Ayra (12)

105 7 1
                                    

Budayakan vote sebelum membaca😊

**

Hidup ini adalah perjuangan, saat kamu sudah mencapai di puncak sebuah gunung. Maka akan ada gunung yang lebih tinggi untuk kamu kalahkan.

**

"Weh, emak lo ga marah kan kalo gue kesini?" tanya Ayra sambil melepas sepatu sekolah di depan pintu utama rumah Revan.

Revan tertawa "Ya kagaklah, justru nyokap gue sering nanya 'kapan bawa pacar kamu kesini?'" ia lalu menoleh ke arah Ayra "jadi dia pasti seneng kalo lo kesini. Jadi santai aja"

"Jadi maksud lo gue ini pacar lo?"

"Emangnya lo mau?"

"Hah apaan?"

"Nggak, nggak jadi" setelah selesai melepas sepatunya Revan menunduk kebawah dan melihat sepasang sepatu sport yang sangat ia kenali.

"Eh tunggu, ini kan sepatu-"

"WOI REVAN" teriak seseorang dari dalam sana, dan bertepatan pada saat itu, pintu utama terbuka dan memunculkan seorang pria berusia 25 tahun dengan memakai kaos oblong dan celana boxer "Astaga lo udah---" ucapannya terhenti saat melihat Ayra yang berada di belakang Revan "punya pacar"

"Duuh, bang, dia itu bukan pacar gue" sela Revan "ya sebenernya sih gue mau tapi gak tau dia mau apa kagak" Revan lalu mengedipkan sebelah mata-nya ke arah Ayra dan membuat gadis itu bergidik geli

"Udah.. Udah mending kalian masuk sana, cepetan" cowok yang bernama Dhenis itu pun menggiring mereka masuk ke dalam rumah sampai ke ruang tamu "bun, liat Revan bawa siapa?"

Tak lama bunda pun muncul dari balik dapur menghampiri Revan dan Ayra dengan wajah Yang berseri-seri
"Aduh, ya ampun ini siapa cantik banget"

"Ayra tante" ucap Ayra ramah
"Temen sekelasnya Revan" lanjut-nya

"Temen doang ya?" tanya bunda dengan senyuman jahil "Tante kira kamu pacar nya"

Ayra menunduk menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, ia tidak tahu harus menjawab apa

"Calon bun" celetuk Revan. Ayra mendelik lalu mencubit pinggang Revan "iih Ayra jangan cubit-cubit Revan dong sakit tau"

Bunda lantas tertawa. Revan menyengir sementara Ayra menabok lengan Revan

"Jangan mau sama Revan" celetuk Dhenis Abang Revan "dia genit"

Revan melotot. Ia lalu menghampiri abang nya yang berbeda 8 tahun dengannya "Eh, abang yang abis dari Swiss bawa oleh-oleh apa ini? Gue boleh nyomot ga ni" Revan mencoba mengalihkan pembicaraan dengan mengambil salah satu kotak makanan yang berada diatas kertas abang nya.

Dhenis langsung memukul tangan Revan "tu kan ama makanan aja genit! Ra, jangan mau sama Revan, dia pas umur lima tahun aja udah godain mbak mbak SPG" 

Ayra tertawa "makasih buat peringatannya kak" sindirnya sambil melirik ke arah Revan "kita cuma mau kerkel inggris aja kok"

"Ohh yaudah sana kerjain diruang tengah, van inget anak orang jangan lu apa-apain"

"ABANG!"

**

Ternyata hanya butuh waktu setengah jam untuk mereka menghafal dialog itu dan mempraktekannya. Ayra tentu saja kaget. Ia kira, Revan itu tipe cowok yang berandal yang hobinya cuma merokok, minum-minum, pergi ke bar, tawuran, mainin cewek dan sebagainya.

Tapi setelah bertemu dengan keluarga cowok itu dan mengetahui kepintarannya, pandangan Ayra terhadap cowok itu berubah seketika. Sepertinya, Revan akan menjadi saingannya yang sudah menjadi juara satu bertahan sejak kelas 10

"Van, sini bentar" ucap Dhenis

"Iya" ucap Revan, ia pun menghampiri Dhenis

Setelah selesai dengan tugas kelompoknya Revan berdiri dan mengambil kunci motornya,Ayra pun ikut berdiri

"Lo mau nganter gue sekarang?" tanya Ayra

"Hm.. Abis nganterin lo balik gue mau nganterin abang gue noh"

"Kemana"

"Ngapel kerumah pacar nya"

"Hah?"

"Ya kagaklah, yaudah ayok"

Setelah berpamitan dengan bunda dan Dhenis mereka pun menuju pekarangan rumah Revan

Revan menaiki motornya dan memakai helm nya

"Pegangan ya"

Ucapan itu di ucapkan Revan setelah Ayra naik ke motor nya

"Modus" ucap Ayra menahan tawa "Udan ayo jalan"

"Bentar, kita muter dulu" dan setelah itu Revan benar-benar memutar motornya, tapi disekeliling tiang listrik! Ayra lantas tertawa ngakak untung saja ia tidak terjungkal kebelakang.

"Dih lo ngapain pea" ucap Ayra disela tawanya

"Kan tadi gue bilang mau muter" sahut Revan enteng dan Ayra masih tertawa.

Setelah mengelilingi tiang listrik 2 kali putaran Revan baru melajukan motornya menuju rumah Ayra

"Thank's ya" ucap Ayra setelah sampai dirumahnya

"Hm.. Es teh manis 1" ucap Revan

"Hah?"

"Yaa itung itung bayaran gue udah nganterin lo dengan selamat sampai rumah lo"

Ayra menabok lengan Revan "rese lo"

Revan pun tertawa "yaudah gue balik"

Setelah itu Revan melajukan motornya keluar dari kompleks rumah Ayra

Ayra pun memandang Revan yang semakin lama semakin hilang dari pandangannya tanpa sadar Ayra pun tersenyum "hati-hati Revan" ucapnya

Mungkinkah Ayra mulai menyukai Revan?










AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang