'Aku harus bagaimana ini? ' batin Ino.
TING!! TING!!
Sebuah pesan masuk lagi.
TING!! TING!!
Lagi.
Lagi.
Dan lagi..
***
Deidara : Kami beri dirimu waktu 10 untuk keluar dari mobilmu.
Deidara : 1..
Deidara : 2..
Deidara : 3..
Deidara : 4..
Deidara : 5..
***
'Sai, tolong aku!! '
Ke lima lelaki itu berdiri dan mulai berjalan mendekati mobil Ino. Ino memiliki ide, dia membuka HP nya dan mencoba untuk menelepon polisi. Tapi,
'Sial, baterai HP ku habis. ' rutuk Ino.
Ino tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Dia menunduk, membuka pintu mobil dan keluar. Meninggalkan semua barang-barangnya di dalam. HP, dompet, kalung, gelang, dan semua aksesorisnya. Menutup pintu mobil dan membelakangi ke lima lelaki itu.
"Kau mudah untuk diancam ya, cantik. " ucap salah satu dari ke lima lelaki itu.
"Terima kasih, loh. " sahut lelaki berambut merah.
Ino menggeram. Tangannya mengepal. Ia berniat untuk memukul mereka. Tetapi, seorang lelaki berambut abu-abu mendekatinya sehingga mereka saling berhadapan, lalu, menarik dagunya. Ino terpaksa untuk menatap wajah lelaki berambut abu-abu itu.
"Bodoh. Pirang sombong yang kaya raya. Ternyata ini orangnya. Baiklah, selamat tinggal. Hahaha. " sahut lelaki itu.
DUAGG!!
Sebuah pukulan mendarat di pipi lelaki berambut abu-abu tadi.
"SAI!! " teriak Ino.
"Apakah kau baik-baik saja nona? " tanya Sai.
Ino hanya mengangguk. Sai melirik ke arah Ino yang sekarang bersembunyi di belakangnya. Ia tersenyum dan menyuruh Ino masuk ke dalam mobil.
"Baiklah, aku sendiri yang akan mengurus kalian. 5 lawan 1." ucap Sai.
DUAGG!! BUKK!! BUKK!!
Sai menendang, memukul, membanting tubuh ke lima lelaki itu dengan mudah. Gerak-geriknya sangat lincah, seperti sudah terbiasa dengan bela diri. Ino yang melihat itu hanya ternganga. Apalagi, ketika melihat keringat yang membasahi tubuh Sai membuat Ino terpesona.
'Ah.. Ahh.. Sai memang sangat sexy ya. ' batinnya.
Sadar dengan apa yang dipikirkannya, Ino langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thin Line ( Completed )
RomanceIno menyadari bahwa Sai mencintai dirinya. Dan dia pun mencintai Sai. Tapi, sayangnya, jarak antara cinta dan waktu kepergian Sai begitu tipis. Setipis garis. Semua itu telah sirna hanya dalam sekejap mata. Terasa begitu cepat, bagaikan sebuah mimpi...