Duggg dugggggSuara langkah kaki yang tergesa-gesa menuruni tangga.
Calliesta dan Caramel berlari menuju Stefhanie-bundanya yang sedang sibuk membuat makan siang.
"Jangan lari-lari ditangga sayang nanti kalian bisa jatuh." Stefhanie menegur kedua anaknya yang baru berusia 5 tahun dengan tenang.
"Aduhhhh gawatt bundaaa." suara khas anak kecil milik Caramel membuat stefhanie menatap kedua anaknya langsung.
"Gawat kenapa sayang?" masih dengan nada yang tenang dan lembut.
"Dedee aric.... ngompolll bundaaaa." dengan mata yang melotot-melotot seperti sedang memberi tahu ada maling dirumah tetangga, Calliesta menyampaikan apa yang membuat ia dan caramel menuruni tangga dengan tergesa-gesa.
Stefhanie ingin sekali tertawa terbahak melihat bagaimana ekspresi kedua anaknya yang panik karena adiknya ngompol.
"Oh itu, okee." stefhanie mematikan kompornya lalu kembali menatap kedua anaknya.
"Ayo kita kekamar de aric." stefhanie mengajak kedua anak kembarnya itu untuk kembali ke kamar Cadarric anak bungsunya yang hampir berusia 2 tahun.
Saat mau memasak stefhanie memang menitipkan anak bungsunya pada Calliesta dan Caramel.
Calliesta dan Caramel sangat menyayangi Cadarric lebih dari apapun, dan stefhanie dapat mempercayai itu.
Meski umur mereka baru 5 tahun, Calliesta dan Caramel dapat dipercaya.
Sore harinya Calliesta dan Caramel berlari menghampiri ayahnya yang baru saja pulang dari kantor.
"Asikkkk ayah pulanggg cepat!!" Caramel berseru girang.
Iqbaal—ayah mereka langsung berjongkok agar dapat sejajar dengan kedua putrinya.
"Seneng banget ayah pulang cepet, padahalkan ayah memang selalu pulang jam segini?" Iqbaal merangkul Calliesta dan Caramel.
"Ngga! Ayah kemarin-kemarin kan pulang abis isya." Calliesta memprotes ucapan ayahnya.
"Hahha, sayang kemarin itu jadwal ayah padat sekali, banyak yang sakit terus ayah obatin." jelas iqbaal.
"Berarti hari ini gada yang sakit? Ga harus ayah obatin?" tanya calliesta.
Iqbaal tersenyum, sulit sebenarnya menjelaskan jika pekerjannya kini bukan hanya menjadi seorang dokter seperti yang calliesta dan caramel tau. Iqbaal juga bertanggung jawab membantu ayahnya dikantor dan juga harus melatih privat musik seminggu 2 kali.
"Hari ini orangnya sehat-sehat jadi ayah cuma Kasih vitamin supaya tambah sehat." jelas iqbaal.
"Seperti cara! Cara setiap hari minum vitamin langsung kuat ayah!" seru caramel dengan semangat.
Iqbaal sedikit terkejut, pasalnya selama ini ia tak pernah memberi vitamin apapun pada calliesta dan caramel. Apa stefhanie yang memberikan?.
"Vitamin apa sayang?" tanya iqbaal karena ia sudah terlanjur penasaran.
"SUSU STRAWBERRY!!!" jawab Caramel yang kompak dengan Calliesta.
Lagi-lagi kedua putrinya ini bisa membuatnya melupakan rasa lelah yang ia bawa tadi. Iqbaal tertawa geli.
"Ayah, ayah pasti cape yah? Mau cara buatin minum?" Caramel menawarkan diri untuk membuatkan sang ayah minum.
"Mau callie pijitin yah?" kini Calliesta yang menawarkan diri.
Memang selalu begitu, Calliesta dan Caramel diajarkan disekolahnya untuk membuat orang tua bahagia. Dan salah satunya itu, menawarkan segelas air dan juga jasa memijat. Dan itu berlansung setiap hari, kecuali jika iqbaal lembur dan pulang larut malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calliesta & Caramel
Ficção AdolescenteCalliesta Dan Caramel. Kembar yang mempunyai warna berbeda. Seperti halnya Calliesta yang hanya memiliki 2 warna dalam hidupnya, yaitu Hitam dan Putih. Dan Caramel yang memiliki jutaan warna dalam hidupnya. Hingga akhirnya hitam, putih dan ju...