14 °° Manis [Keyla PoV]

1.1K 51 0
                                    

"Jadi ke rumah gue gak? Sekarang aja ya, mumpung belum jam pulang sekolah. Tadi surat izinnya udah gue urus, tas lo juga udah di sofa, tinggal keluar aja. Nanti makanannya biar diberesin anak PMR." Titahnya menunjuk ke arah sofa dimana tasku berada.

Bawel juga ya ni anak?

"Anak PMR kok gak ada? Mereka pada kemana?"

"Gue usir. Nanti ganggu." Empat kata yang membuatku tertawa. "Kenapa ketawa?"

"Lo tuh aneh. Tadi Selena sama Rangga lo usir, sekarang anak PMR malah lo usir juga. Nanti siapa lagi yang mau lo usir?"

"Entahlah. Mungkin siapa aja yang gangguin kita nanti. Udah yuk, pulang sekarang! Lo ke sini naik apa?" Tanya Daniel kemudian mengambil tasku dan tasnya di sofa.

Ketika aku hampir saja turun dari kasur, tiba-tiba kakiku tersandung kotak P3K yang terletak di bawah kasur.

"Aaa!" Teriakku bersiap terjatuh dengan memejamkan mata.

Loh, kok gak sakit sih? Ku buka mataku dan aku terkejut lagi dan lagi. Daniel berdiri tepat di depanku, memegang kedua lenganku agar aku berdiri kembali.

"Lo gak papa?" Tanya Daniel sok peduli kepadaku. Iya, sok peduli. Pasti dalam hatinya dia tertawa menang.

"Ehm, gak papa. I'm okay. Gue ke sini tadi naik mobil." Ucapku setelah lepas dari pegangannya.

"Mobil?" Dia sempat kaget dan berusaha menutupinya. "Oh, gue anterin sampe parkiran ya? Sekalian gue mau ambil motor gue."

"Tasnya gue bawain aja." Pintaku yang mendapat indahan tatapan tajam olehnya.

"Gausah, lo lagi gak enak badan. Mending gue aja yang bawain. Lo diem aja, gak usah banyak aturan!" Suruhnya dengan sedikit membentak.
Aku langsung terdiam dan menundukkan kepala. Tanpa ku sadari, tanganku meremas pelan tangannya. Bahkan aku bisa merasakan telapak tanganku yang terasa dingin di tangannya yang hangat.

"Sorry, gue gak bermaksud ngebentak elo. Dan lo jangan gugup gini dong!"Ucapnya dan aku langsung menganggukkan kepala.

"Mobil lo yang mana?" Tanya Daniel ketika kita sudah berada di parkiran yang didominasi dengan mobil mewah yang berjajar rapi.

"Lambo warna hitam yang paling pojok dekat motor Ninja merah itu!" Jelasku sembari menunjuk ke arah mobilku terparkir.

"Gila! Mobil lo keren amat! Lo sebenernya anak siapa sih? Gue lihat penampilan lo biasa-biasa aja, gak kayak orang tajir." Ucapnya heran dan tak menyadari jika kata-kata itu membuatku ingin menangis lagi.

"Eh, sorry gue gak bermaksud buat ngehina lo. Sorry ya! Beneran deh, gue gak ada niatan." Ucapnya minta maaf yang terdengar tulus.

Kupaksakan tersenyum dan tertawa hambar, "Gak papa, gue emang gak cocok jadi orang tajir. Ini mobil bukan punya gue. Ini punya majikan gue."

"Majikan? Maksud lo apa?" Tanya Daniel bingung. Oh, apakah aku harus menjelaskannya lebih detail?

"Ini punya anak dari majikan gue. Kebetulan dia anaknya baik, dia rela minjemin gue salah satu mobilnya."

Daniel hanya terdiam dan tak mau berkata apa-apa. Dia terus-terusan memandangi mobilku, sesekali dia juga melihatku dengan tatapan tak percaya.

"Apa lo gak mau temenan sama gue yang cuma jadi anak pembantu?" Tanyaku seolah membaca pikirannya. Namun dia malah nampak terkejut dengan omonganku.

"Enggak! Bukan itu maksud gue. Yaudah, gausah dipikirin, mending langsung cabut aja. Lo ikutin gue dari belakang ya, nanti gue nyetirnya pelan-pelan kok!" Ucapnya dan aku langsung terkekeh melihat ekspresinya yang masih merasa bersalah. Gausah pelan-pelan gue juga gak bakalan kehilangan jejak lo kali.

"Nyetirnya biasa aja, gue malah risih kalo nyetirnya lamban kayak siput. Yuk, cepetan!" Suruhku dan langsung menekan tombol unlock di kunci mobilku sebelum membuka pintunya.

Daniel malah diam di depan mobilku. Akhirnya kubuka kaca mobil, "Kok diem? Ayo, keburu sore!" Teriakku.

"Nih, tas lo masih ada di gue. Mau lo bawa sendiri apa gue aja yang bawain?" Tanya Daniel yang membuatku malu seketika. Aduh, bloon-nya diriku ini. Tas aja bisa kelupaan gara-gara Daniel itu!

"Ah, ya! Sini, biar gue aja yang bawa!" Aku langsung membawa kabur tasku ke dalam mobil dan menyalakan mesinnya, namun belum kujalankan mobilnya karena menunggu Daniel yang masih diam saja.

Tin! Tin!

Kubunyikan klakson mobil dan dia langsung gelagapan naik ke atas motor Ninja berwarna merah yang tepat berada di samping mobilku.

"Jadi, itu motornya Daniel?" Tanyaku sendiri tak percaya.

Tin! Tin!

Kali ini bukan aku yang meng-klakson, namun suara itu berasal dari motor Daniel. Dia memberi isyarat kepadaku untuk mulai mengikutinya dengan lambaian tangannya setelah dia memakai helm full face yang berwarna merah pula.

Aku membuka kaca mobil dan mengangkat jempolku ke udara mengisyaratkan kepadanya bahwa aku sudah siap. Daniel mengangguk dan langsung menjalankan motornya keluar area sekolah.


TBC

When The Bad Boy Loves Me [SLOW UP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang