20. Pacaran Kuy!

7.8K 399 21
                                    

Sejak kejadian dimana Fahri berani membentak Ifa yang sedang mengandung anaknya. Ifa selalu murung, ia selalu memikirkan bagaimana jika Fahri benar-benar sedang menutupi rahasia. Sebuah rahasia yang sangat tertutup, bahkan seorang istri sah seperti Ifa pun tidak boleh mengetahuinya. Ifa bingung, ia terus beristighfar dan berzikir menenangkan hati dan pikirannya yang kacau itu.

Tidak ada mood untuk bekerja maupun kuliah, ia sudah banyak sekali absen. Tetapi, mau bagaimana lagi jika ia tidak mood untuk kuliah hari ini. Menatap kolam renang yang terdapat di belakang rumahnya. Melirik pepohonan yang di desain agar mirip seperti hutan, burung-burung hinggap dan berkicau seakan ingin menghibur hati Ifa yang sedang perih.

"Fa, Ifa! Kamu dimana sayang?" Fahri memanggil Ifa dengan sedikit berteriak karena ia sedang di ruang makan, selesai menghabiskan sarapan paginya hari ini.

"Aku disini mas!" Jawab Ifa. Fahri langsung melangkahkan kakinya menuju asal suara Ifa yang berada di belakang rumah, di tepi kolam renang dengan kaki yang di masukin setengah ke dalam air.

Ifa menggoyangkan tangannya menyentuh air kolam yang dingin di pagi hari. "Kamu udah selesai sarapannya?" Tanya Ifa tanpa memandang Fahri.

"Udah." Fahri menghampiri Ifa, ia menggulung celananya lalu mengikuti Ifa. "Aku gak kerja deh hari ini, aku mau nemenin kamu." Kata Fahri sembari membuka kemeja kantornya dan menyisakan kaos putih. Lalu ia buka kaos itu dan menampakkan dada bidangnya yang membentuk kotak-kotak, seperti dada lelaki yang sangat di sukai banyak wanita di luaran sana.

"Ngapai buka baju?" Tanya Ifa agak risih. Memandang Fahri dengan mengernyit bingung. Fahri hanya nyengir tanpa dosa.

"Aku mau berenang." Kata Fahri.

"Airnya dingin." Ujar Ifa, mencoba membujuk agar Fahri tidak berenang di pagi hari.

"Kenapa emang? Berenang di es juga aku bisa." Fahri menurunkan kakinya lalu masuk kedalam kolam berenang, sebelum itu ia membuka celana panjangnya dan menyisakan boxer hitam.

"Ayo sini ikut." Ajak Fahri menggenggam tangan Ifa."kita pacaran yuk." Fahri mencium tangan Ifa. Terasa agak geli mendengar kata-kata pacaran di telinga Ifa.

"Kita udah nikah kalee.. ngapai pacaran?"

Fahri tertawa memperlihatkan deretan giginya yang putih. "Pacaran setelah halal. Kan lagi musim tuh yang begituan." Fahri mengedipkan matanya.

"Ih apaan sih! Genit banget!" Ifa cemberut. Kemudian ia berjalan menuju bangku di sebelah kiri kolam. "Aku lagi gak mood."

Fahri keluar dari kolam, menghampiri Ifa dengan tubuhnya yang basah kuyup. Dengan secepat kilat ia memeluk Ifa erat. "Aduh apaan sih kamu!? Basah tau!" Ifa mencoba melepaskan pelukan Fahri.

"Nggak mau ah! Aku kedinginan, ayo dong sayang peluk aku."

Wajah Ifa bersemu merah melihat tingkah Fahri yang childish. "Yaudah." Ifa membalas pelukan Fahri, memberi kehangatan di kulit Fahri yang dingin.

"Fa, kamu mau gak jadi pacar aku?" Tanya Fahri. Ifa terkekeh.

"Apaan sih!? Kumat gilanya." Ifa senyum-senyum. "Kita udah suami istri."

Fahri menatap Ifa. "Kita lomba, siapa yang paling lama bertahan. Dia yang menang." Fahri mengajak Ifa untuk lomba tatap-tatapan. Dia sangat tahu Ifa itu gak kuat kalau menatap Fahri lama-lama.

"Yang menang?"

"Yang menang boleh minta apa aja. Dan yang kalah harus mau nurutin apa aja permintaan si pemenang. Deal?"

Ifa membalas uluran tangan Fahri. "Deal!"

Pertandingan di mulai, Fahri menatap manik mata Ifa dan begitu sebaliknya. Ifa sudah mulai senyam-senyum gak jelas, pipinya bersemu merah. Sedangkan Fahri dengan senyum yang sangat manis seperti gula dan siapa pun yang melihatnya pasti segera diabetes menatap Ifa tanpa kedip.

Fahri dan IfanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang