minta maaf sama istri kamu! Ceritakan semuanya!"

"Aku belum siap menceritakan semuanya mbak." Fahri mulai meneteskan air matanya, perasaan bersalah menghampiri dirinya. "Aku gak tega mbak."

"Kamu gak tega menceritakan semuanya? Tapi kenapa kamu tega, Fahri? Tega membohongi Ifa?"

Lea hanya diam, tetes demi tetes air matanya juga membasahi wajahnya. Dia mengelus perutnya, disisi lain naluri seorang wanita ia rasakan bahwa ia tidak tega melihat wanita lain di sakiti, tapi lagi-lagi egonya yang menang. Ia terlalu menuruti ego, agar Fahri selalu bersamanya, bahkan sebenarnya di dalam hatinya ia bersyukur hamil anak Fahri. Karena, ia bisa membuat rumah tangga Fahri dan Ifana, retak bahkan pecah tak tersisa.

"Mbak..." Lea memanggil Tyas dengan lirih.

"Apa? Kamu lagi Lea! Kamu gak mikir atau bagaimana sih!? Kamu sudah menghancurkan masa depanmu hanya karena cintamu yang terlalu besar terhadap Fahri."

Fahri dan IfanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang