22. Sakit

79 15 0
                                    

"CEPAT KEMBALI KE ATAS!!" Teriak Vano.

      Setelah Vano berteriak panik, seakan Vano bisa membagikan kekuatannya. Mereka semua yang ada disana secara tiba-tiba bisa melihat Fiola yang sedang mengamuk. Vano memaksakan tubuhnya untuk bergerak. Ia menggigit senter yang sebelumnya ia bawa lalu menggendong Nifa dan berlari ke tangga, begitupun yang lainnya.

Bruaak...

     "Ukh.."

     "Satu-satu any*ng." Kesal Angga.

     "Yaudah buruan." Balas Wawan.

     Mereka memang sudah tidak saling menyerobot, tapi sebaliknya, semuanya malah diam. Menunggu siapa yang akan naik duluan.

     Hani menepuk jidat. "Cepet yang mau duluan."

     "Yaudah gue duluan." Rizki naik lebih dulu.

     Kali ini juga sama, mereka saling mengalah hingga membuat jeda cukup lama.

     "Kenapa pada diem anj*r, Van cepet naik duluan." Beni mempersilahkan Vano yang sedang menggendong Nifa. Sakit memang melihat bukan dia yang menolong Nifa.

     Vano tidak bicara macam - macam, dirinya masih sangat terguncang. Ia pun berjalan duluan setelah Rizki, baru satu kakinya yang menapak pada anak tangga pertama. Dengan begitu cepat, Nifa yang di gendong di pundaknya itu seakan di tarik kebelakang dengan sangat kencang. Vano terjatuh. Senter yang semula ia gigit di mulutnya juga ikut terjatuh sampai rusak dan tidak berfungsi lagi. Dugaan Tio, Wawan dan Dafit benar. Bahkan tidak hanya tertinggal tapi juga rusak.

     Punggung Nifa menghantam yembok cukup keras sampai menghasilkan suara gebrakan.

     "Arkh..."

     "NIFA?!"

     "Ada apa?" Lisa berteriak dari atas. Tidak ada yang tahu sejak kapan anak itu sudah di atas sana. Bahkan Rizki pun terkejut setelah menemui Lisa di dekat pintu.

Braak...

     Lisa dan Rizki buru - buru menuruni tangga, terlalu fokus dengan yang di bawah mereka sampai tidak sadar pintu ruang bawah tanah terbanting entah oleh apa. Sekali lagi suara gebrakan terdengar kencang, perhatian Rizki maupun Lisa teralihkan. Keduanya menengok dengan cepat. Tidak ada lagi cahaya yang masuk dari luar, sekarang jadi benar - benar sangat gelap, bahkan dari bawah tidak terlihat cahaya dari mereka yang masih di bawah. Keduanya tidak bisa bergerak, alih - alih kembali ke atas dengan jarak yang lebih dekat, bergerak sedikit saja mereka bisa tersandung dan jatuh.

     Pasti ini ulah Fiola, hantu cewek itu berniat mengurung mereka disana. Padahal Hani sudah mengantisipasi alih - alih pintunya akan tertutup dan terkunci dari luar, makannya ia sudah mengganjalnya dengan pasti.

     "Pintunya.... minggir."

     "Ki jangan gegabah!" Bentak Lisa.

     Sayangnya, peringatan Lisa sia - sia. Rizki memang tertahan tapi kakinya yang belum mantap terpijak di anak tangga itu tak seimbang. Rizki tetap terjatuh turun jauh sekali, dahinya terbentur.

     "RIZKI!!"

     "Ukh, sakiit." Rizki meringis.

     "Lu gak papa Ki? Gue bilang juga apa."

     "Iya gak papa.... mungkin."

     "Kenapa pake mungkiin?!"

     "Ya udah lu diem situ, gua coba cek pintunya." Lisa merogoh sakunya, mengambil ponselnya dan menyalakan senter. Tanpa melihat Rizki di bawah, ia langsumg naik mengecek.

Misteri Ruang Club (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang