Yamanaka Ino's Check Up

356 37 0
                                    

"Baiklah. Kita sudah sampai,nona. " ucap Sai.

Ino menangguk. Sai keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu mobil Ino dan membukanya. Dirinya masih melamun membayangkan perkataan Sai selama perjalanan.

'Apakah dia menembakku? ' batinnya.

"Maaf, tapi, perkataan saya selama perjalanan tidak ada maksud apa-apa. Jadi tolong jangan terlalu dipikirkan." ucap Sai.

Ino tersentak kaget.

'HAAA!? Apakah dia membaca pikiranku?' batinnya lagi.

"Maksud saya, saya hanya meminta kerja sama nona saat saya menjadi pelayan pribadi nona. " lanjut Sai sambil tersenyum.

INO'S POV

Hihh. Senyum yang memuakkan! Kurang ajar kau, Sai. Sudah membuatku terbang tinggi, lalu, dihempaskan begitu kencang. Ingin sekali aku meremas-remas wajah tampanmu itu.

KAU PIKIR AKU AKAN JATUH CINTA PADAMU ?! hahaha. Tidak akan mungkin. Uhh.. Tidak akan pernah.

Aku membuang muka. Tidak ingin menatap wajahnya. Menunduk, lalu keluar dari mobil ini.

"Nona, ayo kita menemui Sakura, dia sudah menunggu kita. " ucap Sai.

"Dimana? " tanyaku sinis.

"Di ruang prakteknya. Lantai 3 kamar VIP 30."

"AKU TIDAK MAU! " potongku.

"Ahh.. Saya belum selesai berbicara, nona. Saya tau, anda tidak suka di kamar VIP 30. Jadi, saya sudah menelepon Sakura dan memintanya untuk berpindah ruangan. "

"Kemana? " tanyaku singkat.

"Ke kamar favorit nona. Lantai 4 kamar VIP 8." jawabnya.

Haah!! Kenapa dia bisa tau kamar favoritku? Kita baru bertemu tadi pagi, dan dia sudah tau satu-satunya kamar di Rumah Sakit Tokyo yang kusuka? Kenapa bisa?

Aku menepis pertanyaan-pertanyaan itu. Kulangkahkan kakiku untuk masuk ke lift dekat bagian pendaftaran Rumah Sakit. Memencet tombol naik dan pintu lift langsung terbuka. Bersamaan denganku, ada seorang nenek tua yang duduk di atas kursi roda. Badannya sangat bau dan kusam, dan lebih mengejutkan lagi, di belakang nenek itu ada orang yang sangat aku kenal.

"HINATA!! "

"I..INO!! "

Teriak kami bersamaan.

Kami berpelukan dan membiarkan pintu lift tertutup.

"Hei, Ino. Apa yang kau lakukan di sini? Apakah hari ini hari pengecekan kesehatanmu? " tanya Hinata.

"Oh, iya dong.. Aku kan harus tetap menjaga kesehatanku. " jawabku.

"Ahh.. Kau tetap tidak berubah ya. Selalu saja sombong. Hahaha. Ngomong-ngomong, siapa dia? Tampan sekali,apakah dia pacarmu?" tanya Hinata sambil menunjuk ke arah Sai.

"Ah, dia pelayan pribadiku. Kalau dia siapa? Bau dan kusam sekali. " jawabku. Yah, dengan pipi yang sedikit memerah.

"Sst, dia bisa mendengarmu. Aku tadi bertemu dengannya di pinggir jalan. Karena merasa kasihan, aku mengajaknya untuk diperiksa oleh dokter Rumah Sakit Tokyo. Namanya Sarutobi Kurenai" jawabnya.

TING!!

Lift sudah berada di lantai 4, sekarang waktunya aku keluar. Aku harap dapat lebih lama lagi bersama Hinata. Tapi, orang tua ini sangat bau. Merusak pemandangan saja.

"Aku duluan ya, Hinata-chan. " ucapku.

"Kami permisi dulu, nona Hinata dan Ibu Sarutobi. " sahut Sai.

"Baiklah. Sampai ketemu nanti. " jawab Hinata.

Aku melirik ke arah nenek tua tadi, dia tersenyum. Tersenyum ke arahku. Aku sangat terkejut. Tanpa kusadari, bibirku menyunggingkan sebuah senyuman. Apa-apaan perasaan ini?

Normal POV

"Nona, ayo kita pergi. " sahut Sai membuyarkan lamunan Ino.

"Ah, iya. "

Pintu lift sudah tertutup dari tadi, dan Ino masih berdiri di depannya sambil melamun. Kenapa?

Sai berjalan di depan Ino. Ia menuntun Ino untuk masuk ke dalam ruang VIP 8. Saat membuka pintu, tampaklah Sakura yang sudah duduk manis di meja prakteknya dengan jas merah muda dan stetoskop yang melingkar di lehernya. Ia tersenyum lalu berdiri mendekati Ino.

"Hoi. Ino. Kau telat seperti biasa. " sapa Sakura.

"Tidak usah basa-basi lagi. Lakukan apa yang harus kau lakukan. "

"Kau tetap tidak berubah ya. Hahh. Ayo duduk di sini. " ucap Sakura sambil menghela napas panjang dan menunjuk tempat tidur di ujung ruangan.

Ino mengikuti instruksi Sakura. Sedangkan Sai, dia hanya berdiri di samping meja praktek Sakura.

Pertama, Sakura menempelkan stetoskopnya ke dada Ino. Dia mengecek detak jantungnya lalu menulis hasilnya di kertas yang ia bawa.
Kedua, Sakura menggunakan sphygmomanometer untuk mengecek tekanan darah Ino. Dan menulisnya lagi di kertas.
Lalu, Sakura mengambil otoskop dan mengarahkannya ke telinga Ino. Sakura mengangguk dan menulis hasilnya di kertas.
Keempat, Sakura menempelkan termometer digital ke telinga Ino. Ia mengecek suhu tubuh Ino. Angka pada termometer menunjukan angka 36° , Sakura mengangguk lagi dan menulisnya di kertas.
Terakhir, Sakura menyuruh Ino untuk membuka mulutnya. Dia melihat ke dalam mulut Ino menggunakan penlight dan hasilnya ia tulis  di kertas kembali.

"Baik, sudah selesai. Kau masih sehat, kok." ucap Sakura sambil tersenyum.

"Terima kasih, Sakura. " jawab Ino dengan senyuman yang terpampang pada wajahnya.

Sakura terbelalak. Dia terkejut dengan apa yang dilakukan Ino.

"Ah.. Ahhh, Ino, tumben sekali kau tersenyum dan mengucapkan terima kasih. " sahut Sakura dengan wajah seriusnya.

"Lupakan, Sakura. Oh ya, kabar buruk apa yang kau ingin beri tahu padaku? " tanya Ino sambil mengalihkan pertanyaan Sakura tadi.

Wajah Sakura berubah menjadi sangat sedih dan seperti yang sangat terpukul. Dia menatap Ino dengan tatapan mata sendu dan menghela napas panjang.

"Kabar buruknya adalah.. "

-Bersambung-

Thin Line ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang