Buku hijau diatas meja warna coklat kusam dimakan usia, terdapat coretan tipex dari anak-anak yang pernah singgah. Dulu buku hijau itu tak ada disana, mejanya pun dulu tak terpakai digudang sampai debu merubah warnanya jadi abu-abu. Tapi untungnya tak ada rayap yang mau menggrogoti karena mejanya sejak awal dilapisi dengan pernis agar warnanya mengkilap.
Sering sekali aku membaca kata demi kata yang dicoretkan dimeja, ada yang memang sejak awal cuma iseng, ada yang menulis tentang cinta, ada juga yang menulis tentang patah hati. Mungkin pikirnya, jika mejanya diam itu berarti tak ada masalah. Jadi mereka mereka tak peduli dengan jika mejanya kotor penuh coretan.
Aku pernah berniat mencoret meja dan menulis tentang kita berdua, tapi temanku berbisik; "tak usahlah kau tulis dimeja, jika suatu saat kau berpisah. Kau akan susah payah menghapusnya. Kau tulis saja setiap ceritamu dibuku hijauku ini.". Kemudian dia pergi.
Malam harinya aku menulis dengan bollpoint warna biru tua. Setiap waktu yang kita lewati, ku tulis seindah mungkin agar suatu saat kau tertarik membacanya dan bersemayam dikepalamu. Semoga saja.
Tapi tiba-tiba ada yang mencoret setiap halaman dibuku-ku, awalnya aku berpikir baik saja; mungkin hanya iseng. Kemudian aku melanjutkan menulis dihalaman selanjutnya. Esoknya buku-ku tercoret lagi, logika ku berkata; apa mungkin ada yang sengaja agar cerita kita hancur?
Keesokan hari, kita bertemu ditempat yang kau rencanakan. Ku kira kau akan bercerita seperti hal biasanya, tapi hampir satu jam kau hanya diam. Mungkin kamu lelah karena berlatih baris-berbaris seharian, logika-ku bermain begitu. Kamu mendekat dan memelukku sedangkan mulutmu berbisik; kita sudahi saja hubungan kita. Kemudian kau melepaskan pelukanmu, lalu aku meminta ijin untuk pergi tanpa meminta penjelasan. Bagiku, diammu sudah sangat jelas menela'ah kepergianmu.
Aku menemukan buku hijau diatas tumpukan buku pelajaran, aku coba membacanya dari awal. Aku mencari dari kata-per-kata disetiap halaman, siapa tau jika kau membacanya, kamu dapat mengurungkan niatmu. Tapi sial, coretannya membuat setiap cerita jadi tak terbaca. Ku letakan lagi bukunya. Lalu tidur.
Ke-esok-an-nya lagi, Aku berjalan diantar meja-meja dikelas. Aku melihat meja tua itu sudah tak lagi digunakan, entah kapan dan siapa yang sengaja memindahkan. Aku mencoba mencarinya digudang samping kantin sekolah. Ku letakan saja buku hijau yang sudah terlalu banyak coretan, diatas meja.
Lalu aku kembali ke kelas, temanku menghampiri dan berbisik; aku punya buku baru untuk menggantikan buku lama-mu, aku ingin disini tertulis tentang kita mulai sekarang, dan ayo menjaganya jangan sampai ada yang tercoret.
26 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu; Masalalu Yang Tak Pernah Usai.
PoetryTentangmu, masalalu yang tak pernah usai.