Budayakan vote sebelum membaca:)
**Hanya hadirmu buatku bahagia, hanya kepergianmu buatku menderita. Hanya bersamamu yang kuinginkan, Hanya kamu yang paling berarti
Suara alrm digital yang berbunyi berhasil menggaggu tidur Ayra. Pasalnya, ia baru tidur pada pukul dua pagi, dan itu semua dikarenakan ia menghabiskan satu film drama korea, yang katanya pemainnya pada ganteng-ganteng. Ya apapun itu intinya sekarang Ayra masih mengantuk dan masih ingin berlama-lama bergelut dibawah selimut.
Namun sebelum ia ingin melanjutkan mimpinya yang tadi sempat tertunda, ketukan pintu menginterupsinya, dan membuat bayang-bayang jungkook langsung menghilang
"NON!! UDAH JAM SETENGAH TUJUH!
JANGAN MIMPI TINGGI-TINGGI NANTI KALO JATOH SAKIT!! ""Yaudah sih kan masih jam-- MAMPUS GUE TELAT!" dan lalu dengan semangat empat lima, ayra buru-buru turun dari kasur dan berlari ke kamar mandi.
Namun dikarenakan terlalu semangat ia jadi-
BUGH
"AHH"
Terjatuh
***
Sepertinya sang Dewi sedang berpihak padanya,
Tadi, Ayra sampai disekolah bertepatan dengan gerbang sekolah yang hampir ditutup. Tapi, hampir. Karena sebelum Pak Salim mengunci gerbangnya, Ayra sudah berhasil masuk dengan gaya karate khas Jacky Chen, alias sok kurus, jadi dia bisa nyelip masuk kedalam. Dan setelah masuk kedalam, Ayra menaruh tasnya sembarangan dilorong sekolah, lalu berlari ke tengah lapangan. Itu pun dengan kaki yang pincang, mengingat dirinya tadi pagi baru saja mengalami kejadian tragis.
Oke, itu lebay.
Sambil memakai topi abu-abunya, Ayra berjalan tertatih-tatih masuk kebarisan untuk mengikuti upacara bendera.
Ia berdiri dibarisan paling belakang, dan berada diperbatasan antara barisan cowok dan cewek.
Ia lalu melirik ke barisan cowok yang paling ujung, dan matanya mulai bergerak liar mencari seseorang disana. Setelah ketemu, mata Ayra langsung berhenti bergerak, dan fokusnya hanya tertuju kepada orang itu. Perlahan senyuman ayra merekah
Ayra berada dibarisan paling belakang bukan karena kebetulan, tetapi karena ia memang sengaja, dan itu semua ia lakukan agar ia bisa melihat cowok itu, yang tengah tertawa bersama teman-temannya. Entahlan Ayra juga tidak tahu, sejak kapan ia menjadi pengagum rahasia seperti ini. Mungkin sejak 1 tahun yang lalu?
Sudahlah, ayra tidak ingin mengungkit-ungkit masa lalu. Melihatnya dari jauh seperti ini saja sudah cukup. Ayra tidak perlu memiliki cowok itu untuk membuatnya bahagia
Karena hanya melihatnya tertawa, ayra sudah menemukan kebahagiaannya
***
Setelah upacara selesai, ayra beserta anak-anak yang lain berjalan menuju kelas masing-masing. Ayra menaiki tangga dengan langkah yang pincang, dan itu membuat hampir semua orang yang mengenalnya bertanya, apa yang terjadi dengan kakinya itu.
Dan Ayra dengan santai nya menyahut, "keselengkat semut"
Lalu bertepatan dengan saat itu, Ana keluar dari ruang UKS, Ya Ana adalah salah satu anggota PMR dan bertugas di UKS
Ana mengernyit bingung melihat Ayra yang berjalan pincang. "Lo kenapa Ay"
"Keselengkat semut"
"Serius gue"
"Jatoh gue keselo"
"Mau gue obatin"
"Ga lah udah ayo kekelas"
Mereka berjalan menuju kelas dengan Ayra dibantu berjalan oleh Ana dan saat itu ponsel Ana berdering membuat jalan mereka terhenti
"Ay, gue ke UKS lagi ya katanya ada yang sakit"
"Yaudah sono"
Ayra menatap punggung Ana yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangannya.
"Oh iya! Tas gue kan dilorong!!"
Sadar kalau tasnya ketinggalan
Dan ketika ia membalikan badan dan memandang puluhan anak tangga di hadapannya, ia juga baru sadar kalau kakinya itu masih dalam kondisi terkilir.
Mati gue.
***
Setelah sampai dilantai bawah, nafas Ayra sudah putus-putus. Dan setelah mengumpulkan tenaganya, ia pun berjalan menuju ke lorong, dan menemukan tasnya sendirian disana. Ulangi kata itu. Sendirian. Bukan hanya tasnya saja yang sendirian, tapi orangnya juga, alias jomblo. Nasib memang.
Namun ketika ia baru saja ingin berbalik untuk kelantai atas, seseorang memanggilnya, dan membuatnya merasa bahwa ia tidak sendirian.
"Woi!gue panggilin dari tadi lo denger ngga sih?" seru orang itu lagi, setelah beberapa saat Ayra tidak menjawab dan hanya terdiam di tempat.
Ayra pelan-pelan membalikan badannya kebelakang, lalu ia melihat cowok bertubuh jangkung dan mengenakan jaket berwarna abu-abu tengah berdiri disana. Ayra mengernyitkan dahinya heran.
Dia sebenernya manggil siapa sih? Gue?
"Lo manggil gue?" tanya Ayra dengan wajah yang polos
"Ya iyalah emang ada siapa lagi?" sahut cowok itu. Ayra lantas melihat kesekelilingnya.
Oh iya bener juga, ko gue bego ya
"Woi!" Panggilnya lagi, ayra lantas menoleh "lo kenal pak bandi?"
"Kenal" jawab ayra
"Kalo gitu anterin gue ketemu pak bandi"
"Lah ngapain?" belum sempat cowok itu menjawab pertanyaan ayra, seruan seseorang yang sangat familiar di telinga Ayra datang menginterupsi, dan membuat keduanya menoleh kearah sumber suara
"Kalian berdua ikut ibu sekarang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AYRA
RomanceJika aku bukan takdirmu, lalu kenapa hatiku mengatakan bahwa akulah takdirmu?