Is This The Real Me (?)

300 31 10
                                    

DEG!!

INO'S POV

Apa ini? Perasaan ini.. Selalu mucul setiap Sai memujiku. Apa-apaan? Apakah aku jatuh cinta? Haa.. Tidak mungkin, aku sudah menetapkan bahwa aku tidak akan jatuh cinta.

Bahkan. Yang namanya cinta itu tidak ada. Sai.. Apakah kau tau masa laluku?

"Ada apa, nona? Kenapa nona terlihat gelisah? "

"Ahh.. Bagaimana tidak gelisah. Ternyata kau bisa saja bercanda. Menganggapku sebagai tuan putri. "

"Tidak. Itu serius, nona. Nona bagaikan tuan putri. Terlihat begitu cantik, manis, dan anggun. Nona terlihat elegan. "

DEG!!

Perasaan itu menyeruak ke dalam dadaku lagi. Jantungku berdegup kencang tak karuan.

" HEI!! SEKARANG WAKTUNYA PERGI hmphhh.. "

Hahh.. Orang satu ini, belum aku menyelesaikan kata-kataku, dia sudah memotongnya dengan meletakkan jari telunjuknya di bibirku. Aku kan mau mengalihkan pembicaraan! Dasar Sai bodoh!

"Nona, tidak boleh berteriak. Ingat? " ucap Sai lembut tapi terasa mengintimidasi diriku.

"Coba diulangi. " lanjutnya.

Aku menghela napas panjang lalu menatap Sai lekat-lekat.

"Sai, sekarang waktunya kita pergi. " ucapku dengan senyum terpaksa.

Sai mengangguk dan membungkuk memberi hormat. Dia mempersilahkan aku untuk keluar meninggalkan kamar.

NORMAL POV

Ino berjalan menuju ruang tamu. Di sana, Ayah dan Ibunya sudah menunggu Ino. Mereka sudah siap dengan masing-masing membawa 1 koper ber merk 'Rimowa' berwarna hitam dan coklat.

"Ayo kita jalan. " kata sang Ibu.

"Ayo! " ucap Ino dengan ayahnya berbarengan.

Mereka saling bertukar pandang dengan menggunakan mata yang penuh kekesalan. Sai dan Ibu Ino hanya tertawa kecil melihat tingkah laku mereka itu.

-——-——-

Mereka sampai di bandara pukul 8 malam. Setelah memeriksa barang dan segala macam, kedua orang tua Ino dan Ino berpamitan.

"Selamat tinggal. Hati-hati, ya. Jangan lupa dengan pesananku ya. 10 bungkus Shiroi Koibito. Dan itu harus ditepati! Kalau tidak kalian akan aku musuhi seumur hidupku! " ucap Ino.

"Maksdunya apa, hee!? " tanya Ayah Ino dengan nada meninggi.

Ino menunduk.

"Artinya, apapun yang terjadi kalian harus pulang dengan selamat. " jawab Ino pelan.

GYUT!!

Ibu Ino memeluknya dengan erat. Sang Ayah pun mendekat dan ikut berpelukan. Mereka semua tersenyum, terhanyut dalam kebahagiaan keluarga.

"Perhatian! Bagi penumpang pesawat All Nippon Airways dipersilahkan memasuki pintu masuk E karena pesawat sudah siap untuk berangkat. " sahut suara dari mikrofon.

"Sebaiknya, kita berangkat, Pa. "

"Baik, Ma. Kita tidak boleh terlambat. "

"Bye-bye. See you soon, Papa, Mama. "

"Ittekimasu! " sahut Ayah dan Ibu Ino bersamaan.

Mereka berdua meninggalkan Ino dan Sai, lalu pergi menuju pintu masuk E. Setelah itu, mereka berdua keluar dari bandara untuk melihat pesawat yang ditumpangi kedua orang tua Ino pergi.

"Nona, ayo kita pulang. " ajak Sai.

Ino mengangguk. Sai mengendarai mobil mereka menuju kediaman keluarga Yamanaka.

Setelah sampai, Ino langsung masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya di kasur lalu memejamkan matanya.

'Hahhh... Hari ini terasa begitu lama. ' batinnya.

15 menit berlalu, Ino masih memejamkan matanya, tetapi dia belum mau tidur.

KRUYUKKK!! 

Perut Ino berbunyi. Ia memegangi perutnya dan mengerutkan keningnya. Memang dari tadi siang dia belum makan apa-apa. Dan sekarang, dia merasa sangat sangat lapar.

Tiba-tiba, pintu kamar Ino terbuka. Dan, lebih mengejutkan lagi, Sai masuk dengan membawa berbagai macam hidangan yang menggiurkan. Tanpa sadar, mulut Ino terbuka dan perutnya berbunyi lagi.

"Silahkan di santap, nona. " ucap Sai.

Tanpa menunggu aba-aba lagi, Ino langsung melahap Yakiniku dan Onigiri buatan Sai. Setelah itu, dia juga melahap Ramen pedas dan Okonomiyaki 2 porsi.

"Hmm.. Inih enakhh sekai, heima kasihh. " kata Ino dengan mulut penuh dengan makanan.
(Baca : "Ini enak sekali. Terima Kasih. ")

Sai menahan tawanya.

"Pfft! "

"Adah, apha? "

"Tidak, tidak. Nona nikmati saja makanannya. " jawab Sai sambil tersenyum.

"Hmm.. Khau tidakh au makan? "
(Baca : "Kau tidak mau makan? ")

"Tidak, saya sudah kenyang nona. "

Ino mengerutkan keningnya, setelah meneguk segelas coklat panas dengan marshmallow, ia menarik Sai sampai ia duduk di sebelahnya.

"Kau harus makan. Ini enak sekali. Aku sangat menyukainya. Kau wajib makan. Tidak boleh menolak! Sesuap saja. Ini dan ini juga harus dicoba." ucap Ino tanpa berhenti.

"Tapi, nona. Ini saya sediakan semua hanya untuk nona. "

"Diam dan makanlah! "

"Nona. Saya sedang tidak ingin makan. "

"SAI!! ... " teriak Ino. Tapi menyadari kelakuannya yang menjadi kasar, Ino langsung membungkam mulutnya.

"Sai, aku tidak ingin kau terus mengalah, atau apapun itu. " sahut Ino dengan lembut. Dia mengulangi kalimatnya tadi.

"Hn. Tapi, saya masih kenyang. "

KRUYUKK!!

Wajah Sai memerah. Perutnya berbunyi dan ia pun memegangi perutnya. Sedangkan Ino yang melihat itu langsung tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahahaha. Kau tidak perlu berbohong, Sai. Hahahaha. "

Sai terdiam. Dia merasa sangat malu sekarang. Sebetulnya, Sai belum makan dari kemarin malam.

Ino memotong okonomiyakinya dan mencolekan potongan okonomiyaki itu ke dalam saus tomat. Lalu, ia memberikannya kepada Sai.

"Sai, say 'Aaaaaa'. "

Sai yang melihat itu terperangah. Ia kebingungan dengan apa yang harus dilakukannya.

"Sai makanlah. Dan ini adalah perintah! " ucap Ino dengan memasang muka menakutkan.

Mendengar itu, Sai langsung memakan suapan okonomiyaki dari Ino.

"Hmm.. Enakan? "

Sai mengangguk. Tiba-tiba, seperti tersadar akan apa yang sedang ia lakukan, Ino membulatkan matanya dan wajahnya berubah menjadi merah padam.

'AHHH!! APA YANG BARUSAN AKU LAKUKAN!? INI BUKAN AKU!'

-Bersambung-

Thin Line ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang