Fehlgriff [Joshua]

40 2 0
                                    

Historical, Horror | PG | 500+ words
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪
Tetapi jujur saja, sebenarnya yang bodoh adalah aku.

-Elena-
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

Based on the biggest mass-trials and mass executions seen in early 1600s, in Europe; The Würzburg witch trial.

.

Awan kelabu menampakkan diri di langit. Surya bersembunyi, seakan takut dengan yang akan terjadi. Sambaran petir memekakkan telinga, kendati semua saksi membisu. Lonceng telah berbunyi, menandakan bahwa eksekusi telah selesai.

Hanya ada buangan napas pelan yang keluar, dan pandanganku terfokus pada Marienkapelle*, tempat di mana semua orang-orang itu disiksa, diintimidasi, dituduh, ketakutan dan kemudian tewas mengenaskan.

Lagi-lagi eksekusi. Sejak kecil, aku sering menyaksikan pemandangan mengerikan itu.

Ya, perburuan penyihir.

Penyihir yang dianggap selalu dianggap membawa kesialan, hina, terkutuk serta ditakuti karena memangsa anak-anak kecil.

Sebuah pemandangan dimana manusia-manusia itu tewas terbakar secara perlahan, disertai dengan jeritan dan kata-kata makian pada siapa saja yang telah menuduhnya.

Aku ingat tatkala indera runguku menangkap setiap kata-kata tak pantas yang dilontarkan pria itu padaku, tepat saat api akan menyambar setiap inci tubuhnya. Tetapi, saat itu aku merasa tidak apa-apa. Caci maki tidak akan ada apa-apanya dibandingkan dengan harus hidup dalam ancaman dan ketakutan sepanjang hari, terlebih lagi kalau harus kehilangan malaikat kecilku.

“Dasar berengsek!”

“Apa kau selalu mengemis seperti anjing begitu? Sudah sepantasnya kau berhenti menjadi manusia dan menjilat sepatuku juga, bodoh.”

 “Sialan kau, Elena!”

“Bayar hutangmu sekarang juga, atau aku bersumpah tidak akan pernah membiarkanmu melihat anakmu lagi!”

Ia hanyalah pria muda tak berperasaan bernama Jisoo, saudagar keturunan Korea yang sama sekali tidak tulus dalam membantu suamiku kala itu. Setelah suamiku meninggal, barulah semua sifat busuknya keluar.

Awalnya, aku hanya diam pasrah dengan keadaan. Namun, tidak lagi ketika kata-kata terakhir itu terlontar.

Bagaimana bisa aku tenang jika sudah menyangkut anakku; Anna?

Berjam-jam dan berhari-hari aku berpikir tanpa henti. Memang timbul satu hal yang terlintas, tetapi apakah ini adalah tindakan yang paling tepat, aku tidak tahu. Karena hanya satu hal yang kuinginkan; Jisoo pergi dari hidupku dan ancaman-ancaman itu lenyap.

Karena keadaan memaksa, maka kubulatkan tekadku. Tekad untuk membuatnya pergi. Tekad untuk membuatnya hilang ditelan alam.

Dan dua hari setelahnya—selain aku—siapa orang lain yang bisa menyangka? Saudagar kaya raya bernama Hong Jisoo menjadi salah satu orang yang tersiksa di Marienkapelle*.

Alasannya, orang-orang mencium bau busuk dari rumah pria itu, dan warga menemukan setumpuk tulang yang masih berlumuran darah serta pula sisa-sisa daging busuk di lemarinya.

Tulang-tulang itu adalah tulang balita asli—

Hei.”

—hasil dari perbuatan tanganku sendiri.

Dan kala itu, aku hanya bisa tertawa dan melontarkan pandangan merendahkan pada Jisoo yang begitu bodoh.

Kenapa tidak menjawab?”

Tetapi jujur saja,sebenarnya yang bodoh adalah aku.

“Kau tidak merindukanku, Sayang?”

Karena, di malam yang masih sama dengan hari kematian Jisoo, aku cukup menyadari satu hal.

Aku membunuh Jisoo dengan ide licik nan kejam; yakni menuduhnya sebagai penyihir. Namun, baru kusadari bila itu semua tidak akan membuatnya pergi dari hidupku—

“Makan saja kata-kata manismu, Jisoo.”

—namun malah membuat kehidupanku selalu dipenuhi teror-teror mengerikan yang berhasil membuat Anna menjerit tiap malam—sampai kewarasannya hilang sudah.

Karena di rumahku, telah tinggal satu penghuni baru selama beberapa tahun terakhir.

Ya, penghuni tak kasat mata bernama Hong Jisoo.

fin.
-oOo-
▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪▪

*Fehlgriff = Kesalahan
*Marienkapelle : salah satu gereja di Würzburg, Jerman, konon dimana eksekusi pembakaran orang-orang yang dianggap penyihir dilakukan.

 
Halo. Sebelumnya maaf kalo horrornya kurang dapet, karena ini fic horror paling pertama yang pernah kubikin:")

Fyi, seperti yang tertulis di awal cerita, settingnya diambil di abad ke 17, waktu  kepercayaan masyarakat tentang penyihir itu masih tinggi-tingginya, terutama di Jerman, Eropa.

Waktu itu, banyak orang yang (sebenernya) nggak salah, cuma kadang kelakuannya bisa dibilang ‘mencurigakan’ gitu ya, (misalnya kaya kejang-kejang tanpa alasan dsb), itu bisa-bisa langsung dianggap sebagai penyihir. Dan kebanyakan dari mereka langsung diadili gitu aja, meskipun kadang juga dilakuin semacem tes supaya tau orangnya penyihir beneran atau nggak.

Misalnya, semua rambut yang ada di badan orangnya itu harus dicukur, cuma buat nyari tanda setan di badan orang itu. Kalo nggak ada, ya udah berarti bukan penyihir. Kadang juga sampe sengaja dilukai, supaya keluar darahnya. Karena kalau nggak keluar darah, berarti orang itu dianggap penyihir.

Tapi, seiring kemajuan teknologi, kepercayaan masyarakatnya ya mulai berubah gitu (misalnya ilmu kedokteran yang membuktikan kalau kejang-kejang itu disebabkan penyakit dan bukannya ilmu sihir), jadi lama kelamaan kepercayaan itu hilang juga.

Jadi ya … cuma mau bagiin itu aja sih. Udah gitu aja:”) /gak penting/

rachel.

SEVENTEEN's OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang