"Tunggu aku sukses jika mau"
"Sampai kapan?"
"Tak tau, mungkin sampai orang tuamu percaya jika yang ku lakuan semata-mata hanya agar menjadi milikmu."Kamu menggenggamku erat. Aku justru takut ketika kamu tak menangis, tak biasanya seperti ini. Aku kawatir kamu menganggapku pergi untuk hilang, padahal kamu satu-satunya rumah yang ku tuju sebagai pulang. Semoga saja kamu paham.
"Tapi kapan?" Kamu bertanya, padahal jawabannya sudah ada dikepala orangtuamu.
"Tunggu saja." Aku memelukmu dan aku berhutang satu kali memelukmu saat nanti bertemu kembali.
"Semoga saja aku bisa menunggu"
***
03:20 dini hari
Aku menagih.
Aku harap,
Kamu tak lupa, bahwa setiap tulisanku diam-diam mengeja namamu.
Selamat pagi, jika notifku berhasil masuk ke ponselmu dan membuatmu tergesa membaca ini. Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu; Masalalu Yang Tak Pernah Usai.
PoetryTentangmu, masalalu yang tak pernah usai.