Pagi hari adalah waktu yang tepat menyatukan diri kepada alam selain saat senja.
Aku berusaha merangkai kata dari yang paling sederhana sampai yang paling tak ku sukai; yaitu menulisnya dengan cinta.
Tapi kamu tetap saja tak peduli, aku berpikir baik saja kalau begitu; mungkin makna tulisanku tak begitu jelas, jadi kamu tak bisa memahaminya.
Pikiran jahat pun berbisik; tak usahlah berbicara tentang makna, dia saja enggan membaca tulisanmu. Bagaimana bisa memahami maknanya?
Ada sedikit perdebatan diotakku pagi ini. Dingin pagi hari terasa menyengat kulit dan membuatnya seperti membeku.
Untungnya aku punya pikiran baik, yang selalu berpikir bahwa kau tak pernah meninggalkanku. Pikiran jahatku pun memaki, tapi tetap saja pikiran baik yang menang.
Pikiran baik membisik lagi; Tak usahlah kau dengar pikiran jahatmu, lagi pula kau tak tau apa yang dia lakukan dibelakangmu. Bukankah lebih baik berprasangka baik, jika kau tak begitu jelas mengetahui?
Aku berhenti berdebat dengan pikiranku sendiri.
Barangkali, aku perlu sedikit air hangat untuk mandi. Lagipula matahari juga sudah mulai keluar dari sarangnya. Semoga saja ini awal dari pertanda baik.
Ayo bangun tuan -pikiran baik mengajak-
27 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentangmu; Masalalu Yang Tak Pernah Usai.
PoetryTentangmu, masalalu yang tak pernah usai.