Changes in Life [Wonwoo]

317 33 11
                                    

Fluff, Slice of Life | T | 2400+ words
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Karena lebih baik memanfaatkan waktu yang tersedia dan menikmati kebersamaan, daripada terlalu sibuk mengurusi perubahan yang dapat berujung pada salah paham.

-Park Myungeun-
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Park Myungeun mengangkat kepala, menyipitkan kedua manik guna memperjelas arah mana jarum jam tengah menunjuk. Ia kesal, lantaran kegiatan tidurnya guna membuang waktu ternyata sama sekali tidak berpengaruh. Baru sepuluh menit terlewat, dan masih ada tiga jam lagi sebelum bel pulang sekolah berbunyi.

Entah sejak kapan, namun akhir-akhir ini jam pelajaran kosong selalu menjadi momok bagi Myungeun lantaran gadis itu bosan setengah mati. Kelas gaduh berisikan gadis-gadis dengan dandanan menor yang bergosip sepanjang waktu, beberapa lelaki yang berkumpul di sudut belakang kelas hanya untuk membahas hal-hal tak senonoh, bonus beberapa anak kutu buku sama sekali bukanlah tipikalnya.

Tetapi, rasanya lebih mengerikan bila ia hanya duduk diam dan tak melakukan apa pun.

Memilih untuk tidak mati kebosanan, Myungeun melangkahkan tungkai ke bangku kosong di sudut depan kelas. Lantaran tak mungkin ia bergabung untuk membicarakan hal-hal sampah bersama dengan gadis-gadis centil itu apalagi dengan sekelompok laki-laki mesum yang dapat membuatnya bergidik, duduk berhadapan serta mengobrol bersama dengan anak kesayangan guru sepertinya harus menjadi pilihan terakhir.

Jeon Wonwoo.

Si kutu buku pendiam dengan kacamata bulat yang terus menerus bertengger di hidung, lebih suka menyendiri dan bercumbu dengan novel mitologinya ketimbang berkumpul bersama sekelompok orang.

Hanya karena mempunyai penampilan layaknya orang polos, bukan berarti lantas Wonwoo adalah lelaki lugu yang sama sekali tidak doyan mengoceh.

"Tidurmu nyenyak sekali. Kutebak kau pasti ngiler."

"Tidak, kok!"

Kedua pipi laki-laki itu tertarik ke atas bersamaan dengan dengus tawa yang keluar. Tatap matanya yang sama sekali tidak terlepas dari buku membuat Myungeun menghela napas, lantaran sikap itu bukanlah sikap yang sepatutnya diberikan bila ada yang mengajak bicara. Orang lain bisa tersinggung, bukan?

Tetapi ini adalah Myungeun, yang telah mengenal Wonwoo selama belasan tahun hingga cukup hafal dengan gerak-gerik lelaki itu meskipun jika ditilik, kedekatan mereka akhir-akhir mereka tak cukup akrab untuk disebut sebagai sahabat.

Mungkin iya, tetapi dulu.

Myungeun tak punya topik pembicaraan, dan sepertinya Wonwoo juga tak berniat untuk membuka obrolan. Maka, mulailah Myungeun mengedar pandang mencari-cari. Hanya butuh lima sekon, dan pada akhirnya novel yang digenggam Wonwoo menjadi tempat perhentian.

"Novel mitologi lagi?"

"Kisah kepemimpinan seorang dewi akan kerajaannya di bawah laut."

Myungeun tersenyum. "Kau tidak berubah, Wonwoo-ya."

"Kenapa aku harus berubah?"

Pertanyaan itu sukses membuat Myungeun bungkam sejenak, tepat ketika pikirannya melayang ke satu hal. Sebuah fakta yang tak ingin diingatnya, namun tentu usaha tersebut tidak bisa mengubah keadaan.

"Teman-temanku berubah."

"Berubah? Berubah jadi power rangers?"

Jika saja balasan yang didapat Wonwoo bukan sebuah lirikan tajam membunuh, lelaki itu tentu tidak akan lekas berdeham dan membatalkan sebuah tawa yang tadinya hendak keluar. Pasalnya, Myungeun benar-benar terlihat sedang tidak ingin diajak bercanda.

SEVENTEEN's OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang