Ayra sampai di rumah nya disambut oleh Bi Sari. Namun, Ayra tidak menghiraukannya, ia langsung pergi begitu saja ke kamarnya.
Banyak pertanyaan yang hinggap dipikiran Bi Sari, diantaranya apa yang terjadi dengan nona nya? Kenapa ia bisa basah kuyup dan menangis? Apakah ada yang melukai nona nya. Namun Bi Sari sadar bahwa Ayra butuh waktu untuk sendiri.
Ayra terduduk lemas dikarpet yang ada dikamarnya lengkap dengan pakaian yang basah kuyup.
Matanya sembab, hidungnya merah bahkan wajahnya pucat. Semua masalah menjadi satu, mulai dari Ana, Revan, orang tuanya bahkan Raka.
Ingin rasanya ia menyalahkan Tuhan, yang memberikan takdir sedemikian rupa.
Hancur.. Begitulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Ayra.
Ayra merasakan kepalanya yang sangat sakit. Namun, tiba-tiba ingatan-ingatan menyakitkan itu muncul kembali.
"Aaaaaaaargghhhh" ayra berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya.
Ia mulai ketakutan, bayang bayang menakutkan kembali muncul. Ayra mundur sampai tubuhnya mengenai tembok.
Tubuh Ayra kian melemah dan wajahnya semakin memucat.
Bi Sari membawakan wedang jahe untuk Ayra, ia mengetuk pintu kamar Ayra, namun tidak dibuka sama sekali dengan pemikiknya.
Akhirnya Bi Sari pun membuka pintu tersebut.
'Prang' nampan dan gelas yang berisi wedang jahe itu tumpah.
"NON AYRA" teriak Bi Sari mampu membuat seisi rumah berlari ke arah kamar Ayra.
Disana terlihat Ayra yang tak sadarkan diri dengan penampilannya yang sangat kacau.
****
Sudah 2 hari Ayra tak sadarkan diri sejak kejadian malam itu. Kini Ayra berada dirumah sakit.
Dan ini adalah hari ketiga Ayra belum juga sadarkan diri.
'Tok tok tok"
"Siang bi" ucap seorang gadis masih lengkap dengan seragam putih abu nya.
"Eeeh Non Ana, kesini lagi.." Ana memang menjenguk Ayra sejak Ayra masuk rumah sakit. Pulang sekolah ia selalu mampir untuk menjenguk sahabatnya.
"Bi.. Bibi pucat, pasti kecapekan, Bibi pulang aja istirahat dulu biar Ana yang jagain Ayra disini"
"Tapi.."
"Ga apa-apa Bi.. Sekarang kesehatan Bibi lebih penting, kalo Bibi ikutan sakit yang jagain Ayra siapa?"
"Yaudah kalo gitu Bibi pulang dulu non"
Bi Sari membawa tas nya yang ada di sofa "Assalamu'alaikum"
"Walaikumsalam"
Ana memandang Ayra yang masih setia terbaring di brangkar rumah sakit, lengkap dengan kabel yang menempel dihidungnya dan selang infus yang berada ditangannya.
"Ay.. Maafin gue.."
"Gue terlalu egois"
"Gue lebih mementingkan cinta gue daripada sahabat gue"
"Maaf udah bikin lo kayak gini"
"Gue mohon lo bangun sekarang gue ga tahan liat lo tiduran terus kayak gini"
Tanpa sadar cairan bening itu menetes dari mata Ana mengenai punggung tangan Ayra.
"Lo boleh kok, ambil Sehun, Chanyeol, Jungkook dari gue.. Tapi lo harus pilih salah satu diantara mereka"
"Gue kangan sama lo ay"
"Maaf.. Atas kejahatan gue selama ini"
"Kenapa lo gak cerita tentang penyakit lo ke gue ay kenapa???"
"Kenapa lo terus pura pura terlihat tegar padahal lo sakit??"
"Apa gue masih pantes jadi sahabat lo?"
"Ay, gue mohon lo bangun"
"Kalo lo gak bangun gue akan cabut tawaran gue tadi"
Ana terisak dalam tangisnya. Ternyata kehidupan sahabatnya tidak seperti yang ia kira.
Ana merunduk sambil memegangi tangan Ayra
"Gue mau chanyeol" ucap Ayra dengan suara yang lemah
Ana langsung mendongak dan duduk tegak kembali
"Ayra.. Lo.. Lo udah sadar"
Ayra tersenyum "jadi kan.. Chanyeol buat gue" ucap Ayra lemah
Ana tidak menghiraukannya Ana langsung memeluk Ayra yang masih terbaring lemah.
Revan tersenyum melihat mereka dari balik pintu.
Sejak Ayra masuk rumah sakit Revan selalu menjenguk Ayra, namun ia tidak berani masuk kedalam. Cukup melihatnya dari luar saja sudah cukup.
**
Sudah seminggu Ayra dirumah sakit dan hari ini, dokter memperbolehkan ia untuk pulang kerumah.
Bi Sari merapikan barang barang yang harus dibawa kembali pulang kerumah.
Ayra duduk di kursi yang menghadap jendela yang dilengkapi dengan pemandangan gedung-gedung menjulang tinggi.
Ia membuka 'holy' buku diary nya. Dan menulis beberapa untaian kalimat didalamnya.
Halo, bisa bicara dengan rindu??
Aku merindukan seseorang.
Seseorang yang sangat menyebalkan.
Apakabar dengan kamu??
Apakah hatimu baik-baik saja?
Apakah hatimu masih tentang aku?
Jika iya, tunggu aku.Ayra menutup kembali buku diary nya dan memasukannya kedalam tas.
"Non, ayuk kita pulang"
Bi Sari mempersilahkan Ayra duduk di kursi roda dan mendorongnya menuju basement.
Kini Ayra sudah berada di dalam mobil dan mobil tersebut melaju menuju rumahnya. Ia memandangi kaca mobil, melihat kembali keindahan kota jakarta yang selalu macet.
**
Revan menuju kamar tempat Ayra dirawat, namun saat ia membuka pelan pintu tersebut ruangan itu sudah kosong.
Dan masih ada suster yang sedang merapikan brangkar tersebut.
"Sus, pasien yang dirawat dikamar ini kemana?"
"Dia sudah pulang dek"
"Kapan sus"
"Baru saja dia pulang"
Revan pun kembali keluar dari ruangan tersebut
'Syukurlah..' Revan senang karena akhirnya Ayra akan kembali bersekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYRA
RomanceJika aku bukan takdirmu, lalu kenapa hatiku mengatakan bahwa akulah takdirmu?