Chapter 4

5K 288 38
                                    

Jalan sendiri dikoridor sekolah sambil mendengarkan lagu random adalah kebiasaan Calliesta untuk membunuh rasa bosannya. 

Calliesta akan terus berjalan, ia tak peduli sudah berapa kali tempat yang sama ia lewati,  hingga kakinya pegal dan ia akan berhenti untuk beristirahat. 

Menurut Calliesta sih itu hal yang menyenangkan,  cara asik nikmatin hidup. 

Kini lagu yang terputar didalam ipodnya adalah lagu yang dibawakan oleh pria lahiran tahun 1998. Shawn Mendes. 

Ah,  sebenarnya Calliesta tak begitu menyukai penyanyi pria.  Dia lebih suka penyanyi wanita,  seperti Rihana, Demi Lovato,  Adele,  Ariana Grande dan lainnya.  Ya menurut Calliesta suara khas wanita itu lebih dapat Feelnya dibanding Pria.  Iya.  Itu menurut Calliesta. 

"Suka lagu Shawn Mendes juga?" entah sejak kapan pria yang dulu Nathanael perkenalkan padanya dan adiknya saat perayaan ulang tahun pria itu,  duduk disampingnya dan dengan tidak sopannya menarik satu headset yang Calliesta pakai dan langsung memasangkan pada telinganya. 

"Ga bisa permisi dulu?" tanya Calliesta dengan wajah tak suka.  Ah ya,  dia itu paling tidak suka jika sudah ada yang mengganggu ketenangannya. 

"Sorry. Gue liat lo sendiri,  gue pikir lo butuh temen." jawab Winky,  ia merasa tak enak.  Dan langsung mengembalikan headset itu pada Calliesta. 

"Ga setiap yang lo liat sendiri itu pasti butuh teman." meski cuek,  Calliesta ini masih suka menanggapi lawan bicaranya.  Ia tak mau terkesan sombong, meski kadang kalimat yang ia keluarkan adalah kalimat yang menyakitkan. Karena ia selalu ingat pesan bundannya.

Kita itu ibarat sebiji kacang diribuan kacang lainnya, kecil dan rapuh.  Jadi apa yang bisa kita sombongkan jika dibandingkan dengan maha pencipta?

"Ya,  gue cuma berusaha aja jadi temen." ucap Winky asal.  Awalnya dia kira itu adalah Caramel,  gadis yang berhasil menarik perhatiannya.  Namun ia sadar,  Caramel itu orangnya suka dengan keramainya.  Dan pasti yang ia lihat ini adalah kakaknya.  Calliesta.

"Gue hargain usaha lo.  Tapi kalo boleh jujur,  lo ganggu ketenangan gue.  Gue duluan." Calliesta menyumpal kedua telinganya dengan headset kembali. 

Calliesta merasa tak enak duduk bersebelahan dengan kakak kelasnya yang tak lain adalah anggota osis yang dicalonkan sebagai Ketua Osis seperti Nathanael.  Tak enak karena Calliesta bisa lihat dari ujung matanya,  disekitarnya banyak yang membicarakan tentang dirinya dan Winky yang duduk bersama.

"Tunggu!" Sergah Winky.  Ah ya untung lagu selanjutnya belum terputar sehingga Calliesta bisa dengar suara Winky. 

Calliesta berbalik dan menatap Winky seolah bertanya apa? Sambil melepaskan satu headsetnya.

"Gue denger lo jago photography? Lo mau gabung sama team sukses sekolah?  Ya tugasnya ga cape kok,  lo cuma harus sering-sering bawa kamera lo dan lo foto kegiatan yang dilakukan disekolah,  semua hasil foto lo bakal ditanyangin saat acara tahunan sekolah." jelas Winky. Didalam team sukses sekolah sebenarnya banyak yang menjadi photograper,  namun kebanyakkan dari mereka adalah anak kelas 12 yang sekarang sudah mulai sibuk menyambut Ujian Nasional nanti.  Dan Winky dengar dari Nathanael jika Calliesta berbakat dibidang itu.  Jadi apa salahnya jika ia mengajak Calliesta untuk bergabung?

"Tugas lo ga jauh-jauh dari gue kok kalo lo susah bergaul." ucap Winky membuat Calliesta menaikkan sebelah alisnya. "Hmm. Maksud gue itu,  tugas lo bersangkutan sama gue.  Ya jadi lebih mudah aja karena sebelumnya kita udah kenal." lanjut Winky setelah melihat ekspresi Calliesta. 

"Gue ga jago.  Cari aja siswa lain."  ucap Calliesta. Ya dia itu malas jika harus dibebani sebuah tanggung jawab yang bersangkutan dengan hobbynya. Photography itu hobbynya,  ia bebas melakukannya kapan saja bukan sebuah perintah atau kewajiban. 

Calliesta & Caramel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang