Gue, dan Devi: Studio Karambol

812 131 20
                                    

Studio Karambol.

Ah..... tempat bermulanya mimpi dan cita-cita gue mencari One Piece.

Gak ding... sebagai drummer.

Apa itu Studio Karambol?

Suatu ketika, Papahnya Bang Jaenal yang punya toko kain GUEDE di Long Beach memutuskan untuk berinvestasi di kampungnya sendiri. Dia beli lah sebidang tanah, letaknya strategis di tepi jalan besar, di atasnya dibangun sekumpulan ruko dan pergudangan kecil yang disewa-sewakan. Nah, pas Jenal sekeluarga balik ke Indonesia dan memutuskan dia pengen jadi keren dan punya Band, bang Jenal yang berbakti pada orang tua langsung nodong sebuah ruko punya bapaknya agar bisa dijadikan studio.

Luar biasa.

Nah Studio Karambol ini tidak berada di kompleks ruko punya bapaknya Jenal.

Terus ngapain juga gue ngabisin tenaga buat cerita? Gue juga bingung, tapi masih ada hubungannya kok sama Jenal. Karena lokasi ruko si bapak terlalu strategis untuk hanya di pake buat studio sebentuk band yang ga jelas bisa terkenal atau nggak, akhirnya Jenal dikasih pinjem satu gudang-kantor di kawasan nyelempit banget di perumahan nyaris kosong yang akhirnya dijadiin Studio Karambol ini.

Equipment-nya investasi si Bapak juga. Jadi the SiX bisa ada karena Bapaknya Jenal berpikir daripada anak gue aneh-aneh free sex kemana-mana, mending nge band aja. Nah ini counter produktif menurut gue, karena lingkungan Jenal nge band aneh-aneh juga. Untung pentolan kita bang Bas anaknya lurus kaya tiang bendera, jadi kita nggak terjerumus dalam pergaulan malam yang nakal. (Tapikadangjugamasihmabuk-mabukanbeberapaabangguekalobangbasgaada,janganbilang-bilangbangbas)

Studio Karambol terdiri dari 4 lantai, lantai dasar jadi kantor manajemen (yang staf tetapnya-nya cuma dua orang, plus satpam karyawan bapaknya Jenal. Lainnya musiman udah kaya palawija), lantai dua full buat latihan dan rekaman, lantai tiga ada tempat lain buat produksi rekaman, dan lantai empat tempat radio indie sarang penyamun.

Gak ding.

Gue selalu cerita soal abang-abang gue, tapi buat hari ini gue pengen cerita soal Studio Karambol dan Radio Rusak. (Biar keren gitu kalo ada orang nanya, lagi dengerin apa sih? Radio Rusak. Ok)

Radio Rusak, yang on air cuma 6 jam sehari, ada 3 penyiar yang jadwalnya muter terus, satu siaran, satu jadi staf, satunya bisa libur. Nah berhubung kita memang produk indie tapi manajemen kapitalis ya, Radio Rusak ini masih dalam kendali keluarganya bang Jae. (Dulu sih indie, sekarang kan udah masuk label mainstream broh, hahahahahha. Hush.)

"Bay, temen lo ada yang punya cita-cita jadi penyiar radio gak?"

Gue berhenti baca buku manual drum pad baru gue demi menatap wajah ganteng  Koh Ahong, sepupu bang Jae yang punya Radio Rusak. Wajahnya sedikit memelas sementara gue bengong agak lama. 

Mikir. (iya gue bisa mikir)

Siapa dari cecunguk-cecunguk gila yang punya bakat nyerocos sok asik sendirian? Selain gue tentunya. 

Tapi gue anaknya emang asik beneran bukan sok asik. 

Tolong dibedain.

Plis.


"Siapa ya Koh ya?" Gue tanya dia balik.

"Ya kan lu yang punya temen." Koh Ahong nyolot dikit karena kebodoran gue.

"Bener juga Koh."

"Lah... gimana sih, Bay?"

Si Dinda? Dia terlalu cantik. (Iya memang tidak ada hubungannya. Gue cuma masih dongkol masalah Devi.)

BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang