Ada wanita yang menangis dibangku taman kota tak jauh dari pandangan mataku.
Dia adalah wanita yang setiap sore selalu menulis buku kecil warna biru, dengan sesekali tersenyum yang mengalahkan senja. Wajahnya selalu ceria setiap aku melihatnya, Tapi akhir-akhir ini tak seperti biasanya.
Matanya sering meneteskan air mata yang merobek senyum indahnya. Bahkan tangan mungilnya tak sanggup membendung tangisan.
Aku hanya melihat dari kejauhan, ada tatapan sedih ketika si wanita melihat buku yang sering ia tulis. Tapi sepertinya ia tak menulisnya lagi.
Entah apa yang ia tulis dulu hingga ia menangis membacanya.
Suatu ketika bukunya tertinggal ditaman, aku memungutnya dengan rasa ingin tahu tetang isi buku wanita tadi.
Aku membawanya kerumah, membacanya dari halaman pertama sampai akhir cerita.
Buku tadi seolah menceritakan tentang dua orang sepasang kekasih yang bahagia, hampir setiap lembar halaman tak ada masalah diantara mereka.
"Sepertinya tuhan sudah menjodohkan mereka, aku berpikir begitu dalam hati."
Tapi tidak dibagian akhir, dia harus merelakan seseorang yang dari dulu menemaninya membuat cerita didalam buku biru kesayangannya.
Si pria dari wanita tadi ternyata sudah pulang ke pelukan sang maha kuasa.
--- --- --- --- --- --- --- --- ---
Sore di hari selanjutnya aku kembali ketempat wanita kemarin menangis. Dia duduk disana, masih sama seperti hari-hari kemarin. Entahlah sudah berapa air mata yang ia keluarkan.
Aku menghampiri perlahan dengan membawa buku yang tertinggal ditaman.
Aku duduk disebelahnya, mengembalikan bukunya.
........ Selanjutnya ........
12 Mei 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu; Masalalu Yang Tak Pernah Usai.
PoetryTentangmu, masalalu yang tak pernah usai.