Ayra (17)

94 6 0
                                    

Sebelum baca Bintang kecilnya boleh kali:v

Ayra memandang dirinya dikaca, seragam putih-putih lengkap dengan atribut, rambut dikuncir kuda dan wajah hanya dipoles dengan bedak baby.

Sudah 2 hari ini Ayra tidak dijemput dan diantar pulang oleh Raka dan sudah 2 hari ini pula Raka tidak masuk sekolah karena nenek nya sedang sakit.

Yang mengurus Raka selama ini hanya nenek-nya, Papa dan Mama nya sangat sibuk bekerja mereka bekerja diluar kota bahkan sampai ke luar negri.

Raka terlahir dari keluarga yang kaya raya, tapi lihatlah anak yang terlahir dari keluarga kaya raya tidak sebahagia itu.

Raka dan Ayra hampir sama, ia sama-sama dilahirkan dari keluarga berada namun mereka kurang merasakan kasih sayang orang tuanya

Terkadang Ayra cemburu terhadap keluarga Revan yang sangat harmonis. Ia selalu membayangkan jika keluarganya seperti itu. Tapi takdir berpihak lain.

**

"Ay, gimana hubungan lo sama Raka?" tanya Ana

"Baik kok kenapa emang?"

"Ya ampun dia belum nembak lo gitu?"

Ayra hanya menggelengkan kepala "gila ya tuh cowok lelet bener.. Tapi dia pernah bilang suka ke lo"

Ayra menganggukan kepalanya "Ya ampun bener-bener gila ya tuh cowok, udah ada cewek didepan matanya ko masih digantungin aja sii... Sumpah ya ay, gue geregetan banget ama si Raka itu kalo gue jadi dia gue-"

"Ngomongin apa nih" Potong Revan tanpa wajah berdosanya duduk di kursi yang ada didepan Ayra

"Cowok ko doyan gosip" sindir Ayra

"Ini Rev, gue geregetan banget si Raka nggak nem-" Ayra langsung membekap mulut Ayra dengan tangannya

"Bawel banget si lo" gemas Ayra

"Maksud Ana Raka ga nempatin kursi buat Ana nonton basket" ucap Ayra berbohong

"Emm.. Gue ke perpus dulu ya" Ayra menghindari Revan karena takut ditanya macam-macam oleh Revan

Ayra pergi keluar kelas menuju perpus.

"Ayra kenapa An?" tanya Revan kepada Ayra

"Entah"

"Na, Ayra udah punya pacar?" tanya Revan

Ana langsung mendongak "kenapa nanya gitu" tanya Ana

"Gapapa gue nanya doang" ucap Revan

Ada rasa sakit dihati Ana saat Revan menanyakan hal itu. Kenapa Revan tidak menanyakan dirinya saja bahwa dirinya sudah punya pacar atau belum. Kenapa harus Ayra?? Kenapa???

Ana diam tidak menjawab "Ayra belum punya pacar" ucap Ana tiba-tiba

"Tapi kenapa dia selalu pulang dan berangkat bareng sama Raka?" ucap Revan memancing

'Na, lo harus positive thinking bahwa Revan nggak mungkin suka sama Ayra, lo harus percaya kalo Revan nanya tentang Ayra hanya sebatas teman dekat' gumam Ana dalam hati

"Mereka nggak pacaran kok atau mungkin belum" ucap Ana

Ana melihat Revan yang tersenyum setelah mendengar jawabannya "kenapa senyum-senyum? Lo suka sama Ayra?" inilah pertanyaan yang sedaritadi ingin ditanyakan Ana namun seolah lidahnya kelu untuk mengucapkannya dan kali ini ia berhasil mengucapkannya

"Hmm.. Mungkin" ucap Revan

Deg

Bagai jarum menembus kulit. Bagai hujan diterpa angin

"Gue keluar dulu ya Na" Revan meninggalkannya sendirian dikelas tanpa tahu apa yang sekarang ia rasakan

Kesal, marah, benci, kecewa, sedih, semua perasaan itu bercampur aduk dihati Ana

Ia kesal, marah dan kecewa kepada Ayra, mana janjinya yang akan membantunya agar dekat dengan Revan?

Ia benci kepada dirinya sendiri karena memberitahu Revan bahwa Ayra belum punya pacar.

Seharusnya tadi ia bilang bawa Ayra sudah punya pacar. Seharusnya tadi ia bilang bahwa Ayra dan Raka berpacaran.

Ana menitihkan air matanya. Ia iri kepada Ayra yang memiliki semuanya, Ayra memiliki orang tua yang kaya raya, wajah cantik, bahkan pria yang ia suka jatuh hati kepada Ayra.

Sementara dirinya? Hanya terlahir dari keluarga sederhana yang terpecah belah.

Ia pikir Ayra akan menjadi sahabat terbaiknya. Ia pikir Ayra akan menjadi sahabat sejatinya.

Namun bukannya menepati janjinya tapi Ayra malah membuat Revan jatuh kepadanya.

"Sahabat macam apa lo Ay," gumam Ana

**

Kriiing kriiiing

Bel masuk telah berbunyi.

Ayra melangkahkan kakinya untuk masuk kekelasnya. Saat ia tiba sampai dikelas suasana sangat ramai

"Ya ampun kasian banget Raka ditinggal nenek-nya?"

"Nenek nya meninggal jam berapa?"

"Nenek nya sakit apa sih ko bisa meninggal"

"Emang meninggal dimana?"

"Pantes ya dari kemaren dia ga masuk sekolah"

DEG

Ayra membeku ditempat dan buku yang ia pegang jatuh kelantai, membuat teman-temannya melirik kearahnya

Kenyataan Yang ia terima bahwa nenek Raka meninggal dunia

Ayra langsung pergi meninggalkan sekolah. Membuka gerbang sekolah walau dilarang oleh satpam. Ia tidak peduli jika ia akan dihukum. Ia tidak peduli jika ia akan mendapat buku hitam dan masuk BK

Ayra berlari kearah pangkalan ojek dan menaiki salah satu ojek yang ada disana

Setelah sampai dirumah sakit Pelita ia memberikan 2 lembar uang kepada Ojek tersebut dan berlari ke arah meja information untuk menanyakan keberadaan Nenek Raka

Ia kembali berlari menuju lift untuk sampai di lantai 7. Pintu lift sudah terbuka menandakan bahwa ia sudah berada di lantai 7. Ayra pun kembali berlari untuk sampai ke ruang Melati dan benar saja, disana Raka sedang terduduk memegangi lututnya.

Ayra berdiri tepat didepan Raka. Raka yang menyadari bahwa ada seseorang dihadapannya pun mendongak ke arah Ayra.

Raka berdiri dan langsung memeluk Ayra, ia menumpahkan rasa sedih dan terpukulnya dipelukan Ayra

Ayra ikut menangis. Ia tahu betul bagaimana rasanya ditinggalkan.

Namun ada seseorang bersembunyi dibalik lorong yang memperhatikan mereka dengan tatapan sedih.

Pria yang tadi memperhatikan Ayra dan Raka membalik badannya untuk pergi dari tempat ttersebut

**


AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang