Angst, Romance | T | 600+ words
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
There’s too much stars in my dark and empty heart, and it’s being overload right now.-Chou Tzuyu-
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪Seringkali, segala sesuatu yang berlebihan dikatakan tidak baik.
Kalau sedikit akan menjadi masalah, maka terlalu banyak bisa menimbulkan persoalan lebih besar atau bahkan tindakan tak masuk akal. Aku cukup setuju, walaupun efek dari sikap berlebihan yang kumiliki sama sekali tak memberi dampak buruk bagi dirinya.
Ya, bagi dirinya saja.
Bagi Kim Mingyu.
Bagi seorang lelaki yang dulu sempat menyebutku kawan, namun saat ini menolak untuk menanggapiku akibat sebuah kasus yang terjadi beberapa tahun silam.
Memang kuakui, akulah yang bersalah kala itu.
“Apa kaubilang?”
Di sinilah kami sekarang, berdiri di tengah kegelapan malam penuh bintang sembari sedikit bernostalgia akan masa-masa sekolah.
Tahun ketiga sekolah menengah akhir semestinya menjadi saat yang tak akan terlupakan bagi kebanyakan murid, dan aku pun yakin …
“Coba ulangi sekali lagi kata-katamu barusan?”
… Mingyu tak berniat melupakannya.
Bahkan hanya karena aku tanpa sengaja muncul kembali di hadapannya di universitas yang sama, ia sudah naik pitam. Tak pernah lagi tersenyum maupun tertawa di hadapanku, sudah cukup membuatku paham akan situasi hatinya.
Melihatku pastilah membawa dirinya kembali pada memori tak menyenangkan itu.
Aku tahu, tak ada lelaki yang senang bila dimanfaatkan oleh sang gadis pujaan, bukan? Terlebih jika gadis itu memperalatnya demi mendekati sahabat si lelaki.
Sudah kubilang, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk juga bila sudah menyangkut perasaan.
Karena terlalu mencintai seorang lelaki lain, aku menyakiti Mingyu habis-habisan. Karena terlalu mencintai lelaki itu pula, sebuah perbuatan tak tahu diri pun kulakukan kendati sebenarnya aku bukanlah tipikal yang sebegitu egois bila menyangkut tentang hal kebanyakan.
Mingyu terluka merupakan satu hal, namun bagaimana soal persahabatannya dengan lelaki itu? Bagaimana dengan jalinan tali pertemanan yang telah mereka bangun sejak bertahun-tahun lalu?
Aku pun menghancurkan hubungan mereka.
“CEPAT JAWAB, TZUYU!”
“Aku menyuruh Mina menjauh dari Jisoo, dengan alasan supaya perasaanmu tidak terlukai untuk yang kedua kalinya! Puas?!”
Wajah Mingyu merah padam. Napas teraturnya berubah menggebu, diikuti dengan kepalan yang tahu-tahu saja terbentuk. “Dengan menceritakan apa yang pernah terjadi di antara kita bertiga pada Mina, lalu menyuruhnya untuk memikirkan perasaanku juga?”
Aku tahu aku telah membuatnya tampak menyedihkan di mata Mina, namun aku menjawab, “Ya.”
Sebuah dengus tawa sarkatis lolos dari bibirnya. “Aku mencintai Mina, dan sekarang mungkin cintaku lagi-lagi merupakan perasaan yang bertepuk sebelah tangan, namun aku tidak butuh simpatimu sama sekali, Tzuyu. Mungkin aku sudah menjadi peran sampingan yang tersakiti dari sebuah kisah cinta segitiga untuk kedua kali, tapi setidaknya kali ini sang peran wanita tidak memanfaatkanku seperti di kisah yang lampau.”
Ah, ia menang telak.
“Lagi pula, apa maksudmu dengan ‘supaya perasaanku tidak terlukai’, huh? Kenapa tidak bilang saja kalau kau masih frustrasi mengejar Jisoo, sampai kau sebegitu niatnya menjadi tembok penghalang di antara dua orang yang saling mencintai?”
Barangkali, gelar ‘penghancur hubungan orang’ akan menempel sempurna pada diriku.
Dulu Jisoo dan Mingyu, lalu sekarang Jisoo dan Mina. Aku tidak tahu apa yang salah denganku sampai aku berbuat sejauh ini, namun … kurasa inilah dampak dari yang namanya berlebihan.
Mungkin ayunan tungkai Mingyu yang menjauh menunjukkan bahwa betapa kecewanya ia terhadapku yang masih memendam asa pada Jisoo. Mungkin kepala Mingyu yang sama sekali tak menoleh lagi sesudah meninggalkanku sendirian menandakan rasa jijiknya ia terhadapku.
Tapi, ada satu hal yang Mingyu belum ketahui.
Aku bukannya masih menyimpan rasa obsesi berlebih pada Jisoo sehingga aku ingin mengacaukan hubungannya dengan Mina. Aku masih punya sisi manusiawi di mana aku dapat merasa bersalah sedemikian rupa, hingga lagi-lagi aku melakukan hal konyol yang berpotensi dianggap berlebihan pula kali ini. Walaupun aku terlihat seakan mendramatisir keadaan, namun inilah perasaan tulus dari hatiku.
Aku merasa terlalu bersalah. Aku merasa benar-benar harus membayar harga. Satu lagi, aku merasa terlalu jatuh cinta lagi untuk saat ini.
Tetapi … hei, siapa bilang aku masih mencintai Jisoo?
Karena dalam kegelapan hati di saat Jisoo meninggalkanku kala itu, aku baru menyadari satu hal.
Bagaikan jutaan bintang yang mendominasi langit, Kim Mingyu telah mengisi penuh kekosongan hidupku dengan segenap perasaan yang ia berikan, dan dengan bodohnya aku menyia-nyiakan semua itu.
Tapi mungkin untuk sekarang tak mengapa, karena …
“Dasar bodoh. Padahal kukira dengan berakhirnya hubungan mereka, akan lebih mudah bagimu untuk mendapatkan hati Mina, bukan?”
… inilah harga yang harus kubayar untuk menggantikan jutaan bintang pemberian Mingyu dulu.
fin.
-oOo-
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN's Oneshots
FanficA collection of Seventeen's ONESHOTS written in Bahasa. Please enjoy!💕 By Rosé Blanche ©2017