Chapter11

50 6 0
                                    


Farrel Vs. Bryan

◇◆◇

Pagi seperti biasa. Aku berusaha sehat dengan keadaan kini dan tetap sekolah.

"Hattcuhh!"

Bersin muncul, akupun segera menggesekan jari pada batang hidung yang memerah.

"Bun,--" Hattcuhh!
"Mentari berangkat ya!"

Tidak ada jawaban, mungkin mereka masih tertidur.

Sekolah.

Dengan lesu aku tertunduk di bangku-ku.

"Mentari pagi? Hoyy!" Sapa seseorang.

"Ya?" Hattcuhh!

"Cqcqcqq" Balasnya.

"Kenapa sih? Ada yang salah?"

"Gak, lucu aja liat lo bersin gitu."

"Ihh_-"

"Candaa kalii."

"Eh itu lutut lo kenapa?" Katanya lagi.

"Tadi pagi jatoh di lapangan." Jawabku datar.

"Dasar ceroboh! Sini gue obatin"
Katanya lagi seraya merogoh Hansaplast dari kantongnya.

Aku mengusap usap lututku yang masih terasa nyeri walau sudah diobati.

"Makasih(;" kataku.

Farrel tidak menjawab namun melempar senyum.

Menghilang. Tiba tiba dia pergi entah kemana, dan aku sendiri di kelas sambil terus demus.(denger music)

Malaikat baik..
Ku titipkan dia untukmu.
Tolong jaga dia.
Di bangun dan tidurnya.
Jangan sampai dia terluka,
Dan bersedih.
Karena bahagiaku..
Ketika dia bisa tersenyum(;

(-Malaikat baik-)

Brakk.

"Woi?"

Sontak aku kaget.

"Ihh Farah! Lo ngagetin aja deh."

"Hehe sorry."
"Gue cuma mau ngasih ini, dari Farrel." Katanya lagi seraya memberikan sebungkus roti selai coklat pada-ku.

"Thanks" Balasku.

**

Sedari tadi aku hanya membolak balik lembaran buku paket. Jawabannya yang sulit ditemukan, membuatku malas mencarinya.

"Krengg krengg." Bel tanda pulang berdentang.

Murid murid serentak pulang. Terkecuali aku dan Farrel.

"Yo pulang. Tar gue yang anter."
-Farrel.

"Gausah rel, gue ada janji."

"Ok, gimanapun gue akan tetep disini bareng Mentari pagi."

"Boleh aja(;"

Aku sengaja tidak pulang dulu karena menunggu Bryan yang katanya ingin bicara suatu hal yang penting padaku.

Ya jujur aku males dengernya. Tapi gimanapun aku kan suka sama dia?..hmm.

Samar samar terdengar suara motor Bryan menuju kearah sini.

Aku melambaikan tangan pendek memberi isyarat pada Bryan.

Membuka helmnya.

"To the point aja." Kataku yang mulai malas.

"Okk, sebenernya gue cuma mau bilang makasih sama lo."

"Buat?"

"Soal yang kemaren, Rainy suka gue kasih dia boneka. Makasih yaa Makasihh(;" pekiknya sambil menggoyangkan bahuku.

Aku mencoba tersenyum tapi tidak bisa. Di satu sisi, Farrel menungguku. Dan disisi lain Bryan terus bercerita padaku.
Aku harus apa?

Tidak memilih. Itu jalan terbaik.
Aku berlari dan berpura pura menyebrang selepas itu aku langsung berlari bebas. Lepas.

"Mencoba menahan air mata memang sulit".

Tak bisa,
Hatiku menapikkan
Cinta.
karena cinta tersirat bukan
Tersurat.
Meski bibirku terus berkata
Tidak.
Maka ku trus pancarkan
Sinarnya(';

Kata kata itu terlintas di benakku. Seakan menghantui. Aku terbayang selalu akan wajah dua orang itu. Farrel dan Bryan.

Aku merasakan ada yang mengejarku.

Dan bukan ilusi! Ini nyata. Mereka berdua mengejarku dari sisi yang berbeda.

"Mentari..."

"Mentari pagi..."

Berusaha memanggilku tapi tidak ku hiraukan.

Aku memeluk perempuan yang datang di hadapanku.

Dia Raisya. Sahabatku.

"Lo kenapa ri?"

"Ikut ke rumah gue aja ya?"

Katanya terus menerus.

Aku hanya bisa menganggukan perkataannya.

Sesekali aku menengok ke belakang yang samar masih terlihat dua orang lelaki yang sedang berlari.

                                                       


Barangkali ada yang aneh sama tokoh Bryan?

Misal, siapa sih Bryan ko tiba tiba muncul gitu padahal di prolog gak ada?

Yang mau nanya tentang Bryan. Bisa comment(;


Mentari Pagi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang