Fluff, Friendship, Hurt/Comfort, School-Life | T | 900+ words
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Dia terlihat sama saja.-Hirai Momo-
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪Semua ini adalah sebuah kebiasaan untuk Soonyoung.
Waktu yang sama, tempat tujuan yang sama. Soonyoung akan selalu berkunjung ke kelas gadis itu tiap kali jam istirahat. Bukankah itu adalah hal wajar untuk seseorang yang sedang jatuh cinta?
“Soonyoung!”
Seketika, panggilan itu membuat langkahnya terhenti, lalu berpaling.
“Ke kelas Momo lagi?”
Soonyoung tidak menjawab, hanya membalas pertanyaan itu dengan sebuah cengiran, dan kemudian bersambut dengan decakan Jun.
“Well, aku tahu kau sedang dimabuk cinta, terlebih lagi karena rambut barumu itu, kutebak pasti kau mau pamer pada Momo. Iya, kan?”
Ucapan Jun tepat sasaran, dan Soonyoung hanya bisa menatapnya dalam diam.
“Aku mengerti, Soonyoung. Hanya saja, tolong jangan lupakan tugas kelompok kita! Waktunya hanya tersisa seminggu lagi dan kita masih belum mengerjakan apa-apa, kau tahu?”
“Ayolah, Jun. Istirahat kedua saja, ya? Ya, ya?”
“Nanti waktunya tidak— Hei, Soonyoung!”
Jun hanya bisa ternganga melihat mimik wajah Soonyoung yang telah dibuat sangat memelas itu, dan sebuah umpatan pun meluncur dari mulutnya tatkala kawannya itu langsung saja meninggalkannya tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Sementara itu, Soonyoung langsung meluncur ke kelas di ujung koridor, ingin cepat bertemu dengan sang pujaan hati.
Ketika tungkainya telah mencapai tempat tujuan, kedua maniknya langsung menelusuri tiap sudut kelas, dan ditemukannya sosok itu. Sosok gadis manis yang sedang berdiri di samping meja sambil menggambar sesuatu di sebuah kertas besar.
“Momo.”
Panggilan itu membuat sang gadis Jepang menoleh sejenak—kurang lebih dua detik—dan setelah itu pandangannya kembali fokus pada kertas di atas meja.
“Oh, Soonyoung. Ada apa?” tanyanya tanpa melepaskan pandang dari kertas.
Soonyoung hanya menggeleng, kemudian bertanya kembali, “Kau sedang membuat apa?”
“Daftar menu untuk festival besok. Kelasku akan membuka kafe,” jawab Momo sambil melirik Soonyoung sekilas dan tersenyum. “Bagaimana dengan kelasmu?”
“Kalau tidak salah rumah hantu. Entahlah, aku tidak ikut berpartisipasi.”
“Kenapa?”
“Aku sibuk mengurus drama yang akan dipentaskan di aula sekolah malam harinya,” jawab Soonyoung sambil menyunggingkan senyum penuh arti. Kemudian, ia berjalan mendekat ke arah Momo dan duduk di dekat gadis itu.
“Oh, ya?” ujar Momo. “Kau pemeran atau membantu di backstage?”
“Pemeran, aku jadi pangeran jahatnya.”
Kini, Momo menoleh sepenuhnya, dan Soonyoung tidak dapat lagi menahan senyum karena rencananya untuk memancing gadis itu telah berhasil.
“Pangeran jahat?” Momo menatap Soonyoung lekat-lekat, sempat membuat lelaki itu salah tingkah. Hanya saja, Soonyoung berusaha menahannya. Karena, Soonyoung sangat mengharapakan kesadaran Momo atas sesuatu dari dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN's Oneshots
FanficA collection of Seventeen's ONESHOTS written in Bahasa. Please enjoy!💕 By Rosé Blanche ©2017