Tragedies on The Second Morning

281 31 2
                                    

"Hoahhhmmm.. K.. KYAAAAA!! " 

Ino menjerit sekeras-kerasnya. Bagaimana tidak? Ketika dia membuka matanya yang masih mengantuk itu, ada seorang lelaki tampan yang berdiri tepat di depan wajahnya. Dan, sialnya lagi,  wajah mereka hanya berjarak 3 inchi.

BUGG!!

Ino memukul dada lelaki tersebut sehingga lelaki itu terpental lumayan jauh dari kasurnya. Tenaganya cukup kuat walaupun dia benar-benar baru bangun.

"Saa.. SAII!??? " teriak Ino lagi.

Sai mengelus dadanya. Wajahnya masih bisa tersenyum walaupun keningnya berkerut.

"No.. Nona.. Itu sakit sekali. Uhuk! "

"Ahh.. Maafkan aku Sai! "

Ino langsung berdiri dan berlari menghampiri Sai. Ia berlutut lalu memberikan tatapan cemas padanya.

"A.. Apakah kau bu.. butuh sesuatu? A.. Aku akan mengambilkannya untukmu. " kata Ino sambil tergagap-gagap.

"Tidak usah nona. Saya baik-baik saja. "

"Kau selalu saja berkata begitu. Tunggu sini. Aku akan mengambilkan minum untukmu. " ucap Ino ketus.

"Nona ternyata perhatian juga ya. Hm.. " jawab Sai sambil tersenyum.

Mendengar itu, Ino langsung berdiri dan pergi ke dapur. Ia meninggalkan Sai yang masih duduk dan juga memegangi dadanya di lantai.

'Aku tidak akan membiarkan dia melihat wajahku sekarang ini. ' batin Ino.

Ya, wajah Ino sekarang berubah merah padam. Ia malu ketika berhadapan dengan Sai.

'Ah.. Tapi, kenapa aku malu? Kenapa wajahku memerah? Kenapa aku perhatian pada dirinya? ' lanjutnya.

Ino telah sampai di dapur lalu pergi mengambil gelas. Ternyata, gelas tersebut berada di rak paling atas. Dia berniat untuk mengambilnya sendiri sambil berjinjit.  Tapi, semua itu diluar dugaannya. Gelas itu tergelincir dari tangannya dan terjatuh.

PRANGG!!

"Ahh.. Auww.. " teriaknya tetapi langsung dibungkam oleh tangannya sendiri.

Kakinya terluka cukup parah. Banyak goresan di sekujur kakinya. Ia mencoba berjalan, tetapi, kakinya tidak sanggup untuk bergerak.

'Pe.. Perih sekali. ' batin Ino sambil memejamkan matanya.

GYUTT!!

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyusup dari balik tubuh Ino. Lalu,  tangan itu menggendong dirinya secara tiba-tiba ala bridal style. Ino yang terkejut hanya bisa menggeliat terus menerus.

"Hentikan! Turunkan aku sekarang. Ini perintah!! SAI!! " ucap Ino.

"Diamlah. Kenapa kamu terluka? Jawab aku! " jawab Sai mengintimidasi.

'Tidak biasanya dia menggunakan "aku" dan "kamu" saat berbicara. Wajahnya serius sekali. ' batin Ino.

"Jawab aku, Ino. "

"Ahh. Iya.. Uhmm.. Itu.. "

"Aku tidak perlu basa-basi cepat ceritakan. Tadi aku mendengar suara benda yang pecah. Jadi, aku langsung mendekati sumber suara tersebut. Ternyata kamu terluka. Cepat ceritakan!"

"Uhmm. Tadi aku berniat untuk mengambil gelas. Dan Bla.. Bla.. Bla.. " jawab Ino menceritakan seluruh kejadian yang menimpa dirinya barusan.

Setelah mendengar itu, Sai menghela napas panjang lalu membuka pintu kamar Ino.

"Nona, silahkan duduk. "

'Dia kembali menggunakan kata "nona" !' batin Ino.

Sai pergi meninggalkan Ino dan berjalan mendekati lemari di samping meja belajar Ino. Di situ dia mengeluarkan sebuah kotak putih yang memiliki tanda tambah warna merah di atasnya.

'Kotak P3K! ' batin Ino lagi.

Sai kembali berjalan mendekati Ino. Tanpa meminta izin dari Ino, Sai langsung menarik kedua kaki Ino yang terluka. Ia membasuh luka-luka goresan, lalu, mengobatinya perlahan-lahan. Setelah selesai dia menaruh kembali kotak P3K tersebut.

"Sudah. Aku bisa berjalan. " sahut Ino sambil mencoba berdiri.

Tapi, kakinya masih terasa perih dan nyeri. Tubuhnya gemetar dan kakinya melemas. Ia pun hampir terjatuh, tetapi, Sai menahannya sehingga Ino sekarang jatuh ke dalam pelukannya. Dan, wajah mereka hanya berjarak satu jengkal saja!

"Sa.. Saii.. " gumam Ino pelan.

"Nona belum kuat. Jangan dipaksakan. Silahkan duduk kembali. "

Ino menurut kepada perkataan Sai.

"Nona harus menjaga diri sendiri, ya. Jangan mempedulikan tentang saya. "

"Ta.. Tapi, tadi seharusnya aku mengambilkan minum untukmu. Tapi.. "

"Sshhh.. " jawab Sai sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir Ino.

Sai berlutut dan mengangkat kaki kanan Ino. Secara perlahan, dia menunduk dan mengecup ringan kakinya. Ino mematung. Dia kehabisan kata-kata. Mukanya memerah dan mulutnya menganga.

GUK!!  GUK!!

Gonggongan dari Hermoso menyadarkan dirinya. Tetapi, sebelum dia sempat untuk berkata-kata, Sai sudah meninggalkan Ino.

"A.. Apa.. Itu ba.. Barusan!! " ucap Ino dengan suara tercekat.

"SAI!!! " teriak Ino.

SAI'S POV

Dan, aku sangat bingung dengan apa yang baru saja kulakukan. Aku bersandar di depan pintu kamar Ino sambil mendengar teriakkan nyaringnya yang memanggil namaku.

"Apa yang baru saja aku lakukan? " gumamku.

Aku menutupi mataku dengan tanganku.

Aku mengingat kembali kejadian dari dirinya bangun tidur, memukulku dengan keras, suara sesuatu yang pecah, lalu, aku langsung menghampirinya. Aku khawatir setengah mati. Aku tidak tega melihat dia terluka. Tanpa sadar, aku keceplosan berbicara menggunakan 'aku dan kamu' dengannya sambil menggendongnya ala bridal syle. Bodoh!  Padahal, aku sudah berusaha keras agar ia menganggapku tetap sebagai pelayan dulu. Dan barusan, barusan.. Aku mecium kakinya!

"Sai!! Tolong!! " sebuah rintihan terdengar jelas dari dalam kamar Ino.

Mendengar itu aku langsung masuk ke kamarnya tanpa seizinnya. Ketika pintu terbuka, aku benar-benar terkejut, Ino sedang telungkup di lantai, sedangkan Hermoso, dia sedang tergantung di ujung balkon kamar Ino sambil menggigit sebuah tali yang menggantung di dekatnya. Dia hampir terjatuh!!

"Tolong Sai!!  TOLONG HERMOSO!! "

-Bersambung-

Thin Line ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang