Cecilia...
Aku tidak tau harus berkata apa padamu.
Ini kesekian kalinya aku menyakitimu. Sungguh, aku tidak bermaksud untuk itu. Aku tidak akan pernah lupa pandangan matamu ketika kamu mendengarkan penolakan lagi dari mulutku. Matamu menyiratkan kehancuran. Mulutmu tidak berkata apapun tapi cukup dengan pandangan itu, aku merasakan pukulan yang membuatku babak belur.
Maafkan aku, Cecilia. Entah bagaimana caranya agar aku bisa menebus semua yang telah ku lakukan padamu. Aku tidak pantas untuk mendapatkan perhatian yang sangat tulus itu.
Aku mencintaimu...
Seandainya bisa ku katakan kalimat itu padamu, mungkin kamu akan lebih bahagia. Tetapi, aku tidak bisa, Cecilia. Aku tidak bisa membuatmu terlibat dalam hidupku yang berantakan. Aku tidak bisa mengorbankan dirimu untuk seorang monster yang memegang kendali dalam kehidupanku. Aku tidak akan bisa memilih antara kamu dan dia. Tidak akan bisa. Selamanya aku ini tawanannya.
Kamu berhak bahagia, Cecilia. Itu yang ku katakan padamu hari itu. Ku minta kamu untuk melupakan perasaanmu. Kamu memaksakan sebuah senyum. Lalu kamu berkata kalau sampai matipun perasaan itu tidak akan pernah bisa kamu lupakan. Lalu aku menjadi seorang yang sangat berengsek. Ku balikkan tubuhku dan aku berjalan meninggalkanmu. Bukan maksudku untuk menyakitimu. Saat itu aku sungguh tidak bisa lagi memandang matamu tanpa harus memelukmu.
Surat ini mungkin tidak akan pernah ku sampaikan padamu. Dan mungkin perasaan ku untukmu selamanya juga hanya akan terpenjara dalam hatiku saja. Biar ini menjadi bukti cintaku padamu, Cecilia. Aku terlalu mencintaimu sehingga aku tak mampu membiarkan kamu ikut terpenjara dibawah kekuasaan wanita yang kucintai juga kubenci yang kupanggil "Mama".
Bahagialah, Cecilia.
Kastara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Senja Tiba
ChickLitManessa mencintai Kastara, putra sulungnya, dengan segenap hati. Baginya, Kastara adalah dunianya. Sebegitu besar cintanya pada Kastara sehingga terkadang ia lupa jika Batara juga miliknya.