Because of the Allergic [Vernon]

27 3 1
                                    

Fluff | G | 200+ words
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Hidungmu merah, lantas apa?


-Hansol Vernon Chwe-

▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Dahyun terus-terusan merutuki niatnya yang semula ingin mencari stiletto bertali di gudang. Ingin tampil cantik dengan kaki mulus nan jenjang berbalutkan sepatu manis itu tidaklah salah.

Yang menjadi kesalahan Dahyun hanyalah dirinya yang tak ingat akan bagaimana nasib sang hidung bila sudah bertemu dengan tumpukan debu.

Obat itu pula—membuat Dahyun semakin kesal. Kenapa tidak bekerja-bekerja, sih?

Entah sudah berapa kali juga ia mengutuk obat tak berdosa itu. Kalau begini, bagaimana dengan janji kencannya?

Dahyun masa bodoh jika ia yang dianggap konyol oleh orang-orang, tetapi masalahnya kali ini ada Vernon sang kekasih yang juga akan menjadi bahan omongan. Bagaimana Dahyun bisa tenang?

Hidungmu merah, lantas apa? Itu masih jauh lebih baik dibandingkan harus berjalan denganmu yang dirias menjadi hantu geisha tetapi malah terlihat seperti badutsaat festival sekolah dulukalau kau masih ingat.

Kuberi tahu ya, Dahyun. Mau kau berdandan seperti topeng monyet atau apa pun tak masalah. Orang cantik mau bagaimanapun juga pasti tetap cantik, kok.

Ini aneh, lantaran Dahyun merasa ingin muntah setelah ucapan itu terlontar, bersamaan dengan sentuhan ringan jari telunjuk Vernon di ujung hidungnya.

Tetapi, lebih aneh lagi tatkala Dahyun langsung memutuskan tidak jadi membatalkan acara kencan mereka, dan tentunya tersenyum-senyum sendiri tidak jelas.

fin.
-oOo-

SEVENTEEN's OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang