That Memories

358 18 2
                                    

"Oke... Minggu depan kita adakan quiz.. jangan lupa persiapkan diri kalian. "

"Siap, Bu. "

Kelas mulai sepi,  aku pun keluar bersama mereka. Saat menyusuri koridor lantai 2....tiba-tiba kembali kulihat punggung itu... Punggung orang yang kurindukan.  Punggung milik Sai.  Kali ini aku tidak mau lagi kehilangan.... Aku berlari menuruni anak tangga menuju halaman depan kampus.... Dengan napas memburu aku melihat sekeliling.  Tapi hanya kehampaan kurasa. Tidak ada Sai di sana.  Hanya rumput dan desah angin yang seakan mentertawakanku. Dan entah apa penyebabnya , air mata ini pun jatuh.  Air mata yang berisi jutaan kepingan rindu pada lelaki itu... Pada rambutnya yang lurus hitam,  rindu pada kelam matanya dan juga senyumnya yang samar.  Ya,  Sai... Aku rindu kamu.

Kakiku pun lemas dan aku hanya bisa bersandar pada pohon yang ada di taman ini,  pohon besar yang rimbun... Tak terasa aku pun merosot dan terduduk di tanah... Entah kenapa air mataku kali ini tak terbendung lagi... Aku hanya ingin menangis walaupun bahuku berguncang aku tak peduli.  Air mataku membuncah seperti banjir yang menjebol tanggul penahannya.

Kuingat kembali bagaimana dia berusaha menyadarkanku ada satu yang tidak bisa dibeli dengan uang,  ya..  Satu hal yang ternyata memang berarti yaitu KEBAHAGIAAN.

Dan bagaimana dia melawan kelima penjahat itu dan menyelamatkanku tanpa memikirkan keselamatannya.

Bagaimana dia sabar menghadapai tingkah konyolku saat aku masih nona muda yang kekanakan dan sombong.

Kali ini aku hanya ingin menangis sampai air mata ini kering.

Entah berapa lama aku menangis,  sampai akhirnya ketiga sahabatku terlihat menuruni anak tangga itu.

"Astaga,  ada apa denganmu? " tanya Sasuke prihatin.

"INO.... SIAPA YANG MENYAKITIMU? " teriak Sakura

Sssttt... "Kura,  pelankan suaramu. Aku tidak apa-apa.  Ayo kita pulang. ' kataku sambil bangkit dari rumput.  Aih,  kasihan juga si rumput yang sudah aku duduki sangat lama.

"Nong... Ada yang lo sembunyikan ya dari kami?  Gak biasanya lo begini. " selidik Naruto sambil memelototi mataku.

"ISH... Paan sih lo!" kataku sambil mendorong muka Naruto menjauh.

"Sudah biarkan Ino menyimpan rahasianya.  Kalau kamu mau cerita kami siap mendengarkan," jawab Sasuke menengahi.

"Aku pulang dulu ya,  sudah sore," kata Sasuke lagi.

"Ya,  aku juga harus membantu ibuku, " kata Sakura.

"Hati-hati kalian,  sampai ketemu besok ya.," jawabku sambil melambaikan tangan.

"Hei,  Uto... Lo ga pulang? "

"Iya gue pulang,  yuk kita naek bis sebelum bisnya habis. "

Aku pun mengikuti Naruto dari belakang.  Kami memang satu jurusan sehingga sering pulang bareng. Naruto adalah sahabat yang baik,  dia juga pria yang setia.  Beruntunglah Hinata mendapatkannya.

Sepanjang perjalanan Naruto memencet ponselnya,  dia sedang chat dengan Hinata yang bekerja di kota lain.  Hinata memang tidak kuliah,  lulus SMK dia langsung bekerja mengelola kafe orang tuanya.

"Uto... Gue turun ya... Dah sampai. " kataku menepuk bahu Naruto.

"Yo,  hati-hati yah. "

Sampai di kos , kurebahkan tubuhku yang terasa letih.  Setelah cukup tiduran,  aku memilih mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikiranku karena banyak tugas yang menanti. 

Hari ini jatah aku off bekerja di kafe sehingga banyak waktu mengerjakan tugas kuliahku.

Pukul 01.15 akhirnya semua beres,  lalu kutarik selimut dan siap terlelap.

"Nite... Have a nice sleep n dream,  Sai. "


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thin Line ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang