Autumnal Melancholy [Woozi]

41 6 1
                                    

Hurt/Comfort | G | 200+ words
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Barangkali bagaikan pohon yang tak dapat mencegah rontoknya dedaunan saat musim gugur, aku pun tak dapat melakukan hal yang jauh berbeda.

-Lee Jihoon-
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Kata orang, salah satu hal terburuk yang dapat terjadi dalam hidup ini adalah kehilangan.

Sebenarnya aku pun setuju, secara kehilangan itu memang menyakitkan. Di sini yang kumaksud adalah kehilangan dalam konteks apa pun, kendati beberapa kawanku tak selalu menganggap begitu. Tergantung kau kehilangan apa dulu, begitu kata mereka.

Kali ini pun rasanya tak berbeda. Malahan lebih parah. Hanya dengan kehilangan seseorang berharga, mengapa seakan kebahagiaan dunia ini lenyap dari padaku? Aku tahu, kedengarannya klise dan tidak masuk akal.

Namun di sinilah aku sekarang, bersandar pada jendela kamarku yang terbuka di akhir bulan Agustus. Memandagi kelabu langit dengan goresan jingga yang sebentar lagi akan sirna, kemudian nantinya akan digantikan oleh petang bertemankan kilau bintang. Tangan terjulur ke langit, seolah mentari yang hendak terbenam dapat kugapai dan kutahan di angkasa.

Konyol sekali.

Padahal aku tahu, aku tak akan dapat menahannya.

Aku tak akan dapat menghalanginya untuk terbenam.

Berjanjilah padaku, kau harus bahagia, Jihoon.

Kata-kata itu, sungguh adalah ucapan yang sama sekali tak ingin kudengar. Namun, lagi-lagi aku tak dapat menangkal. Barangkali bagaikan pohon yang tak dapat mencegah rontoknya dedaunan saat musim gugur, aku pun tak dapat melakukan hal yang jauh berbeda.

Di satu musim yang sama, kali ini juga, sepertinya aku pun masih harus merelakan dirinya. Rela kehilangan, rela merasakan pilu luar biasa karena masih ada memori yang tersimpan kendati sang pengukir kenangan tak ada lagi di sisiku.

Aku tak dapat berbuat apa-apa lagi, bukan?

Payah.

fin.
-oOo-

SEVENTEEN's OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang