Gue: Jadi Menye

2.5K 390 136
                                    

Akhirnya single ke 6 The SiX kelar. Single pertama The SiX dengan 5 member, dan diterima baik sama fans kita.

Untungnya sih.

Gue sebenerny takut fans-fans kita kecewa terus pindah jadi fans band sebelah. Tapi nggak, malah fans kita nambah, soalnya lagu galau kita kali ini berhasil mencuri hati fans dari arus utama (gue ngutip salah satu artikel online). Dan kabar gembira satu lagi, The SiX ditawari masuk label mainstream, label gede malah. Bang Bas dan Bang Jae yang mewakili kita ketemu perwakilan pihak label pagi tadi, selain karena yang paling tua, mereka yang paling pinter dan tentu saja paling nganggur (baca: Bang Zainuddin, si mahasiswa abal).

Barusan gue di SMS katanya "all good.", gak tau dah all good apanya all good. Gue sih berharap maksudnya all good adalah pihak label gak terlalu mengekang kita, dan bisa memberi fasilitas untuk musik The SiX yang sebetulnya enggak mainstream-mainstream banget. Kalo lo tahu pasar musik Indonesia saat ini, yang lagi tren tuh kalo gak lagu menye ya boyband. Nah, gue takutnya dengan pesan singkat tidak jelas 'all good' ini gue disuruh berhenti main drum dan mulai ngedance kece di depan abg abg histeris.

Tapi biar deh urusan itu buat besok aja, waktu kita ngumpul sama pihak label (gue bareng bokap, karena sesungguhnya gue masih belum cukup umur buat tanda tangan kontrak gue sendiri. Dan dengan ini gue mengingatkan sekali lagi, walaupun badan gue bongsor begini gue masih SMA). Buat sekarang sih gue mau nraktir temen-temen gue. Devi jelas ikut, bahkan gue sengaja milih tempat yang lebih sesuai sama Devi daripada sama temen-temen gue, yang untungnya seleranya mirip-mirip sama gue.

"Cake shop, Dev. Seriously?" Gue bengong di dalem cake shop, sementara di depan gue Devi sibuk milih cake yang rame diajang di etalase.

Gue tarik pernyataan gue barusan yang bilang selera gue sama Devi mirip.

Lain gue yang kaya baru ketemu malaikat maut, Devi keliatan seneng banget, sekarang dia lagi bingung antara pengen shortcake atau cheesecake, pengen yang toppingnya stroberi atau ceri. Gue mikir, kayanya traktiran sama temen-temen gue yang lain bisa diundur sorean dikit, setelah gue mabok terigu dan gula sama Devi. Sambil menghela nafas gue kirim pemberitahuan ke tiga kunyuk dan dua kunyuk band.

"Lo suka yang mana, Bay?" Tanya Devi tanpa repot noleh ke gue, yang mulai merindukan lemper dan kue cucur.

Gue? Gue suka yang mana? Gue sukanya elo, Dev.

"Apaan aja deh, gue ga paham ginian."

"Lo suka manis gak?"

Lo manis, gue suka.

"Serah deh."

Anjir, gue jadi cemen gini. Rasanya pengen nyiram kepala pake teh panas di teko meja sebelah gue.

Gue lihat sekeliling, interior serba pastel ini rasanya menebar ejekan ke darah rocker gue. Dan disaat itu gue tersadar gue satu-satunya cowok pake celana abu-abu di dalam toko. Dan orang-orang mulai ngeliatin gue, khususnya satu grup cewek seumuran gue yang gue yakin kenal gue ini siapa.

Mampus.

Harga diri gue, image gue.

Anjir.

"Cake lo, tuh."

"Hah, apa, Dev?"

"Tiramisu lo." Jelas Devi agak gak sabar, terus gue baru liat dia udah pegang piring berisi cake, sementara di depan gue diatas etalase udah menunggu sebentuk bulet beraroma kopi dan krim.

"Oh."

Gue ambil itu cake, terus ngintilin Devi ke meja deket jendela (ANJAY harus banget deket jendela, Dev?) lalu gue  makan deh itu cake, dalam diam. Devi makan cake yang ada bau-bau jeruknya, kayanya enak. Apa efek dia yang makan jadi semua berasa enak? Ga tau lah kayanya gue mulai mabok terigu sama gula beneran. Gue suap apasih nih namanya tadi? Tiramisu? Susu? Sesuap, dua suap... Enak juga nih kue, ada rasa pahit-pahit, manis, apa sih gue ga bisa mendeskripsikan rasanya, tapi enak hahahahahahahahahhahahaha haaaah.

BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang