Chapter2

98 9 0
                                    

                      Hari ke2

                           ◇◆◇

Farrel mengajakku ke rumahnya.
Dengan paksaan.

"Lo ikut ke rumah gue sekarang."
"Kalo gak nyawa lo terancam."

"Ngeri amat sih!" Gumamku kesal.

Rumah Farrel.

Aku diajak ngobrol berdua dengan ibunya Farrel.

Ku lihat Farrel melempar sepatunya. Membuka kancing seragamnya, melempar tasnya. Semua terlihat berantakkan. Dia lalu naik ke atas. Mungkin ke kamarnya.

Rumahnya memang ku akui megah. Tapi kenapa Farrel gak disebut tajir ya? Batinku.

"Maklumi ya, Farrel memang seperti itu." Gumam ibunya Farrel.

Aku hanya tersenyum dihadapan ibunya Farrel.

"Kalau boleh tau,  Ayahnya Farrel di mana?..Maaf bukan bermaksud lancang." Kataku membuka obrolan.

"Iya, ayah Farrel sudah meninggal sejak Farrel masih berusia 6 tahun. Dan saat itu Farrel merasa kehilangan sosok ayahnya. Sampai sikapnya seperti ini. Sudah beberapa kali tante coba mencarikan guru kepribadian buat Farrel tapi hasilnya selalu nihil." Terang ibunya Farrel panjang lebar.

"Maaf sekali lagi, saya gak bermaksud." Kataku lagi.

Ibunya Farrel memperhatikan kalungku yang berbandul matahari.

"Kamu anak yang baik ya. Siapa nama kamu?" Tanyanya.

"Saya Mentari."

Tiba tiba ibunya Farrel batuk batuk, dan mukanya nampak pucat seketika. Ibunya Farrel mengeluarkan darah saat batuk.

Farrel bergegas ke bawah. Menuruni anak tangga secepat kilat.

Aku panik, begitu juga Farrel.
Aku mengambil air dari tasku,hendak memberi minum pada ibunya Farrel.

"Tan, tante kenapa?" Tanya ku mulai panik.

Terlihat Farrel sedang menelpon ambulan. Tapi tante Dina(ibunya) mencegahnya.

"T-ti-dak u-sah r-rel." Ucap tante Dina terbata bata.

"I-bu cu-ma ma..u, kam-u jadi anak ya-ng ba-ik. Ru..bah sikap ka-mu rel. Dan belajar..lah dari men-tari." Ucapnya lagi dengan terbata bata.

Aku terkejut mendengarnya.

"Iya bu, Farrel janji bakal nurutin semua yang ibu mau, tapu ibu harus sembuh!" Tutur Farrel.

....

Dokter dipanggil ke rumah.
Tante Dina sudah ditangani oleh dokter.

Penyakit yang dideritanya sudah mulai parah.

Ternyata tante Dina mengidap penyakit Asma.

Untung saja dokter datang tepat waktu dan tante Dina bisa diselamatkan.

Ternyata Farrel anak yang baik.
Batinku.

"Rel, kenapa sih lo ajak gue ke sini?" Tanyaku heran.

"Biar lo tau keseharian gue." Jawabnya dengan santai.

Cowo gak jelas. Batinku lagi.

Semenjak kejadian itu aku dan Farrel bersahabat. Itu memang kemauan tante Dina. Dan sekarang aku ngerti. Kalo kita jangan menilai orang dari luarnya aja. Tapi nilai juga dari dalemnya.

Aku menuliskan semua kejadian tadi di Diary hitamku.

Itu adalah buku yang selalu menemani hari hariku.

Kejadian sepele sampai kejadian rumit aku selalu menuliskannya di buku itu.

***

Mentari Pagi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang