Chapter8

63 6 0
                                    

Rainy?

◇◆◇

"Ya halo?"

Samar samar terdengar suara Bryan yang sedang menelfon sambil hendak berjalan pulang.

Kami baru saja bermain ke pet shop dan sekarang dia hendak pulang.

"Rain, aku nitip jaket aku di kamu ya. Besok aku ambil."

Aku?  Kamu? Batinku.
Aku bingung mendengar perkataannya.

"Gue balik ya ri." Teriaknya.

Aku masih penasaran akan Rainy. Entah kenapa setiap kali Bryan menyebut nama Rainy di depanku. Aku seakan tidak suka mendengarnya. Mungkin cemburu?  Gak mungkin! Baru aja 2 minggu aku kenal sama dia. Jadi ini mustahil(: . Batinku lagi.

Aku pulang dengan menyimpan rasa kesal. Entah kenapa.

Bruk!

Aku melempar ponselku ke kasur.

Lalu membaringkan tubuhku seraya menjadikan boneka koala sebagai bantal.

"Tingg.." Ponselku berbunyi.

Message from Bryan.

"Eh tau gak?"

"Gak"

"Rainy ngasih gue kaos,baik ya dia?(:"

"Y"
Aku hanya membalas dengan singkat. Karena malas meladeninya yang terus membahas Rainy Rainy Rainy!!#Cemburu ceritanya:v

"Gue mau beliin dia gelang ah,(:"

Read.

Ihhh!!_-  Batinku kesal. Sekali lagi aku melempar ponselku. Namun kali ini sasarannya adalah karpet. Aku melemparnya ke karpet.

Saat itu aku tidak memikirkan nantinya dia akan marah atau gak. Tapi yang pasti aku kesel_-.

Ku buka lembaran ke sekian diary ini.

Dear Diary,

Hai hati(:..
Andai kau bisa menjawabnya,
Aku ingin bertanya..
Pantaskah aku seperti ini?
Hai hati..
Apa aku berhak marah?
Sedangkan dia bukan siapa" aku.
Tapi rasa apa ini?
Hai hati..
Aku selalu merasa sakit saat
Dia menyebut namanya didepanku.

-Mentari.

**

"Pos! POSSS!!" Terdengar teriakan tukang pos di depan rumah.

"Iyaa sebentar!" Balasku dengan nada yang cukup tinggi.

"Ini ada surat katanya untuk mentari."

"Oh, ya ini saya sendiri."

Balasku seraya menandatangani tanda terima suratnya.

"Makasih ya neng."

Nama gua mentari pak, bukan neng:v Batinku.

Surat dari siapa sih? Batinku lagi.

Hai Mentari Pagi(;
Bagaikan makanan yang baru kita makan,
Mungkin akan terasa aneh.
Dan,
Kurasakan sekarang.
Entah rasa apa ini?
Yang pasti aku mengagumimu.

-Farrel.

"Ini seriusan Farrel?" Kataku pada diri sendiri.

Kenapa aku dan Farrel mengalami hal yang sama?  Pikirku heran.

Aku merasakan ini pada Bryan. Entahlah jika Farrel. Apakah untukku atau hanya sekedar cerita lewat ungkapan kata. Kataku dalam hati.

Dafon.

"Ka apa ini cara terbaik biar gue bisa pdkt sama si Mentari?" Tanya Dafon pada Arka.

"Iya"

"Tapi gak enak ke Farrel,,gue," Kataku membalas.

"Iya. Ntar kalo dia marah trus buat onar satu sekolah kan gak lucu." Raisya menimpali.

"Hmm..iya gue setuju sama lo- lo pada." Kata Farah ikut menimpali.

Belakangan ini aku emang jarang main sama yang lain. Mungkin terlalu fokus sama Bryan dan Farrel?.

"Kalo Farrel marah, ga lucu sumpah!" Kata Dafon menanggapi Raisya dan Farah.

"Ember," jawab Arka dengan polosnya.

"Udah lah gampang ntar gue yang ngurus. Lo lanjutin rencana lo aja fon," Tukas Farah pada Dafon.

"Sippoo Farahh lo tuhh emangg selaluuu ngertii Dafon yang gantenggg iniiii(:" tutur Dafon yang mulai bertingkah gila.#bukan gila tapi stress:v

"Alay lu fon. Tar Mentari ilfil tau rasa..wkwkk" Timpal Arka dengan nada so polos :v

"Gak bakal lah, lo aja kali yang cemburu:v" Tutur Raisya tiba tiba dan menciptakan tawa.

"Gue setuju!!!!" Pekik Dafon histeris.#kek dapet uang 2 M aja
:vvvv.

                                                          

Mentari Pagi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang