36 | lo itu temenny-

5.4K 249 0
                                    

⚠️|| t y p o
⚠️|| c u s s i n g
⚠️|| e x t r a long chap
• • • • • • • •

19.11
Dominic menepuk-nepuk pipi Carol perlahan sampai akhirnya gadis itu terbangun dari tidurnya.

Carol mengerjapkam matanya sesekali, untuk mengadaptasi dengan intensitas cahaya di sekelilingnya," kenapa, Daddy?" Tanya Carol dengan suara manja yang terdengar agak serak—efek bangun tidur.

Sekilas, lelaki itu meneguk salivanya. Sial, suara kekasihnya itu terdengar sungguh menggoda, "aku mau anter kamu pulang, bangun yuk."

Dominic kemudian duduk di pinggir kasur, dekat kepala Carol yang kemudian menggulingkan kepalanya ke atas pangkuan kekasihnya.

"Sebentar lagi, ya Daddy." Gumam gadis itu lagi masih dengan suara yang sama, "mmm...masih ngantuk." Lanjutnya.

Tangan lelaki itu bergerak untuk mengelus kepala Carol dengan lembut. Senyuman kecil terbentuk di wajahnya melihat betapa manja dan betapa bergantungnya ia dengan Dominic. Ia sungguh menyukai ide itu.

"Sekarang udah jam tujuh, sayang." Ujar Dominic sambil melirik jam meja di atas nakas sebelah tempat tidurnya.

Masih dengan mata terpejam, "sebentar lagi." Gumam gadis itu. Matanya terus terpejam bagai ada beban berat di kelopaknya.

Mulut lelaki itu terbuka, tapi tak sepatah-patah kata pun ia ucapkan. Ia menatap kekasihnya dengan intens dan penuh rasa sayang. Merasa sedikit kasihan dengan Carol yang nampak kelelahan akibat demamnya, ia akhirnya memutuskan untuk meraup tubuh mungil itu dalam gendongan ala bridal dan membawa mereka menuju ke parkiran di gedung apatermen itu.

Carol yang bergantung sepenuhnya kepadanya ini dan Carol yang manja benar-benar membuatnya menjadi laki-laki domininan yang bahagia. Rasanya jiwa lelaki itu tentram saat mengetahui kalau submasifnya membutuhkan dirinya sepenuhnya.

Ia meletakan tubuh Carol di sebelah kursi pengemudi Mercedes-nya dan memasangkan sabuk pengaman dengan hati-hati. Sebelum ia pergi dan menutup pintu mobilnya, Dominic mengecup dahi Carol dengan lembut.

19.25
Sepanjang perjalanan itu, Dominic selalu saja mencuri-curi pandang ke arah kekasihnya yang tengah terlelap. Setiap kali lampu merah, ataupun di sela-sela menyetirnya.

Rasanya lelaki itu sudah jatuh benar-benar jatuh sungguh dalam pesona Carol yang lembut dan penyayang itu, tapi ia yakin kalau ia belum berhenti sampai di sana dan masih belum mau memutuskan untuk berhenti. Dan jikalau Carol-nya suatu saat nanti berhenti jatuh untuknya—tidak, tidak, tidak! Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Selang beberapa menit kemudian, sepasang kekasih itu sampai di depan rumah Carol. Dominic menghembuskan nafasnya agak panjang sebelum menengok ke arah Carol yang masih juga tertidur.

Ia kemudian mencondongkan badannya ke  kiri, ke arah gadisnya. Bibirnya semakin lama bergerak mendekat ke bibir gadis itu. Detik demi detik berlalu sampai akhirnya bibirnya mendarat di sana dan mengecupnya lembut.

Awalnya Carol masih di alam bawah sadarnya, tapi kemudian saat Dominic mengigit bibir bawah gadis itu dan mendorong lidahnya masuk, mata Carol terkejam dan membulat dengan kaget melihat apa yang telah membangunkannya.

Dominic menjauhkan wajahnya dari wajah gadis itu dan tersenyum konyol menatapnya. Alis Carol menyatu bagai sedang meminta penjelasan dalam gesturnya.

Honey MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang