Chapter17

39 4 0
                                    

Merelakan
Kepergian orang yang kita sayang
Nyatanya lebih berat,
Ketimbang merelakan orang
Yang kita cinta.

Sayang itu tulus.
Dan Cinta kadang hanya di bibir.

◇◆◇

Farrel tidak bercanda. Dia pergi, meninggalkan bekas rindu di hati.

Jujur, aku merindukannya. Bagiku senakal nakalnya dia, tapi dia tetaplah Farrel. Yang selalu membuatku bisa tersenyum.

Sudah berapa lama, keseharianku kelam tanpanya. Dia takkan tergantikan oleh siapapun termasuk orang yang ku cintai.

Selalu ku coba untuk kuat menghadapi semua ini.

Seperti karang yang terpukul ombak. Yang takkan tergoyah oleh apapun. Dia kan selalu sama.

Akupun begitu.
Aku adalah aku. Yang kan selalu sama tuk terus menunggunya.

Hari demi hari, bulan demi bulan, demikian dengan tahun yang kian berganti

                                     2017-

Satu tahun. Sudah kujalani keseharian yang gelap ini.

Malam sunyi, ku impikanmu
Ku lukiskan kita bersama.
Namun slalu..
Aku bertanya
adakah aku di mimpimu?

(Symphoni,-Sherina)

Mood-ku selalu tidak baik. Keseharianku disekolah memang tetap sama.

Pikiranku seakan dihantui oleh kejadian saat itu. Dalam anganku kejadian hari itu. Persis aku masih mengingatnya.

'Itu nyampe ke lo? Gue harap lo selalu nyimpen itu ya. Dan dengan itu lo selalu bisa inget gue'

Intinya kata kata itu yang terlontar dari mulutnya kala itu.

Dengan pandangan kosong. Aku menatap origami burung itu. Bentuknya masih sama, ukurannya pun masih sama, hanya warnanya saja yang mulai memudar serta tulisannya.

'Tok tokk tokk tokkk'

Aku tersentak, menyadarkan pandanganku seraya melihat arloji pink yang ku kenakan.

Dengan santai aku melirik arloji.
"06.50" itu berarti sepuluh menit lagi gerbang akan ditutup.

Aku nampak siap dengan penampilan yang sedikit kusut mungkin.

Kepergiannya, membuatku lupa akan segalanya.

Walau begitu. Dafon selalu ada disaat-ku hancur. Status memang tiada arti bagi Dafon. Cukup menjadi teman dekat saja, baginya sungguh berarti.

Waktu terus berputar. Hubunganku dan Bryan sudah punya status 'pacar' . Awalnya aku kira dengan hubungan itu setidaknya pikiran akan Farrel sedikit demi sedikit kan terhapus. Tapi nyatanya tidak.

**

"Hai?" Sapa Bryan.

Aku hanya memipiskan senyum terpaksa.

Tangannya tertuju pada rambut panjangku. Dia membereskannya. Merapihkan poni-ku ke samping,membenarkan kerah bajuku dan menggandengku untuk masuk ke kelas.

Aku berusaha melepas gandengannya.

"Kenapa?" Satu kata dia lontarkan.

"Gue buru-buru, bye(:" kataku sambil setengah berlari dan melambaikan tangan.

Ini adalah hari pertama kenaikan kelas 9. Awal yang berbeda bagiku. Akan sama mungkin jika ada Farrel.

Bryan memilih singgah sekolah, agar bisa satu sekolah denganku.
Tadinya ku pikir ini kan sedikit mengobati rasa rindu ini. Sekali lagi, nyatanya 'tidak'.

**

Lamunanku terpecahkan oleh suara seseorang,tidak asing bagiku. Suara nya ringan tutur katanya selalu bisa menghibur orang.

Aku hampir tidak percaya dengan apa yang ada di hadapanku sekarang.

'Farrel?!'

Mataku jelas takkan salah lihat. Dia sungguh Farrel. Postur tubuh dan style nya masih sama. Tidak ada yang berubah. Sangat persis dengan tahun sebelumnya. Dia Farrel!

Dia seakan melihatku. Wajahnya berusaha menghindar dari tatapanku. Namun itu justru malah membuatku makin penasaran.

'Wuzzhhh'  hembusan asap kendaraan motor, dengan laju yang sangat cepat. Ternyata berhasil menghilangkan pandanganku padanya.

"Neng, sebentar lagi sekolah masuk. Baiknya neng ke kelas sekarang?" Tutur bapak penjaga dengan sopan.

Masih diam. Berdiri mematung.

'Siapa tadi?'
'Pasti Farrel, lagian baru satu taun dia pergi. Pasti dia farrel. Gue bakal cari tau'  tekadku sudah bulat.

"Neng?"

"E-eh iya maaf pak,"
"Permisi,"

"Hmm, tumben banget Mentari gak sama Dafon." Komentar Bapak penjaga dengan nada pelan. Beliau memang tau akan kedekatan ku dan Dafon. Bahkan terkadang Dafon yang meminta bantuan padanya.

Entah apa status ku dengan mereka berdua.
Meski aku tau jelas.
Tapi aku hanya tau dari logika,bukan dari hati.
Aku butuh jawabannya wahai awan awan baik, dan pelangi yang cantik. Akan kujalani ini terus sambil menunggu waktu yang pasti kan menjawabnya.

***

Mentari Pagi (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang