Family, Fluff | G | 1200+ words
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Whatever she has done, she'll always be a little princess to me.-Yoon Jeonghan-
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Di dunia ini, Jeonghan yakin seratus persen bahwa semua orang tua pasti ingin membahagiakan anak-anaknya. Melihat tawa merekah terpasang pada wajah sang buah hati kendati harus mengorbankan diri, bukankah hal itu merupakan dambaan setiap orang tua?
Namun, dalam kasus kali ini sepertinya ia agak kehilangan akal.
"Pokoknya Yoomi mau dibelikan itu! Enggak mau main Barbie lagi!"
Ya Tuhan, tabahkanlah hati Jeonghan. Awalnya memang ia tak kunjung mengerti apa yang salah pada Yoon Yoomi, lantaran seleranya berubah seratus delapan puluh derajat.
Tetapi, kebingungan itu sepertinya tak perlu bersinggah dalam pikirannya terlalu lama.
"Yeol sama Young saja bisa dapat dari Paman Seungcheol! Masa Yoomi tidak Papa beri?"
"Apa?"
Keterkejutan Jeonghan spontan membuat keningnya berkerut.
Dapat dari Paman Seungcheol, huh?
Untuk saat ini, jujur saja Jeonghan berada dalam fase yang entah apa namanya. Terasa seperti ingin tertawa, tetapi tidak bisa lantaran mengingat curahan hati Seungcheol-karibnya-tepat beberapa jam yang lalu.
"Mentang-mentang ia dinikahi pengusaha kaya raya, lantas mengirim hadiah mainan seperti itu untuk Yeol dan Young. Dia pikir aku senang putri-putriku diberi mainan berbahaya begitu?!"
Jeonghan juga tak lupa umpatan apa saja yang lolos dari bibir Seungcheol terhadap adik perempuannya-Choi Seungyeon-yang sekarang tengah berbulan madu di Paris. Masalah tidak terletak pada harga mainan itu sehingga Seungcheol lantas dapat mengomel karena kelakuan adiknya yang terlampau boros, namun pada jenis mainannya.
Sebuah mainan pesawat jet berukuran hampir sepanjang lengan orang dewasa, dikendalikan oleh remote control dan dapat terbang dengan kecepatan tinggi. Sudah pasti pula sanggup memecahkan semua kaca jendela dalam kediaman Seungcheol.
Tidak, tidak. Jeonghan masih rasional, dan ia tak mau menghabiskan gajinya selama sebulan penuh hanya untuk sebuah mainan yang beresiko membuat seisi rumahnya hancur. Belum lagi kalau Yoomi bosan dan menelantarkan benda itu di sudut ruang hingga bersatu dengan jaring laba-laba dan debu.
Itu lebih miris lagi.
Tetapi, apalah arti menerangkan itu semua pada gadis kecil yang bahkan belum dapat mengerti apa gunanya uang?
"Anak perempuan tidak pantas main pesawat-pesawatan seperti itu, Yoomi." Jeonghan mencoba bertutur selembut mungkin. "Mainan itu hanya cocok untuk anak laki-laki yang sudah besar. Lagian, bukannya Yoomi itu seorang princess?"
"BUKAN!"
"Eh?!"
Jawaban tak disangka-sangka itu membuat Jeonghan membelalak untuk kesekian kalinya. Ia tak habis pikir bagaimana seorang gadis berumur lima tahun dapat berubah sifat sebegini cepat, mengingat gelar princess adalah favorit Yoomi selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN's Oneshots
FanfictionA collection of Seventeen's ONESHOTS written in Bahasa. Please enjoy!💕 By Rosé Blanche ©2017