Terik siang matahari terasa sekali membakar kulit, aku beristirahat didepan kraton surakarta dengan seorang kawanku.
Kami bercengkrama tentang apa saja disana, sampai es dawet ditangan kami sama-sama menyusut habis tak bisa diminum.
Ada seorang wanita yang daritadi melihat kami berdua dari kejauhan, tapi mataku tak bisa memfokuskannya untuk mengenali. Ku abaikan saja, barangkali hanya orang biasa yang tak sengaja melihat.
Wanita tadi menghampiri tapi aku tetap mencoba tak menghiraukan. Dia berdiri didepanku, "bagaimana kabarmu?". Aku melihat beberapa detik terpaku pada wajah manisnya, Aku tak sedikitpun lupa detail dari wajahnya. Tak berubah sedikitpun sejak terakhir berpisah.
"Baik.." Aku menjawab seadanya dengan menganggukan kepala.
Sekarang dia duduk didekatku dengan tas merah kecil yang selalu ia bawa kemanapun, aku mencoba tak memandangnya lagi; aku takut rindu yang ku buang datang lagi.
Kita sama saling mengingat masa dulu, bercerita dari awal bertemu sampai akhir perpisahan. Rupanya dia tak pernah melupakan meskipun sekarang sudah ada yang lain dihatinya.
Aku mulai memberi jarak dengannya. Aku lupa bahwa dia sudah bukan milikku lagi.
"Bagaimana dengan pacarmu? Ku kira kamu akan bercerita tentang hal bahagia dengan pacarmu" Aku bertanya dengan ragu.
"Bukankah kau tak mau melepas rindumu saja daripada bercerita tentang hal yang tak kau sukai?"
Suasana hening, tapi kami saling berpelukan.
3 Mei 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu; Masalalu Yang Tak Pernah Usai.
PoetryTentangmu, masalalu yang tak pernah usai.