Ayra 22

76 4 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

**

Terhitung hari ini adalah hari kesepuluh Ayra memilih menjauh dari Raka. Ya, itu adalah cara yang tepat untuknya.

Ayra selalu menghindar ketika matanya menangkap sosok Raka duluan disekolah.

Pagi ini sengaja Ayra datang cukup pagi ke sekolah untuk menghindari pertemuan dengan Raka dikoridor sekolah.

Ayra benapas legah ketika kakinya menginjak lantai kelas nya berada.

**

"Ay.. Ya ampun hari ini tuh gue lagi seneeeeng banget" ucap Ana setelah selesai menyalin tugas dari buku Ayra

"Saking senengnya lo lupa ngerjain tugas kan"

"Ya.. Itu mah emang kebiasaan gue"

Ana memeluk Ayra erat "duuuh Ana gue bisa mati kalo lo meluk gue begini caranya"

Ana merenggangkan pelukannya "lo tau? Dio semalam nembak gue"

"Dio temen SMP kita?" tanya Ayra

"Iya"

Ya.. Dulu waktu mereka masih duduk dibangku SMP, Ana sangat menyukai Dio. Namun, Ana tidak berani mengungkapkannya.

"Terus..terus"

"Ya gue terima laah" ucap Ana dengan senyuman yang tiada henti

Ayra memeluk sahabatnya itu ia merasa senang karena sahabatnya senang "selamat terlepas dari masa jomblo"

**

Revan melangkahkan kakinya riang masuk kedalam sekolah, tidak peduli jika saat itu kondisi sekitar sudah sepi. Karena bel sekolah sudah berlalu dari 10 menit yang lalu.

Senyumnya tidak lepas ketika ia berhasil mengambil tempat parkir yang berada tepat dibawah pohon yang agak rimbun. Plang parkir guru  ia abaikan.

Kakinya bergerak seolah tanpa beban melintasi koridor sekolah, hampir saja ia berbelok menuju koridor kelas sebelas dilantai dua. Saat sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Revan"

Ia berhenti, tapi tidak menoleh.

Seseorang menghampirinya. Tatapan tegasnya langsung menghujat laki-laki yang disebut dengan nama Revan ketika berhasil berdiri didepan laki-laki tersebut. "Kamu tau jam berapa ini??"

Revan terkekeh. "Ibu ceritanya ngeledek saya nih? Saya nggak ada jam tangan loh bu" Revan terkekeh

Bu Yani guru konseling sekaligus guru yang sedang piket hari itu mendelik dengan jawaban Revan. "Kamu ini betul-betul ya!! Sekarang ini pukul Tujuh kurang sepuluh, kamu terlambat"

"Yah.." hela Revan, wajahnya ditekuk "padahal hari ini saya semangat banget mau belajar, aah ibu gimana sih"

"Revan!!"

"Iya bu"

"Berdiri kamu ditengah lapangan sampai bel jam kedua berbunyi"

Revan tersenyum, alih-alih mengomel atau menolak perintah Bu Yani. Laki-laki itu malah memberikan hormat kepada Bu Yani sebelum beranjak menuju lapangan sekolah yang mulai panas karena matahari perlahan menanjak.

Ketika Revan telah didepan tiang bendera, ia menoleh kepada Bu Yani
"Bu.. Pakai hormat atau nggak?"

Bu Yani masih berada ditempatnya, antara bingung dan kaget dengan tingkah Revan. Murid pindahan itu jelas bukan siswa yang mudah ditangani.

"Bu.." tegur Revan "hormat atau nggak?"

Bu Yani menoleh, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Revan malah menyengir dengan hukumannya itu bukan menolak apalagi marah.
"Saya tambah tetap disana sampai jam kedua habis"

Revan sempat diam, namun lagi-lagi ia malah melempar tampang tengilnya yang membuat Bu Yani makin kewalahan. "Oke bu, sampai sekarang atau limapuluh tahun lagi juga boleh bu, biar kaya Yuni Shara Rafi Ahmad gitu, ya gak Bu Yani"

Menghindari mati muda, Bu Yani memilih pergi sebelum kepalanya yang awalnya tidak sakit menjadi sakit karena meladeni Revan.

Selepas Bu Yani pergi, Revan mengangkat tangannya dan mendongak menatap sang saka merah putih.

Seorang gadis berjalan dengan tatapan lurus membawa setumpuk buku LKS milik kelasnya.

Ia melihat Revan dilapangan, pantas saja ia tidak melihatnya dikelas sedari bel masuk, ternyata Revan dihukum.

Ayra memperhatikan Revan dari koridor lantai satu. Jaraknya memang dekat dengan lapangan, tapi Revan tidak menyadari jika Ayra sedang menatapnya dari jauh.

Ayra jadi teringat saat mereka dihukum berdua ditengah lapangan.

Ia sangat merindukan sosok Revan.
"Aww" ringis Ayra merasa jidatnya tertimpuk kerikil.

"Ngelamun aja lo.. Lagi mikir jorok ya lo" ucap Revan dengan tampang tengilnya.

 Lagi mikir jorok ya lo" ucap Revan dengan tampang tengilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Revan mengambil setumpuk buku LKS dari tangan Ayra
"Eh.. Lo mau ngapain" ucap Ayra mengikuti Revan yang sudah berjalan didepannya

"Nganterin LKS ke kelas"

"Tapi kan lo lagi dihukum"

"Hukumannya gak seru" ucap Revan ngaco

"Terus menurut lo hukuman yang seru kaya gimana? Digantung di tiang bendera gitu?"

"Itu namanya anarkis. dihukum berdua sama lo itu baru hukuman yang seru" Ucap Revan menurun naikan kedua alisnya.

"Mau gak?"

"Mau apa?" ujar Ayra

"Dihukum berdua sama gue"

"Sorry ya.. Gue murid yang budiman gak kaya lo"

Tanpa terasa mereka sudah berada didepan kelas Ayra dan Revan pun memasuki kelas dan memberikan LKS kepada guru yang ada didalam kelas.

**

Ayra duduk dikursi belajarnya memandangi layar laptop dan jarinya menari-nari diatas sana.

Kini Ayra mempunyai hobi baru yaitu menulis cerita. Waktu luangnya ia habiskan untuk membuat cerita.

"Tok Tok Tok"

Ketukan pintu kamar Ayra terdengar ditelinga Ayra "masuk" ucap Ayra

"Besok hari sabtu jam 7 malam ada acara ulang tahun perusahaan papa kamu harus ikut. Jaga sikap kamu jangan sampai mencoreng nama papa"

".."

Ayra tidak perlu menjawab jika ia menolakpun pasti akan dipaksa ia pun tidak membalikan badannya menghadap sang Ayah ia tetap sibuk dengan dunianya.














AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang