29. Dimulainya Misi

64 13 12
                                    

Chapter sebelumnya :

      Hani, Dafit, Nifa, Beni, Rizki, Nita, Lisa, Angga, Naya, Nathan, Vano, Tio, dan Wawan berhasil sampai ke SMA Nusantara Bakti menggunakan angkutan kota alias angkot. Walau terjadi sedikit kecelakaan, mereka tetap bisa sampai dengan selamat.

      Rintangan pertama berhasil mereka lalui, mereka sudah tiba di depan ruang klub dan hendak melalui rintangan selanjutnya. Namun, disaat seperti itu tiba - tiba saja Nifa menghilang. Akhirnya mereka memutuskan untuk membagi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari Hani, Naya, Dafit, Nathan, Tio, dan Wawan yang bertugas untuk mengubur mayat Fiola. Dan kelompok kedua terdiri dari Nita, Lisa, Rizki, Angga, Beni, dan Vano yang bertugas mencari Nifa.

      Tanpa berbasa - basi mereka langsung melakukan tugas masing - masing kelompok.

Chapter sebelumnya end

👻👻👻👻

      Sepuluh menit setelah Nifa dan kawan - kawan pergi, rumah dua lantai itu seketika lengang. Hanya ada Alfi yang berjaga. Ia sedang setia menunggu kabar baik dari adik dan teman - teman adiknya, sambil menyeduh secangkir kopi dan menonton film favoritnya. Dengan situasi yang menimpa adiknya, Alfi terbilang sangat santai.

      "Akhirnya sepi juga..." Alfi melemaskan tubuhnya di atas sofa.

      Baru sejenak ia menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, suara berirama terdengar ke seisi rumah.

Tinong... tinong....

      Bel rumah terdengar nyaring. Alfi yang sudah nyaman di posisinya menggerutu malas. Ia berniat untuk mengabaikannya, tapi bel rumah itu terus berbunyi tidak sabaran.

      "Siapa sih yang bertamu tengah malam begini?" Gerutu Alfi kesal.

      Alfi melangkah ke arah pintu dengan ogah - ogahan. Bel rumah masih saja berbunyi nyaring, membuat Alfi semakin kesal. Tangannya sudah menggenggam erat gagang pintu, tapi ia terhenti disana. Alfi tampak berpikir sejenak.

      "Tunggu. Aneh kan kalau ada yang bertamu jam segini? Udah mau jam satu loh. Apa Nifa balik lagi karena ada yang ketinggalan? Tapi buat apa dia memencet bel." Gumam Alfi bingung.

      Alfi terdiam sejenak, ia sedang memikirkan segala kemungkinan. Tak lama ia meninggalkan pintu rumah dan bergegas ke kamarnya. Alfi mengambil sebuah pentungan dan kembali ke pintu depan. Tanpa disadari suara bel sudah berhenti sejak tadi.

      "Sini lu, gue udah siap." Ujar Alfi mantap.

      Alfi hendak membuka pintu, namun lagi - lagi ia hanya berhenti disana. Ia menurunkan pentungannya yang sudah ia angkat tinggi - tinggi tadi.

      "Sebentar, gimana kalau dia bukan manusia? Gimana kalau didepan sana itu adalah hantu yang berniat gangguin gue? Mana mempan ni pentungan." Gumamnya.

Tinong.... Tinong....

      Alfi tersentak, bel rumahnya di tekan lagi. Ia menelan ludah, harus kah ia mengabaikannya? Harus kah ia membukanya?

      "Si-hmp.."

      "Stt..."

      Ketika Alfi hendak memberanikan diri untuk bertanya, seseorang tiba - tiba saja datang dan menutup mulut Alfi dengan tangan besarnya. Alfi meronta dengan sekuat tenaga. Orang itu membawa Alfi keluar dari rumah melalui pintu dapur, mereka mengendap - endap keluar pagar dan menaiki sebuah mobil. Betapa terkejutnya Alfi saat mereka melawati depan pintu rumahnya, sesosok wanita tidak dikenal tengah menunggu di sana. Ia menggenggam erat sebuah pisau yang sudah berlumuran darah.

Misteri Ruang Club (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang