Chapter 16

3K 171 20
                                    

Tukk.. Tukk.. 

Suara benturan pulpen dengan meja terus terdengar kala Calliesta mengetuknya asal.

Ah, hari ini moodnya benar-benar buruk. 

Calliesta bahkan lebih memilih diam dikelas saat jam istirahat. alasannya, Calliesta ga sanggup aja liat Caramel sama Nathanael meski Calliesta belum memastikan apa Caramel benar menyukai Nathanael atau tidak.  Dan yang paling Calliesta hindari adalah Nathanaelnya sendiri. Saat ini Nathanael pasti sudah menyiapkan pertanyaan karena penasaran ada apa dengan dirinya. 

Pipi Calliesta masih menempel pada meja dengan wajah memiring menatap pulpen yang sedari tadi ia mainkan. Juga beberapa kali menghela nafas. 

Benar,  jatuh Cinta itu efeknya besar.  Apalagi saat tau saudara kita sendiri menyukai orang yang sama. 

Ah! Bunuh saja Calliesta!  Sekarang saja Calliesta udah kayak mayat hidup,  gak berselera untuk ngapa-ngapain. 

"Kenapa pulpennya?"

Satu pertanyaan dari seseorang membuat Calliesta bangkit dari posisinya dan duduk sempurna.

"Andio?  Lo ngapain kekelas gue?" alih-alih menjawab Calliesta malah bertanya pada Andio. 

"Gue mau kekantin,  kebetulan lewat kelas lo.  Dan ya gue liat lo sendiri,  kenapa lo ga kekantin?"

"Ah,  gue ga laper." alibi Calliesta. 
"Lo bisa sakit Call,  mau gue beliin?" tawar Andio. 

Sejurus kemudian Calliesta menatap wajah Andio.  Andio yang tempo hari menyatakan suka padanya, bahkan setelah beberapa tahun lalu ia tolak Andio masih suka padanya. 

Dan melihat wajah khawatir dan perhatian Andio,  apa Calliesta terima aja Andio?

"Call?" Panggil Andio. 

"Eh,  kenapa?"

Calliesta menggeleng,  bukan.  Itu bukan pilihan yang baik,  kalo kayak gitu berarti Calliesta cuma jadiin Andio pelampiasan?  Oh no!  Calliesta tidak sekejam itu.

"Lo mau gue beliin makanan?" tawar Andio lagi.

"CALLIESTA!!" teriak seseorang dari ambang pintu kelas Calliesta.

Ya baru aja mulut Calliesta akan terbuka suatu suara mengalihkan pandangannya.  Itu Winky yang setengah berlari menuju mejanya. 

"Yukk kantin."

Itu bukan sebuah ajakan tapi sebuah perintah dari seorang Winky. 

Winky bahkan berbicara pada Calliesta tanpa menoleh sedikitpun pada seseorang disebelah Calliesta yang kini sedang menggertakkan giginya kesal. Ya Winky menganggap Andio tidak ada. 

"Lo kok--"

"Udah ayo."

Dengan sekali tarik Winky membawa Calliesta keluar kelas,  meninggalkan Andio yang menahan emosinya. 

Bangsat! Umpat Andio setelah Winky dan Calliesta menghilang dibalik pintu kelas.

"Lo apaan sih?  Lepasin!  Banyak yang liat!" keluh Calliesta. 

"Ga.  Lo harusnya dikantin Call,  jangan deket-deket sama Andio."

Entah kekuatan dari mana Calliesta bisa menghempaskan tangan Winky yang sedari tadi susah ia lepaskan hanya karena mendengar ucapan Winky barusan.

"Kenapa? Kenapa lo so perhatian sama gue?  Oh,  haahaha gue tau.  Gue kembaran Caramel,  orang yang lo suka,  jadi lo ngerasa harus baik sama gue?" suara Calliesta meninggi. 

Calliesta & Caramel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang