A Frightening Threat

276 33 6
                                    

"Tolong Sai!! TOLONG HERMOSO!! "

Hermoso masih menggit tali yang berada di ujung balkon. Semakin lama tubuhnya semakin tergelincir ke bawah. Dia menggeliat seakan meminta pertolongan. Dengan sigap, Sai langsung menarik tali itu.

Tapi, Hermoso terjatuh!

Dengan cekatan, Sai terjun untuk menangkapnya. Sai menggantung di ujung balkon dengan satu tangan menggenggam tiang balkon.

"SAI!!! " teriak Ino.

Sai berusaha untuk menarik tubuhnya ke atas. Dan akhirnya...

"HAHH.. Sa.. Sai? " sahut Ino dengan suara yang tercekat di tenggorokannya.

"Hermoso selamat. Sebaiknya kau rawat dia. Ujung bibirnya lecet. " jawab Sai sambil tersenyum.

"HERMOSO BISA NANTI!! " teriak Ino ketus.

Hening.
Tak ada yang berani untuk memulai pembicaraan.

GUK!! GUK!! GUK!!

Gonggongan Hermoso memecah keheningan diantara mereka berdua. Anjing itu menjilati pipi Sai. Sambil menggendong Hermoso, Sai mengambil kotak P3K untuk mengobati ujung bibir anjing Ino itu. Ino yang sedari tadi terdiam, berdiri dan meninggalkan kamarnya entah menuju kemana.

"Apa-apaan dia? " gumam Sai kebingungan.

GUK!! GUK!!

Hermoso menggonggong lalu ikut meninggalkan kamar Ino. Begitu pula Sai. Merasa tidak perlu melakukan apa-apa lagi di kamar Ino, dia pergi meninggalkan kamar itu lalu masuk ke dalam kamarnya sendiri. Mengunci pintu lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Mukanya berubah. Dia memegangi tangannya serta bahunya, wajahnya berkerut seperti sedang menahan rasa sakit yang teramat sangat.

"Bagaimana ini? Aku tidak bisa keluar dengan keadaan seperti ini. " bisik Sai entah pada siapa.

Iya menggengam tangannya erat.

TES!! TES!!

Darah.

Darah, darah, dan darah.

Tangan Sai terluka parah. Setelah ia bergantung di ujung balkon tadi, tangannya lecet. Tidak hanya lecet, setelah dia terjun untuk menyelamatkan Hermoso, bahunya terkilir.

"Ugh!! "

SAI'S POV

Bagaimana ini? Kalau Ino tau ini bisa gawat. Aku tidak ingin dia mengkhawatirkan diriku. Dialah yang harus aku khawatirkan. Dialah yang harus aku lindungi. Dan dialah yang harus aku prioritaskan. Akan sangat memalukan kalau aku sakit di hadapannya.

Aku membilas tangan kananku yang terluka tadi dan mengobatinya. Setelah itu, aku keluar dari kamarku dan mendapati Ino sedang berdiri di samping pintu kamar dengan tangan terlipat di depan dada.

"Ah. Nona. "

"Apa kau baik-baik saja? "

"Ya, aku baik-baik saja. "

TING!! TING!!

Ah. Itu suara HP -nya. Dia mengeluarkan HP-nya lalu memeriksa sesuatu. Setelah kurang lebih 1 menit dia memperhatikan dalam keheningan, tiba-tiba wajahnya berubah cemberut dan terlihat marah besar.

"Baka! " sahutnya.

"Ada apa nona? "

"Ah, tidak. "

"Mengapa nona menekuk wajah cantik nona? "

"Tidak apa-apa. "

"Apa teman nona membuat masalah? "

Thin Line ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang