19. Lari!?

135 15 34
                                    

Chapter sebelumnya :

     Sebelumnya mereka sudah mendapat peringatan melalui CD, tapi mereka tidak mengira akan ada hal apa yang terjadi nanti. Lalu mereka mulai bergerak kembali untuk mencari ruang bawah tanah.

Chapter sebelumnya end.

👻👻👻👻

     Sudah 2 jam berlalu semenjak mereka mulai mencari keberadaan pintu masuk ruang bawah tanah, tapi tidak ada satupun petunjuk yang didapat. Nifa belum juga kembali dari kamar mandi, seharunya dia sudah kembali karena 15 menit telah berlalu sejak dirinya pergi. Sebagian besar dari mereka yang didalam ruangan memilih untuk bersantai saja, toh mereka sudah berusaha mencarinya ke segala penjuru. Tanpa petunjuk sedikitpun sangat sulit untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Lalu ditangah kejenuhan, Angga tiba-tiba berteriak seakan-akan ia telah menemukan sesuatu.

     "Aaaaah!" teriak Angga membuat gempar. Sontak mereka semua menghampiri Angga dengan harap - harap cemas. "Kenapa Ga?"

     Angga hanya terdiam, wajahnya sudah bersinar bak matahari. "Ketemu?" Akhirnya Tio pun langsung bertanya ke intinya.

     "Ketemu." jawab Angga senang. Mereka mulai berharap tinggi pada Angga. Tapi, sayangnya perasaan lega, senang, dan takut hilang tergantikan oleh rasa kecewa dan kesal.

     "Mana?" Tanya Wawan. Mereka masih mencoba berfikir bahwa Angga benar-benar menemukannya. Tapi, Angga hanya menunjukkan sebuah buku komik yang sudah berdebu, sambil berkata "Ini. Gue udah cari ke mana - mana ternyata ada di sini." Dengan tampang watados Angga mulai mengambil posisi nyaman untuk membaca.

     Tanpa mengatakan apa-apa, mereka hanya membuang nafas kesal lalu kembali duduk seperti sebelumnya. Angga sendiri hanya mendengus heran. Kenapa sih?  Kan yang gue temuin emang komik yang udah lama gue cari. Begitulah batinnya. 

     Angga mulai membuka lembar demi lembar, lalu dilembar ke 3 dimana cerita baru akan dimulai, terdengarlah teriakan histeris dari seorang wanita. Suara itu berasal dari luar, pikiran mereka langsung tertuju pada Nifa. Tanpa berdebat lagi, tanpa berpikir macam - macam mereka langsung melesat pergi menghampiri suara tersebut.

👻👻👻👻

      Nifa baru saja keluar dari kamar mandi sekolahnya. Ia meringis kesakitan sambil mengusap - usap bahunya yang masih terasa sakit. Sebelumnya di depan ruang klub ia berhasil mengumpulkan semua orang dengan teriakan luar biasa miliknya. Tapi, teriakannya hanya membuat orang terkejut dan khawatir saja. Saat itu Nifa merasakan ada sesuatu di balik semak - semak depan ruang klub, dengan jiwa penasaran ia mendekatinya. Tepat saat ia membelah semak - semak itu sesuatu yang hitam dan tidak jelas lewat begitu saja, makannya dengan refleks ia berteriak. Tapi saat semua temannya datang, hanya ada seekor belalang di sana. Merasa kesal sudah di buat khawatir sia - sia Lisa memukulnya tanpa sengaja. Begitulah ceritanya bagaimana bahu Nifa bisa sakit.

      Nifa berjalan kembali menuju ruang klub. Dia tidak ada niat untuk mampir kemana - mana lagi setelah ini, namun langkahnya terhenti di depan ruang kesenian. Ruang kesenian ini jarang di gunakan, makannya melihat ada orang di dalam membuat jiwa penasaran Nifa kembali. Ia melihat sesosok pria tua tengah duduk di depan kanvas layaknya orang yang sedang melukis. Nifa sedikit mengintip melalui jendela, tapi ia mulai kesal dengan si pembuat jendela. Kenapa tinggi banget sih. Pati begitu pikirnya. Ia memutuskan untuk menyelinap masuk dan memastikan siapakah pria tua itu.

     Langkah demi langkah ia lakukan tanpa bersuara, bahkan Nifa tidak bernafas sampai dirinya tiba didekat pria tua itu. Pria tua yang aneh.

     "Pagi nak." Tiba-tiba beliau menyapa dengan ramah tanpa menoleh sedikit pun ke arah Nifa. Cewek itu tersentak, padahal ia sudah yakin keberadaannya itu tidak akan diketahui.

Misteri Ruang Club (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang