Gue: LULUS BRO!

1.6K 258 43
                                    

Asik.

Gue udah lama kayanya ya ga nulis disini? Kalian kangen gak? Kangen dong, biar gue tau rasanya dikangenin.

Haaaah....

IDIH NAJIS BAY NAJIS! Gue geli sendiri habis nulis itu tadi. Sebentar ya gue mau cuci tangan 7 kali pakai tanah.

Oke.

Jadi.

Balik ke topik semula.

Gue lulus.

Kok bisa tahu, Bay? Pengumuman aja belom?

Pertama: siapa bilang gue lulus sekolah?

Kedua: gue udah pasti lulus, kalau mau lulus doang sih. Gue ga bego-bego amat. Gue beruntung dilahirkan sebagai Bayu Samudra Halim, karena artinya gue lahir dengan garis keturunan lumayan pinter. Dan beberapa bulan sebelum UN gue ditatar sama sekumpulan mahasiswa elite dari FK, FKG dan FH secara akademis, mental gue diasah sama trainer dari FSRD yang punya kampung di neraka. Belom lagi Ibu gue suka paranoid terus tiba-tiba masuk kamar gue bawa-bawa setumpuk latihan soal yang entah dia nemu darimana terus mengancam gue bakal ga dikasih makan kalau belum menghabiskan 3 paket soal sebelum makan malam. Ya, gue memang lahir di tengah-tengah keluarga spartan.

Jadi ya, kalau lulus-lulusan doang sih, gue pasti lulus. Urusan nilai kalau bagus bisa jadi bonus buat orang-orang yang (menyiksa) membantu gue belajar.

Lulus yang gue maksud bukanlah lulus sekolah. Lulus yang ini adalah lulus dari pernyataan bang Bri soal jatuh cinta kemarin.

Sepertinya gue lulus syarat-syarat jatuh cinta beneran.

Jadi ceritanya....

--

Mata Bayu tidak bisa lepas dari dua objek yang membagi otaknya dalam 2 wilayah yang saling berperang untuk mendominasi. Haruskah dia lanjut fokus pada hitungan laba di depan hidungnya atau sosok Devi yang makin stoik di sampingnya? Memang, sih, Devi bukan jenis orang yang memperlihatkan emosi lewat ekspresi tubuh tapi setidaknya dia masih mengeluarkan aura hangat bukan dingin dan jauh seperti ini. Atau ini cuma perasaan Bayu? Karena kemarin Bayu melihat bagaimana patahnya hati Devi untuk pertama kalinya?

Entahlah. Bayu bukan manusia yang repot memikirkan hal-hal macam itu. Bayu lebih fokus pada yang terjadi sekarang dan bertindak sesuai dengan apa yang dia lihat. Pun dia bingung harus bersikap bagaimana menghadapi Devi dan kediamannya ini.

Bel makan siang berdering dan Bayu menunggu di dalam kelas yang mulai berkurang penghuninya. Dinda diam saja ketika Bayu menolak ajakan mereka ke kantin, sementara Irwan dan Jo mengangguk paham saat Bayu melirik penuh arti kearah Devi. Gadis disampingnya masih bergeming dan mulai muncul tanda-tanda kalau dia lupa pada kotak bekal bunga-bunganya sampai Bayu mengulurkan tangan ke dalam kolong meja Devi dan menarik kotak itu ke hadapan pemiliknya.

Devi memandang Bayu dalam diam.

"Makan." Kata Bayu singkat. "Gue tungguin."

Dalam jeda sejenak itu Devi menatap lebih lekat langsung pada mata Bayu,

"Kamu..... kasihan sama aku?"

BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang