8. Pernikahan Fahri dan Ifana

14.6K 632 18
                                    

  Suasana sakral Sudah sangat terasa saat ini. Ifa memandang cermin yang sedang memantulkan wajahnya, ia melihat intens wajahnya yang dibalut make up seperti kebanyakan pengantin lainnya.

  Menikah di usianya yang masih   muda membuat Ifa takut tidak bisa mengurus rumah tangganya dengan baik. Bahkan, benih-benih cinta di dalam hati saja belum tampak dari Ifa maupun Fahri. Ini bukanlah perjodohan terpaksa, Fahri yang meng-khitbah Ifa dengan lantang di hadapan uminya. Dan itu berhasil membuat jantung Ifa berdetak kencang dan darahnya berdesir.

  Pukul sembilan nanti Ifa akan sah menjadi istri Fahri. Soal nafkah, Fahri sudah kerja sebagai karyawan di kantor papanya. Padahal papanya sudah menawarkan akan mengangkatnya menjadi direktur. Namun, Fahri menolak karena merasa dirinya belum pantas.

  "Nak, kamu sudah siapkan?" Tanya umi Ifa yang duduk di sampingnya. Di kamar sudah terpasang monitor untuk melihat acara ijab qobul. Ifa tanpa sadar melukiskan senyuman ketika melihat Fahri yang memakai kopiah hitam. Ifa suka melihat Fahri memakai kopiah rasanya Fahri terlihat sangat berwibawa dan tampan.

  "Ifa sudah siap kok umi." jawabnya mantap. Ifa kembali memperhatikan monitornya. Terlihat Fahri yang sudah menggenggam tangan penghulu dengan sangat erat. Dari raut wajah Fahri terlihat wajah cemas, Ifa berdo'a di dalam hatinya agar Allah melancarkan semuanya dan menghilangkan rasa cemas Fahri.

  "Saudara Muhammad Fahri Alatas, saya nikah kan dan kawin kan engkau dengan Ifana Amanda binti Almarhum Umar Baskoro dengan sebuah cincin berlian dan seperangkat alat sholat, TUNAI." penghulu mengatakan dengan lantang.

  "Saya terima nikah dan kawinnya Ifana Amanda binti almarhum Umar Baskoro dengan mas kawin tersebut, TUNAI." Fahri sangat sangat lantang mengucapkan ijab qobulnya.

  Sedetik kemudian air mata Ifa tak tertahankan lagi. Ifa menangis sambil menyender di pundak Uminya. Hati wanita mana yang tidak terharu jika seorang lelaki dengan lantang dan tegas mengucapkan namanya dan nama ayahnya di dalam kalimat ijab qobul. Itu yang sekarang di rasakan Ifa, ia sangat terharu. Ia bersyukur bisa menikah dengan lelaki yang bertanggung jawab seperti Fahri.

  "Sayang, selamat ya nak! Umi sayang banget sama kamu." umi mengelus puncak kepala Ifa yang tertutup jilbab berwarna biru yang sangat cantik.

  "Ifa juga sayang umi." tangisan Ifa semakin memuncak. Ifa sesenggukan dan tidak dapat membendung air matanya lagi.

  Umi menghapus air mata Ifa lembut. "Jangan nangis dong nak! Ntar make up kamu luntur loh, ntar Fahri gak mau liat kamu" kata umi yang di balas cengiran dari Ifa.

  Ifa tertawa sambil menghapus air matanya yang masih jatuh. "Umiii jangan bercanda." ujar Ifa dengan suara bergetar.

  "Ayo keluar Fa, Fahri sudah nunggu tuh! Gak sabar liat istrinya yang cantik jelita ini." Ifa mengangguk, umi memegangi tangan Ifa dan mereka keluar dari kamar. Semua pasang mata melirik ke arah mereka. Ifa seperti artis papan atas yang di serbu banyak pujian dari fans.

  "Cantik banget Ifa.." kata Zahra.

  "Kak Ifa cantik banget sumpah." Chika ikut kagum.

  "Aunty Ifa kayak badut pake make up." dari sekian pujian hanya satu celaan dan itu hanya keluar dari mulut keponakan nakal Ifa, Aqsal.
Tidak ingin acara sakralnya berantakan Ifa mencoba menahan emosinya ia tidak mempedulikan apa yang di ucapkan keponakan nakalnya itu.

  Ifa duduk di samping Fahri dan penghulu memberikan cincin pernikahan kepada mereka. Fahri memakaikan cincin berlian itu ke jari lentik Ifa, Ifa sudah meminta Fahri agar tidak berlebihan memberikan cincin berlian namun Fahri tetap keukeuh.

Fahri dan IfanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang