⚠|| t y p o
• • • • • • • • •21:17
"Dek, itu siapa sih yang anter-anter lo dari kemaren? Gua gak suka deh." Rengek seorang laki-laki yang nampak lebih tua dari Carol. Laki-laki itu masuk ke dalam kamarnya dengan santai seakan-akan tatapan maut dari Carol tidak berarti apapun."Ish, masuk ke kamar orang ketok dulu kek. Kalo gua lagi bugil gimana?" Sinis gadis itu tidak senang di depan cermin rias sambil menatap kakaknya dari sana. Tangannya bergerak mengolesi wajahnya dengan krim vitamin untuk kulit di wajahnya.
"Dek, jawab kek, orang lagi badmood nih." Rengek kakak lelakinya semakin menjadi sambil ia merebahkan dirinya di atas kasur milik adik perempuannya itu. Carolpun ikut tiduran di sana sambil menatap ke samping.
"Kenalan gua. Nggak seneng gimana nih maksudnya?" Tanya Carol menatap abangnya itu.
"Kan tugas gua itu anter jemput lo. Gak perlulah suruh-suruh orang lain. Lo, kalo diculik gimana?" Ujar kakaknya dengan nada protektif. Carol tersenyum dan itu membuatnya menampakkan kedua lesung pipinya yang nyaris tak terlihat.
"Yah, sebenernya gua juga gak mau. Tapi dia maksa. Dia bilang pokoknya dia harus liat gua masuk rumah baru dia bisa tenang istirahat di rumah dia." Jawabnya jujur.
"Um...baik sih maskudnya dia. Yaudahlah lain kali kenalin ke gua ya, biar gak salah paham lagi." Dengan itu, lelaki bertubuh jangkung itu keluar dari kamar Carol dan pergi entah kemana.
"Sayangnya gua udah gak mau ketemu sama si tukang suruh-suruh itu lagi." Bisiknya pelan pada dirinya sendiri sambil menatap ke arah ponsel yang ia ambil dari nakas di sebelah tempat tidurnya.
"Mau ketemuan besok katanya? Bodo amat." Bisiknya lagi dengan nada kesal saat melihat pesan-pesan bernada manis dari Dominic.
"Bodo, bodo, bodo. Capek, mau tidur." Omelnya pelan ke arah ponsel di tangannya seperti orang aneh.
Carolpun beranjak ke kamar mandi untuk melakukan ritual sebelum tidurnya itu. Setelah dari sana kelopak matanya mulai memberat dan tubuhnya meminta untuk istirahat.
22.49
"Woi! Masa jam segini udah mau pulang? Bentar lagi lah, Nick." Pinta dari salah seorang teman lelaki itu. Ia sekarang berada di sebuah birthday party di bar ternama di Jakarta dari seorang perempuan di kelasnya."Besok gua ada kelas." Sahutnya singkat dan kaku. Setelah itu, Dominic bergegas ke arah yang si empunya acara dan mengucapkan selamat ulang tahun dan berterimah kasih karena telah mengundanganya dan yeah...segala macam basa-basi itu.
Tapi nampaknya temannya itu belum menyerah untuk membuatnya tinggal, "Besok gua juga ada kelas kali-"
"Bodo. Bukan urusan gua." Jawabnya dengan datar. Dominic mengambil langkah lebar-lebar menuju ke parkiran mobilnya. Benar-benar tak sabar rasanya untuk bertemu gadis itu besok. Senyuman tipis terukir di bibirnya.
23.15
Dominic berhenti tepat di depan sebuah gedung apartemen dan membawa mobilnya masuk ke parkiran di sana.Kaki panjangnya membawanya ke lift. Tangannya menekan tombol berangka delapan belas. Dengan sabar ia menunggu lift di koridor yang agak sepi itu. Ia terbiasa dengan keadaan yang sepi dan karena itulah ia memilih untuk memiliki sebuah unit di apartemen yang cukup elit ini. Klasik dan elegan.
Saat lift sudah membawa Dominic sampai ke unit apartemennya, segera ia mengeluarkan ponsel dari kantong celana panjangannya untuk melihat adakah balasa dari Carol. Namun nihil. Sepertinya gadis itu sudah tertidur. Ah, padahal ia rindu sekali.
Udah tidur ya?
Nitenite
Pokoknya besok gua k sana
Tunggu gua ya
☺
23.21Senyuman masam terpampang di wajahnya. Ia benar-benar harus melihat gadis itu besok, atau dia bisa jadi gila.
08.12
"Carol, hari ini lo ada kelas jam berapa?" Tanya abangnya itu. Kini mereka berada di ruang makan. Sarapan saat pagi hari itu penting."Nanti siang, jam dua belasan. Ugh, males banget deh gua kalo kelasnya siang-siang." Gerutunya pada kakak lelakinya itu.
"Ken, nanti jangan lupa anterin Mama, loh ya." Tiba-tiba suara keibuan menginteruspi percakapan singkat mereka.
"Oh iya. Jam berapa nanti, Ma?" Tanya lelaki itu sambil menatap ibunya.
"Abis kamu anterin Carol aja." Ken mengangguk tanda ia mengerti.
"Oh ya, Carol. Itu kantong belanjanya kemaren banyak bener. Dapet uang dari mana kamu?" Tanya Ibunya dengan serius. Sejenak keadaan di ruang makan itu langsung tegang.
"Uh, itu di kasih temen, Ma." Jawabnya sedikit gemetar dan sesekali melirik abangnya itu.
"Kok bisa di kasih? Ber-merk-merk semua lagi." Gawat, sifat ibunya yang terlalu perhatian ini membuatnya gelagapan dan bingung untuk menjawab. Lagipula memangnya mengapa sih si Dominic itu harus memberikkannya banyak barang-barang seperti itu.
"Tadi aku bilang apa? Di kasih, ya? Ah Mama bikin aku lupa aja. Ini dia nitip barang, hari ini nih aku pengen balikin. Kemaren pas nganterin aku pulang dia bilang katanya suruh taro di sini dulu, kalo ketahuan sama orang tuanya bisa diomelin gara-gara beli banyak barang." Ujar Carol panjang lebar setelah mendapat pencerahan. Setelah ini ia harus mengembalikkan semua kantong beserta isinya itu dari si yang mengeluarkan uang. Maka hanya dengan begitulah ia baru bisa lega saat berputus hubungan darinya.
"Oh, temen yang suka nganterin kamu dari kemaren-kemaren malem itu ya?" Ujar ibunya mengingat beberapa kali anak gadisnya di antar oleh sebuah mobil mewah.
"Iya, Ma." Carol mengangguk.
"Ma, Papa jalan dulu ya." Ternyata tanpa disadari, sedari tadi lelaki yang duduk di sebelah ibunya itu sudah selesai sarapan.
"Iya, Pa. Hati-hati ya." Ibunya ikut mengantar bapaknya masuk ke dalam mobil sambil mengucapkan salam perpisahan sekali lagi.
11.12
"Dek, mau jalan sekarang gak?" Tawae abangnya saat melihat adiknya itu sedang berkutat dengan laptopnya. Belakangan ini tugasnya cukup banyak bahkan ia sempat bergadang beberapa malam terkahir ini."Ah? Boleh, boleh. Yuk." Carol bergegas bangkit dari duduknya dan mengambil tas serut hipsternya yang cukup untuk membawa laptop, binder, kotak pensil, dompet, handphone, serta earphonenya.
"Udah siap?" Tanya Ken saat mereka sudah duduk bersebelahan di dalam Toyota keluaran 2015 milik lelaki itu. Gadis itu mengangguk dan Ken menjalankan mobil itu, membawa mereka ke Kampus Carol.
15.02
Kelas gadis itu sudah selesai bermenit-menit yang lalu tetapi ia malah memilih untuk menemui temannya di kantin kampus. Mereka adalah teman sma yang kemudian pisah jalur atas nama minat dan bakat walaupun tetap memilih perguruan tinggi swasta yang sama.Saat ini mereka sedang membicarakan hal acak yang bisa mereka pikirkan, namun saat temannya itu menyebutkan nama Dominic, hancur sudah mood baik Carol.
"Aduh, Leah. Masa iya, rating dia 8/10? Ngaco ah, lo!" Bantah Carol dengan kesal.
"Idih, bukan kata gua keles. Kata kelas gua. Lagian, kok lo bisa tahu Dominic?" Pertanyaan Leah membuat Carol tersentak. Astaga, selama dua hari ini mengenal Dominic, ia belum menceritakan apapun kepada teman dekatnya itu.
🍌🍌🍌
hai bebs, kuy vote n komen chapter ini. makasih so much ya udah baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Honey Money
Romance● | completed [ 18-02-18 ] △ | 16+ △ | not edited △ | s̶e̶r̶i̶n̶g̶ ̶g̶o̶n̶t̶a̶-̶g̶a̶n̶t̶i̶ ̶c̶o̶v̶e̶r̶ "Panggil gua daddy dan turutin perintah gua, maka semua yang ada di dunia jadi milik lo." "Udah gila kali ya, lo?" • • • Carol, gadis itu tak pern...