Chapter14

54 4 3
                                    


Ada apa dengan Arka?

◇◆◇

"Arka, silahkan maju." Perintah bu Rara sambil terus menatap layar ponselnya.

*Hening..*

"Arka!" Sentak bu Rara kemudian.

"Maaf bu, Arka kebetulan tidak hadir hari ini. Ibunya sakit. Dan surat akan menyusul bu," Terang Dafon memecah keheningan.

"Baik."

Murid murid ricuh. Nampaknya ke-tidak hadiran Arka tanpa surat cukup menjadi topic pembicaraan hangat pagi ini.

"Ya! Pelajaran ibu kita akhiri."
Katanya sambil berlalu pergi.

"Fon.." Kataku.

"Ya?"

"Arka kemana?"

"Entah ri,"

"Loh soal tadi?"

"Setau gue sih kemaren ibunya sakit. Tapi soal hari ini dia gak masuk entahlah." Jawab Dafon acuh.

"Hmm.. kalian ada masalah?"
Aku menebak.

"Iya ri, lagian tumben apa Dafon gak tau Arka kemana pagi ini."
Sambar Farrel.

Iya juga sih. Batinku.

**

Arka.

Aku terus menatap foto kecil di kalung berbentuk hati.

Ya! Di dalamnya ada foto-ku dan perempuan yang pernah bermain di hati ini.

Sayangnya, dia sungguh bermain-main di hati ini. Bukan  bermain untuk menjadi benderangku.

Aku cukup sakit dengan kata terakhir kalinya saat itu,

Aku tidak mencintaimu. Aku selalu mencoba tuk mencintaimu. Tapi tak bisa. Dan aku sesungguhnya lebih memilih Dafon.

Dafon sendiri tidak tau akan hal ini. Dia hanya tau kalau perempuan itu tidak mencintaiku namun mencintai seseorang.

Mencoba melupakannya, aku tak-kan pernah menyebut namanya lagi. Bahkan semua teka teki tentang perempuan itu sudah ku- kubur dalam dalam.

Bersisa foto ini.

"Arka..!"
"Woyy ini gue Dafon!"
Pekik seseorang diluar sana.

Mba Dian, atau kakak-ku membukakannya.

Kreekk..

"Napa lo kesini?" Tanyaku.

"Gue cuma mau tau keadaan lo."

"Gue gapapa."

Aku masih menggenggam kuat kalung itu.

"Kalung itu ka?"

"Ya! Jujur gue kangen sama dia."

"Gue tau dia dimana!"

Sontak aku terkejut dan menjatuhkan kalung itu. Setelah lama menghilang, mana mungkin dia muncul kembali.

"M-maksud lo?" Tanyaku dengan gemetar.

"Ya,ka! Terakhir kali gue liat dia di bakery02. Dan dia nanyain lo ke gue."

Aku terpaku. Rasanya tidak percaya akan semua.

Tapi kejadian lampau. Membuatku takut akan mengulangnya.

"Gue tau rumahnya!" Kata Dafon lagi.

"Gue gak bisa!" Kataku dengan tekad bulat.

**

"Gue kesel ri!" Gerutu Farrel.

"Kenapa sih?"

"Setiap belajar pasti ada hal yang ganggu gue!"

"Gausah marah marah lahh,"
Balasku seraya menarik tangan Farrel. Mengajaknya ke pantai dekat sini.

Dengan bertumpuk buku yang masih dalam genggaman Farrel.

"Rasain deh hembusan angin sore pantai." Kataku.

"Ini caranya biar lo bisa serius belajar. Suasana tenang disini, bisa buat lo tenang juga.
Apalagi--"

"Apalagi kalo ditemenin Mentari pagi-nya gue(;" Balasnya memotong bicaraku. Dengan senyum.

Aku hanya ikut tersenyum kecil.

Tetaplah,
Engkau disini..
Jangan datang lalu
Kau pergi(;

Entah kenapa.
Sekarang bagiku Farrel adalah segalanya. Rasanya aku ingin terus dia tetap disini. Dan selamanya akan tetap sama(;#Eaa:v

Origami kemaren, nyampe ke Mentari gak ya? Batin Farrel sambil terus menatap bukunya.

                                                       

Suka?
Vomment nya ya(;

Mentari Pagi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang