12 | good girl

13.8K 569 7
                                    

⚠|| t y p o

⚠|| d a d d y kinks
• • • • • • • •

15.12
"...So, jadi cewek gua?"

Carol nampak berpikir keras, "Okay, tapi gua coba dulu selama 1 bulan dulu. Setelah itu baru gua bisa tentuin apa gua pengen beneran agak enggak."

"Gak, masalah." Karena sekali melangkah maju gak akan ada lagi langkah mundur.

"Tapi lo perlu tahu, selama satu bulan itu lo juga harus tetep ikutin aturan main gua." Lanjut Dominic. Carol mengangguk tanda ia mengerti.

"Akan ada rules yang akan gua kasih untuk lo. Karena pada dasarnya hubungan semacam DD/LG ini adalah tentang bagaimana seseorang mencintai. Hubungan ini bukanlah seksual orientasi yang lebih ke arah siapa yang dicintai." Jelas lelaki itu sambil mentap ke arah gadisnya dengan tajam.

"So, rules yang pertama, lo harus turutin semua perintah gua, karena gua tahu yang terbaik buat lo."

"Rules yang kedua, selalu kabarin lo ada di mana kalo kita gak sama-sama. Jangan bikin gua khawatir dengan ngilangan seharian tanpa kabar." Carol meneguk salivanya, gugup.

"Rules yang ketiga, selalu kasih tahu perasaan lo, setiap kali lo lagi sedih, seneng, marah dan sebagainya karena gua bukan dukun."

"Rules yang keempat, gak boleh lihat-lihat cowok lain, mikirin cowok lain, dan kalo bisa kurangin kontak sama cowok lain-apa lagi waktu lo lagi sama gua. Mungkin segitu dulu, untuk rules yang lainnya saat lo udah bersedia menerima gua seutuhnya. Tapi yang pasti, lo harus panggil gua daddy karena itu adalah tanda lo menerima gua sebagai dominan dalam hubungan semacam ini."

Carol mengangguk dengan gugup, "o-okay. Gua bisa terima itu. Tapi gua boleh gak, panggil lo daddy waktu kita berdua aja?" Tanyanya takut-takut.

Peraturan yang lelaki itu berikan memang hanya empat, tapi semua itu terdengar sangat mengintimidasi. Yeah, walaupun begitu sebenarnya kalau dilihat dari sudut pandang lain peraturan ini cukup menguntungkannya.

Maksudnya, coba lihat betapa Dominic ingin gadis itu untuk bergantung padanya. Lagi pula, inti dari hubungan semacam ini adalah kepercayaan kalau semua yang dilakukan oleh sang dominan hanyalah demi kebaikan si submasif.

Lelaki itu nampak berpikir sejenak, "Okay. Sekarang, ayo makan!" Perintah Dominic saat mengingat bahwa ada makanan di depan mereka sejak tadi. Carol kembali mengangguk dan mulai memakan makanannya dengan perlahan. Mengingat apa yang telah terjadi di kencan pertama mereka, Carol makan dengan postur tubuh tegak, makan dalam diam, serta menjadi sangat tenang.

"Good girl." Desis lelaki itu dengan puas melihat gadis di depannya melakukan hal yang memuaskan ego seorang dominan macamnya.

Entah mengapa kedua kata itu bagai mantra pembangkit semangat bagi Carol. Rasanya menyenangkan sekali mendengar Dominic mengatakan itu. Good girl.

15.52
Carol tersenyum lebar dengan senang. Mereka berbincang-bincang dengan suara pelan namun hal yang mereka bicarakan sungguh intens. Pembicaraan mereka terdengar seperti pembicaraan teman yang sudah saling mengenal lama.

"Iya, Daddy. Gua ngerti." Sahut gadis itu namun sedetik kemudian sebuah tangan besar mencengkram pergelangan tangannya yang ada di atas meja.

"Menurut kamu itu sopan-ngomong pake gua-lo sama aku?" Tanya Dominic dengan nada berbahaya.

"U-umm...nggak, nggak sopan. Maaf." Cicit Carol sambil menghindari kontak mata dari lelaki itu.

"Maaf apa?" Tanya Dominic lagi. Masih dengan tatapan tajamnya yang menusuk.

Honey MoneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang