22. Hati Bidadari

6.8K 350 22
                                    

"Mbak kemarin mau ngapai ke rumah?" Tanya Lea datar. Mereka sekarang berada di Taman kota. Tyas mengajak Lea ke Taman itu. Untuk mendengar cerita hidup Lea yang bebas itu.

"Mbak mau liat tante."

"Mama lagi gak dirumah, dia ke Bali." Lea mengelus perutnya, Tyas meliriknya.

"Kenapa kamu tega ngerusak rumah tangga Fahri dan Ifa?"

"Gue bukan ngerusak mbak! Gue juga gak tau bakal hamil." Katanya agak sedikit ketus.

Tyas menatap Lea sinis, rasanya ia ingin sekali menampar wanita yang berada di sampingnya itu. Kecewa karena sepupunya tidak bisa menjaga kehormatannya dan tidak bisa menjaga masa depannya. Hanya cinta yang mengubah Lea menjadi wanita bodoh, dengan mudahnya ia menghancurkan masa depannya sendiri.

"Kamu tega nyakitin hati Ifa? Hati bidadari?"

Lea agak sedikit tidak suka dengan julukan Ifa 'hati bidadari', seperti apa rupanya baiknya Ifa(?) Lea terus saja berprasangka buruk terhadap Ifa. Tidak mau sedikit pun bersikap manis terhadapnya.

"Gak usah lebay deh mbak! Hati bidadari? Emang Ifa itu sempurna banget, sampai-sampai dapat julukan seperti itu?"

Di sela perdebatan, handphone Tyas berdering tanda telepon masuk. Di layar tertulis nama Ifana Amanda.

"Halo mbak! Assalamu'alaikum."
"

Iya Fa, wa'alaikumsalam."

"Mbak dimana? Aku pingin ketemu."

"Mbak di Taman dekat toko pancake Duriannya Zahra kamu kesini aja."

"Yaudah aku kesana...lima menit lagi. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Tyas mematikan handphonenya. Ia kembali menatap Lea serius.

"Ifa mau kesini."

"Yaudah silahkan." Lea tersenyum devil.

lima menit kemudian...

"Assalamu'alaikum Mbak Tyas, Lea!" Ifa langsung memeluk Tyas dan tersenyum ke arah Lea, ia tidak mendapat respon baik dari Lea. Hanya wajah masam dan sinis yang ia dapatkan.

"Udah berapa bulan?" Tanya Ifa menatap lurus ke arah perut Lea, ia hendak mengelus perut Lea namun segera di tepis oleh Lea dengan wajah tidak suka.

"Gak usah sentuh-sentuh!" Ujarnya ketus.

"Lea.." desis Tyas.

Ifa tidak marah dengan perlakuan Lea, ia malah tersenyum. "Gapapa kok mbak! Mungkin bawaan hamil, jadi sensi." Ifa merogoh tas ranselnya, ia baru saja pulang kuliah. Di dapatinya sekotak susu ibu hamil di dalam tas ranselnya.

"Kamu mau? Ini bagus buat kehamilan. Aku juga minum!" Ia menyodorkan sekotak susu ibu hamil.

Lea mengambilnya dengan kasar. "Makasih!" Katanya singkat. Tidak enak juga jika ia menolak, bisa-bisa ia di ceramahi Tyas 24 jam.

"Waahhh Ifa kamu emang baik banget ya." Puji Tyas mengelus perut Ifa. "Liat tu dek! Umi kamu baik banget, semoga kamu baiknya sama kayak umi kamu." Ujarnya seakan berbicara dengan janin yang dikandung Ifa.

Lea tahu itu adalah sindiran buat dia, karena dia bukan wanita baik, dia tidak sebaik Ifa. Bahkan jauh dari kata baik.

"Fahri mana?" Tanya Lea.

"Lagi kuliah." Jawab Ifa lembut.

Lea ber-oh ria.

"Ntar pas usia kandungan aku tujuh bulan aku mau USG."

Fahri dan IfanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang