07 | stalking mantannya

12.1K 576 5
                                    

⚠|| t y p o
⚠|| c u s s i n g
• • • • • • • •

11.50
Hari ini lelaki itu kacau. Sudah jam sekian tapi masih berlama-lama di tempat tidur. Memang hari ini tidak ada kelas, tapi ia tidak pernah bangun lebih telat dari jam 9 pagi. Mungkin ini semua karena kejadian kemarin sore.

Gadis itu benar-benar telah menjadi kehancurannya. Ia sedang patah hati dan gadis itu mengabaikannya. Patah hati? Ah, tidak disangka lekaki panas-dingin itu punya hati juga.

"Apa lagi sih yang kurang?" Gumamnya pelan sambil mengusap wajah tampannya.

Lelaki itu mengulurkan tangannya untuk meraih ponsel di nakas sebelah tempat tidur yang berukuran king sized itu. Beberapa notifikasi muncul di sana. Membuat jantungnya berdebar. Harapan mulai muncul di hatinya, namun harapan itu bisa mencium bokongnya selamat tinggal karena itu bukanlah notif yang ia inginkan.

Woi
Gua k tmpt lo y
11.35

Tanpa membalas pesan singkat dari Leo, lelaki itu beranjak dari tempat tidur dan pergi mandi.

12.01
Deringan bel membuatnya yang sedang melayang dalam pikirannya, terkejut. Dominic langsung menyupahserapahi orang yang menekan bel apartemennya itu sambil berjalan ke arah pintu.

"Halo bos!" Sapa Leo dengan ceria. Berbanding terbalik dengan Dominic. Namun Leo dengan santai langsung melengos masuk ke dalam kediaman temannya itu.

"Lo baru mulai sarapan? Tumben. Bangun jam berapa lo hari ini?" Tanya temannya itu saat melihat meja marmer hitam berbentuk mini bar di dapur lelaki itu masih terdapat english breakfast yang utuh. Lagi-lagi Dominic hanya terdiam sambil menghampiri sarapannya. Leo duduk di samping lelaki itu dengan santai.

"Eh, cewek yang waktu itu ke cafe gua gimana? Udah ada perkembangan?" Tanyanya lagi sambil menyomot potongan bacon yang masih hangat dari piring Dominic. Namun lelaki itu malah memakan sarapannya dalam diam. Lebih diam dari pada yang biasanya, apalagi Leo telah mengambil makanannya. Astaga! Ada apa dengan Dominic?

"Dia nolak lo ya? Dia cuma mau jadi temen aja? Tapi it's okay sih, lagian sih ya lo kan baru kenal dia 3 hari, Jir. Lo mah terlalu gercep." Fakta yang disampaikan Leo itu membuat Dominic mengangkat wajahnya dari piring dan menatapnya tajam.

"Gua belom nembak dia bahkan." Ujarnya kaku dengan singkat. Leo mengerutkan dahinya.

"Belom? Lah, terus kenapa lo begini, jir?" Kerutan di dahinya semakin nampak.

"Lo inget Danica? Inget waktu dia hampir diperk-"

"Jadi gara-gara dia pake celana pendek, lo ngambek trus marahin dia, trus dia jadi ilfil sama lo?" Dominic bungkam namun kepalanya mengangguk. Leo ini adalah yang paling mengenalnya dengan dekat selain ibunya.

"Lagian, kenapa sih enggak kasih tahu aja gitu yang baik-baik. Kenapa harus pake urat?" Saat tangan Dominic berhenti untuk menyuapkan saraoannya, Leo yang diam-diam telah mengambil sendok, memulai aksi penjarahan sarapan temannya itu.

"Gua udah coba bilang baik-baik tapi dia gak mau denger, jadi...jadi ya gua ngurat." Leo mengangguk-angguk sambil mengunyah potongan telor kocok.

"Emang waktu itu lagi di mana?"

"Di rumah dia."

Honey MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang