Catatan Ria untuk jodoh; Irzan Faiq Ronazy.Untuk lelaki yang namanya hanya bisa terucap dalam doa, terucap dalam harapan, dan mimpi-mimpi yang enggan menjadi kenyataan. Irzan Faiq Ronazy, dari sekian banyak manusia yang menyayangi mu, dan apakah aku berhak menaruh perasaan berharap padamu? Aku terkadang merasa bodoh, aku dapat menaruh perasaan kepada orang yang bahkan tak mengetahui bahwa aku ada di dunia ini. Dan dari situ aku belajar, bahwa cinta bukan hal biasa, dia datang kapanpun dia mau, dan membuat seseorang yang merasakanya merasa pilu. Mungkin mencintai seseorang diam-diam memang menyakitkan, tapi menurutku, mencintai seseorang dengan kehingar-bingar-an, tetapi dia tidak mengetahui itu lebih menyakitkan.
Mine.
(Namakamu) kembali ceria, sesuatu yang membuat Dinda (yang diam-diam merasa sedih dengan perubahan (Namakamu).) akhirnya merasa senang.
Dinda diam-diam khawatir dengan sikap (Namakamu) yang semakin tak bisa mengontrol emosi nya. Dan apakah ada yang lebih menyenangkan selain nengetahui bahwa temen ter-gesrek nya peduli pada nya?
(Namakamu) berjalan ke kelas nya sambil cekikikan seperti orang gila yang kerasukan mimiperi, (Namakamu) menahan nafas lega ketika bertemu dengan pandangan kesal setengah mati diambang pintu kelas.
''WOI KENAPA GA MATI AJA LU?'' Dinda terseok-seok jalan karena rok nya dijepit di meja Aqiel. Bukan salah Aqiel, tapi salah Er-em!
"(NAMAKAMU) KEMBALI!!!" Nisa yang sokap banget dateng dan langsung mencubit pipi (Namakamu) gemas.
"Alay lo kambing! Gue sakit sehari doang." (Namakamu) menjitak kepala Nisa yang lagi sibuk melukin tubuh (Namakamu). (Namakamu) minggir dan segera menjauh.
"Gimana sama Irzan? Cuit cuit." Dinda kan emang gitu anaknya :) wajarin ya.
"Males! Gausah ngomongin Irzan, gue masih ngambek." (Namakamu) ngambil kipas-kipas an di tas nya dan duduk dengan sok manis di kursi nya.
"Iyaiya!"
* * *
"Sini gak!" Irzan ketawa-tawa dengan polos nya sambil terus naro tangan nya di pinggang (Namakamu). Irzan tinggi, (Namakamu) pendek, jangan lupain fakta itu. Yang bikin (Namakamu) selalu merasa dihimpit kalo dia lagi di rangkul sama Irzan.
"Mau kemana si!" (Namakamu) masih sok ngambek, Irzan bodoamatan, dia terus-terusan ngajak (Namakamu) ke arah tempat parkir.
Oke. (Namakamu) masih ngambek, salah. Pura-pura ngambek maksudnya, ya (Namakamu) mana bisa sih lupain Irzan dan nge-diem in Irzan. Bikos irjan pacar ria. Gadeng hehe.
Irzan diem terus, dia senyum mulu jadi kek psikopat gitu.
"Belum mau maafin?" Irzan diri dihadapan (Namakamu), (Namakamu) nge-dongakin kepala nya untuk liat Irzan yang entah kenapa tiap hari makin tinggi.
(Namakamu) menggeleng. Maafin itu ga semudah itu! Cih, (Namakamu) udah kayak orang gila kemaren, dan Irzan cuma minta maaf? Gak deh ya.
"Mau apa sih? Heum?" Irzan mendekat, dia maksa dirinya buat gak melakukan apapun karena ini masih di lingkungan sekolah. Karena sebenernya Irzan udah bener-bener gemes sama (Namakamu).
YOU ARE READING
Mine [irzanf]
FanfictionIrzan yang selalu terang-terangan mendekati (Namakamu), dan (Namakamu) yang terlalu main-main akan perasaan Irzan. Tak menyadari bahwa Irzan sedikit demi sedikit terluka.